Menjajakan Sekaligus Merawat Alam

0
768

Bagi Vietnam, Indonesia adalah sasaran konsumen pariwisata menjanjikan. ”Negeri Paman Ho” itu tak hanya menawarkan tempat tujuan pariwisata dengan keindahan alam, tetapi juga berusaha memahami profil wisatawan asal Indonesia. Tujuannya agar mereka bisa memenuhi keinginan wisatawan asal Indonesia sekaligus menambah jumlah kunjungan mereka.

Salah satu yang dilakukan Vietnam National Administration of Tourism (VNAT) adalah menambah tempat tujuan wisata sekaligus memperluas pangsa pasarnya. Selama ini, turis yang banyak mengunjungi Vietnam, antara lain, berasal dari Tiongkok, Perancis, Amerika Serikat, dan Jepang. Kini, giliran Indonesia yang dijadikan sasaran berikutnya.

Awal Desember lalu, misalnya, VNAT mengundang perwakilan beberapa biro perjalanan Indonesia bertukar pikiran tentang pariwisata kedua negara. VNAT juga memperkenalkan tempat tujuan wisata ”baru” yang diperkirakan bisa mengundang turis asal Indonesia.

Salah satunya pemandangan alam di wilayah Ninh Binh. Duong Thi Thu Trang (34), pemandu wisata, menyebutnya sebagai Trang An. Dengan menumpang perahu yang didayung seorang perempuan petani setempat, kami menyusuri semacam danau yang dikelilingi bukit-bukit karst. Jarak perahu dengan dasar air yang jernih hanya 1-2 meter sehingga tumbuh-tumbuhan air dan ikan-ikan yang berlalu lalang terlihat jelas.

Selama 2-3 jam keheningan dan bunyi gemercik air karena gerakan dayung yang mengayun perlahan, menemani kami menikmati alam. Ke atas, mata kita memandang langit biru yang bersih, ke depan dan samping kita menikmati hijaunya vegetasi di antara bukit karst dan tanah pertanian.

Kesunyian itu kadang terpecahkan bunyi tawa atau obrolan penumpang ataupun pendayung perahu-perahu lain. ”Untuk menyewa perahu, tarifnya 25 dollar (AS). Satu perahu bisa untuk 4-5 orang,” ucap Trang, sang pemandu.

Sambil mendayung, perempuan petani itu bercerita dan diterjemahkan Trang. Kata dia, tahun 2006 tempat ini dibuka untuk turis. Jernihnya air bisa terjaga karena mereka diwajibkan membawa jaring untuk mengambil sampah. ”Kalau ada turis membuang sampah ke air, pendayung akan mengambilnya, tanpa mengatakan dilarang membuang sampah sembarangan. Tetapi kalau si turis kembali membuang sampah, baru diberi peringatan,” kata Trang.

Sambil bercakap-cakap pelan, kami melewati dan menikmati kegelapan goa sepanjang sekitar 100 meter yang disebut Hang Seo. Sebelumnya, Trang memperingatkan kami untuk menundukkan kepala karena stalagtit goa itu rendah. Tak berapa lama, kami kembali menundukkan kepala melewati Goa Son Dong sepanjang 250 meter.

Kami juga melewati Goa Trane (250 meter) yang langit-langitnya tinggi. Kali ini kami seperti berada di dalam ruangan dengan bayangan stalagtit yang terlihat jelas lewat pantulan air di bawah. Terakhir, kami melewati gua Quy Hau (100 meter).

Bangunan tua di Hanoi

Upaya menjadikan Ninh Binh sebagai salah satu tujuan wisata juga tampak dengan dibangunnya Kuil Bai Dinh di Pegunungan Dinh. Di kompleks seluas sekitar 80 hektar ini ada tiga kuil besar, di samping berbagai bangunan pendukung lainnya. Kami harus menaiki ratusan anak tangga sebelum mencapai puncaknya. Kelelahan itu terbayar karena dari kompleks yang dibangun sejak tahun 2003 ini, pengunjung bisa melihat keindahan kawasan Ninh Binh.

Pada waktu-waktu tertentu, Bai Dinh dikunjungi banyak biksu, penganut Buddha, dan pengunjung dari berbagai pelosok Vietnam dan Laos. Di setiap bangunan kuil, dibuat patung-patung Sidarta Gautama berlapiskan emas. ”Sebelumnya, di pegunungan ini sudah ada kuil kuno yang dibangun pada abad ke-7,” kata Trang.

