Kehangatan Beruang Paddington

0
897

Diambil dari serial klasik karya Michael Bond yang sudah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa, film ini akan membawa kita pada petualangan beruang kecil, yang ditemukan sedang duduk sendirian di Stasiun Paddington, London. Secarik kertas terkalung di lehernya: ”Please look after this bear. Thank you”.

Beruang yang kedinginan ini menarik perhatian keluarga Brown, khususnya sang ibu yang welas asih, Mary (Sally Hawkins); suaminya, Henry (Hugh Bonneville); serta kedua anak remaja mereka, Judy dan Jonathan. Tentu saja ada perdebatan di antara keluarga Brown tentang bisa tidaknya si anak beruang yang kemudian diberi nama Paddington itu tinggal di rumah mereka untuk sementara waktu. Juga, bisa diduga apa yang terjadi ketika beruang hutan beradaptasi dalam aturan rumah tangga manusia.

Paddington datang ke London karena janji seorang peneliti asal Inggris, Montgomery Clyde, yang melakukan ekspedisi di hutan Peru di tahun 1950-an. Clyde mengatakan, di London keluarga beruang akan diterima dengan tangan terbuka sehingga ketika gempa melanda hutan Peru dan menewaskan paman beruang, Pastuzo, bibi beruang kemudian menyelundupkan Paddington ke kapal yang menuju ke Inggris dengan bekal satu koper selai jeruk.

Ternyata kota London yang modern tak seramah yang dibayangkan Paddington. Tak semua manusia sebaik peneliti Clyde. Juga, tak ada beruang lain yang berkeliaran di kota itu seperti dirinya. Paddington merasa kesepian. Ia rindu bibinya, rindu kehijauan pohon di hutan Peru.

Film keluarga ini banyak mengajarkan kebaikan tanpa banyak berpetuah. Kalimat yang diucapkan Mrs Bird–pengelola rumah keluarga Brown–untuk menguatkan hati Paddington yang gundah, bahwa ”di London tak ada seorang pun yang sama, jadi siapa pun bisa cocok di sini (In London nobody’s alike, which means everyone fits in),” sungguh menjadi kata kunci ampuh bagi anak-anak. Tanpa berpetuah tentang toleransi dan kepedulian, pesan yang disampaikan film ini begitu kuat.

Sutradara Paul King juga piawai meramu ketegangan dan komedi dalam takaran yang pas. Termasuk adegan ketika Mr Brown dan Paddington menyelundup ke ruang penyimpanan dokumen museum dan harus menyamar menjadi petugas pembersih. Pastilah Anda akan mendengar suara tawa penonton anak-anak yang terpingkal-pingkal.

Produser film ini, David Heyman, sebelumnya menangani film serial Harry Potter. Tak heran jika ada sejumlah wajah familiar yang bermain di sini. Dan semuanya bermain prima, seperti Mr Gruber (Jim Broadbent), pemilik toko antik yang berempati dengan Paddington, karena ia memiliki latar belakang yang sama sebagai anak yatim yang datang sendirian ke London. Ataupun Mrs Bird (Julie walters) yang di film Harry Potter berperan sebagai ibu Ron Weasley, sahabat Harry.

Tengok juga Ben Whisaw yang dengan cemerlang bisa mengisi karakter Paddington lewat suaranya yang sangat unik. Dengan teknik computer generated imagery, Paddington mewujud sebagai anak beruang yang menggemaskan. Tentu saja permainan Nicole Kidman sebagai Millicent, perempuan cantik yang terobsesi menangkap Paddington, tidak bisa dilewatkan. Kidman beberapa kali sukses memerankan tokoh berhati ”kejam” seperti ketika ia bermain dalam The Golden Compass.

Lewat Paddington kita diajak menyusuri indahnya kepolosan masa kanak-kanak, yang mungkin saat ini terlalu cepat hilang. Film ini sejenak menghangatkan hati kita yang gundah oleh beragam peristiwa memilukan yang terjadi di pengujung tahun 2014.

Myrna Ratna