Bagi sebagian orang, yoga dikenal sebagai aktivitas untuk membentuk postur tubuh. Padahal, lebih dari itu, yoga melatih pernapasan, meningkatkan daya tubuh, konsentrasi, dan mengajak pelakunya hidup menyatu dengan alam.
Di Jakarta, yoga tidak hanya dilakukan di studio dan pusat-pusat kebugaran, tetapi juga di ruang terbuka hijau.
Suasana Taman Suropati, Jakarta Pusat, yang sejuk dan segar pada Minggu (28/12) pagi, terasa riuh dengan kehadiran puluhan yogi dan yogini (pelaku yoga) yang berkumpul dan berlatih yoga bersama.
Orang-orang yang tergabung dalam komunitas Yoga Gembira ini rutin berlatih yoga di taman setiap akhir pekan. Latihan yoga dilaksanakan tanpa dipungut biaya alias gratis.
Pagi itu, latihan yoga dipimpin Dian Permatasari (35), alias Ayie, pengajar yoga di pusat kebugaran Celebrity Fitness. Dia menggelar matras berwarna terang di antara rimbunnya pepohonan. Ayie mengenakan celana legging berwarna hitam dan atasan kaus tanpa lengan.
Rambutnya yang panjang diikat dan ditutup bandana merah. ”Inhale…. Exhale…,” kata Ayie, sambil bernapas panjang dan dalam.
Dia mencontohkan gerakan mountain pose. Dalam pose ini, posisi badan lurus dan kedua kaki berdiri sejajar satu sama lain. Secara perlahan, kedua tangan naik ke atas kepala dengan posisi dua telapak tangan menyatu. Gerakan stretching (peregangan otot) itu membuat tubuhnya terasa lebih rileks.
Perempuan yang tinggal di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, itu mengulang gerakan tersebut beberapa kali. Di dekatnya, puluhan perempuan dan laki-laki mencoba gerakan yang sama. Mereka juga melakukan beragam pose, mulai dari pose pohon, yaitu gerakan berdiri dengan bertumpu pada satu kaki; pose kobra, yaitu gerakan dengan posisi badan tengkurap dengan tangan diletakkan di sebelah dada dan kepala menengadah; hingga pose yang agak rumit seperti pose burung merpati, yakni gerakan bertumpu pada dua tangan seperti push-up dengan salah satu kaki dilipat di dekat dada dan satu kaki yang lain diangkat ke belakang.
Materi yoga pagi itu terasa dinamis. Ayie menekankan postur keseimbangan tubuh yang bertumpu pada telapak tangan. Postur itu perlu didukung teknik pernapasan yang baik. Perubahan postur dibuat mengalir sehingga para peserta tidak merasa terbebani dengan gerakan-gerakan sulit.
Bagi Ayie, yoga adalah laku kehidupan. Seperti kanak-kanak, semua orang mengawali gerak kehidupan dengan belajar merangkak, kemudian berdiri, berjalan, dan berlari.
”Aku tidak memaksa peserta bisa secara sempurna melakukan gerakan-gerakan yoga. Yang penting, mereka menikmati prosesnya,” kata Ayie.
Ayie sudah beberapa kali hadir dalam pertemuan Yoga Gembira. Dia terkejut karena semakin hari jumlah peserta yoga semakin banyak. Pagi itu setidaknya lima puluh orang ikut berlatih yoga.
Mereka berasal dari beragam kalangan, seperti karyawan swasta, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan musisi. Pada tahun 2013, komunitas ini bahkan pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia atas penyelenggaraan AXA-Yoga in the City dengan peserta yoga terbanyak se-Indonesia, yakni 1.021 orang.
Bagi anggota Yoga Gembira, berlatih yoga di taman memberikan kegembiraan, rasa bersatu dengan alam, dan membuat pikiran menjadi lebih terbuka. Materi latihan pun terasa lebih mengalir dan tidak terpaku pada gerakan-gerakan monoton.
Interaksi dengan orang-orang dari beragam kalangan menambah semarak suasana latihan. Selain itu, peserta juga bisa berlatih pernapasan dengan lebih baik karena udara yang dihirup tidak tercemar polusi.
Meredam emosi
Uci Duck Himura (32) sudah berlatih yoga sejak tahun 2010. Dia berlatih yoga untuk menurunkan tingkat emosionalnya yang dulu kerap meletup-letup tak terkontrol. ”Dulu aku mudah marah dan stres. Setelah berlatih yoga, sifat pemarahku mulai terkendali,” katanya.
Pada tahun 2012, Uci bergabung dengan Yoga Gembira. Setiap pekan dia mendapat pengajaran dari guru yang berbeda-beda. Para guru yang berasal dari dalam dan luar negeri mengajari beragam gaya yoga, seperti yoga kundalini, ashtanga, dan yoga tertawa. Itu membuat pemahamannya bertambah.
Menurut Rindi Ayudha Ayu (25), karyawan bagian akunting dan finansial sebuah perusahaan swasta, udara sejuk dan pemandangan indah memberi semangat baru untuk menjalani hidup. Selain itu, yoga di taman juga bisa meningkatkan rasa percaya diri dan menghilangkan stres akibat rutinitas sehari-hari.
Hari Minggu lalu, bersama kawannya, Rati Agustia (24), Rindi berlatih yoga di Taman Suropati. Latihan pagi itu diiringi gemerisik suara gesekan daun yang ditiup angin. Di dekat mereka, sejumlah warga lainnya terlihat sedang berjoging, jalan santai, atau sekadar duduk dan berkumpul bersama.
”Meskipun suasana taman ramai, perasaannya lebih gembira. Beda banget dengan latihan di studio,” kata Rindi.
Pendiri komunitas Yoga Gembira, Yudhi Widdyantoro, mengatakan, Yoga Gembira terbentuk sejak tahun 2010. Setiap kali menggelar latihan, lebih dari 50 orang bergabung. Bagi ayah satu anak ini, berlatih yoga di taman mengajarkan warga Jakarta hidup rukun dan damai.
”Dari pohon besar, tumbuh-tumbuhan kecil, udara, dan binatang-binatang liar, kita belajar saling menghargai dan memahami,” kata Yudhi.
Menurut Yudhi, semangat saling menghargai dan memahami tersebut diperlukan warga Ibu Kota yang hidup dalam kemajemukan.
Kompas/Denty Piawai Nastitie