Di pinggir sepanjang anak tangga Bai Dinh dihiasi 500 patung batu besar. Di bagian lutut, tangan, atau kaki patung-patung batu itu tampak mengilat. Menurut Trang, ada keyakinan sebagian pengunjung bahwa keinginan mereka bisa terkabul dengan mengusap bagian dari patung-patung itu.

Kalau Ninh Binh menjadi daerah tujuan wisata ”baru” di Vietnam, maka Hanoi tetap dipertahankan dengan bangunan lamanya. Di antara bangunan itu ada Kuil Literatur yang dibangun pada 1070-an. Di kuil ini banyak hiasan patung kura-kura dan burung crane. Di sini pun bagian kepala kura-kura dan ekor burungnya lebih mengilat dibandingkan dengan bagian lainnya.

”Pengunjung suka mengusap kepala kura-kura dengan harapan mendapatkan umur panjang dan kebahagiaan. Sedangkan ekor burung untuk keindahan,” kata Trang, sambil menambahkan, kura-kura melambangkan perempuan dan burung crane melambangkan pria.

Bangunan kuil tua lainnya di tengah kota Hanoi adalah Ngoc Son yang dikelilingi air Danau Hoan Kiem. Sama dengan Kuil Literatur, di kuil ini pun patung kura-kura dan burung crane menjadi hiasan.

Belanja dan media sosial

Pada pertemuan antara pelaku bisnis pariwisata Indonesia-Vietnam di Hanoi, Rabu (3/12), Ha Van Sieu, Wakil Presiden VNAT, menyatakan, kerja sama pariwisata kedua negara berlangsung sejak tahun 1994. Seiring berjalannya waktu, Vietnam berharap semakin banyak turis dari Indonesia datang. ”Kini kami memiliki 1.383 operator tur,” katanya.

Dari data yang dihimpun VNAT, turis Indonesia yang bepergian ke luar negeri setiap tahun meningkat sekitar 12,1 persen. Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia menjadi salah satu sasaran konsumen pariwisata Vietnam. Pham To Linh dari VNAT menambahkan, setidaknya sejak tahun 2007 jumlah turis Indonesia ke Vietnam terus meningkat, demikian pula sebaliknya.

Namun, turis Indonesia ke Vietnam masih lebih banyak jumlahnya dibandingkan sebaliknya. Misalnya tahun 2009, jumlah turis Indonesia ke Vietnam terdata 27.300, meningkat menjadi 55.383 (2011), 60.857 (2012), dan 70.390 (2013). Adapun turis Vietnam ke Indonesia jumlahnya 27.314 (2009), naik menjadi 31.060 (2011) dan 33.598 (2012).

Tedjo Iskandar dari TTC Travel Mart Indonesia mengatakan, turis Indonesia menyukai Vietnam, antara lain, karena ongkos tur yang relatif bisa di bawah 1.000 dollar AS. Misalnya, 4 hari di Vietnam minimal 388 dollar AS, 5 hari mulai 619 dollar AS, dan 999 dollar AS untuk 8 hari.

Meningkatnya turis Indonesia ke Vietnam tak lepas dari keberadaan 365 operator tur Vietnam yang beroperasi di pasar Indonesia. Menurut Tedjo, untuk meningkatkan jumlah turis, Vietnam harus lebih agresif mempromosikan kekayaan negerinya, seperti tur kuliner, tur ziarah, sampai tur nostalgia bagi pensiunan tentara yang pernah ditempatkan di Vietnam.

Salah satu kiat menarik turis dari Indonesia adalah menjadikan berbelanja sebagai salah satu tujuan wisata, di samping pemandu wisata berbahasa Indonesia dan ketersediaan Wi-Fi.

”Sebagian orang Indonesia suka berfoto lalu diunggah ke media sosial. Ini bisa menjadi salah satu promosi bagi daerah tujuan wisata itu,” kata dia.

Kompas/Chris Pudjiastuti

 

Trang An, Ninh Binh, Vietnam Utara - Kompas/Chris Pudjiastuti
Trang An, Ninh Binh, Vietnam Utara – Kompas/Chris Pudjiastuti