Cinta di Belantara Bintang

0
716

Alam semesta mungkin menakutkan, tapi tidak memiliki intensi jahat. Kalaupun alam berbalik menjadi membahayakan, itu karena sifat alamiah manusia yang lekat dalam dunia tiga dimensi dan ingin melebur ke dalam ketakterhinggaan ”ruang” lima dimensi.

Interstellar, yang arti harfiahnya antarbintang, merupakan film garapan sutradara Christopher Nolan yang indah, tapi juga ambisius. Sebuah film fiksi ilmiah yang bertutur lebih ”jauh” dibandingkan sekadar perjalanan fisik manusia ke ruang angkasa. Jika Anda sempat menonton film Gravity, dan tercekat sepanjang pertunjukan membayangkan ketidakberdayaan manusia terombang-ambing di pusaran jagat raya, dalam film ini manusia justru mencari pengharapan di planet-planet di luar Bumi. Ada semacam semangat ”penaklukan” di sini, sebuah karakter purba milik makhluk Bumi.

Beginilah suasana di sebuah kota kecil di Amerika Utara, ketika Bumi sudah tak mampu lagi menjadi sumber penghidupan meskipun pencapaian teknologi demikian tinggi. Hanya ladang jagung yang masih bisa menjadi gantungan, tetapi ini pun terancam punah. Di sinilah Cooper (Matthew McConaughey), mantan pilot pesawat antariksa yang kemudian beralih profesi menjadi petani, tinggal bersama kedua anaknya, Tom (Timothee Chalamet) dan si bungsu yang sangat cerdas Murph (Mackenzie Foy), serta sang kakek Donald (John Litgow). Mereka berupaya hidup normal, meskipun kondisi lingkungan sudah demikian rusak. Badai debu mengancam setiap waktu, menyelimuti kota dan paru-paru warganya.

Kondisi ini menuntun NASA untuk mencari prospek ”lahan” yang mungkin masih layak dihuni manusia di luar Bumi. Melalui arahan peneliti Dr Amelia Brand (Anne Hathaway) dan ayahnya Prof Brand (Michael Caine), NASA yang telah menjalankan ekspedisi bertajuk Lazarus Mission menemukan bahwa melalui sebuah ”lubang cacing” (wormhole) di dekat Saturnus, ada tanda-tanda kehidupan di tiga planet. Ketiganya sudah dikunjungi oleh para astronot pendahulu dan sampai kini terus mengirimkan sinyal, yaitu Planet Edmund, Planet Miller, dan Planet Mann. Ke sanalah pesawat ruang angkasa Endurance membawa Cooper, Amelia, robot TARS (suara Bill Irwin), dan dua awak lainnya.

Mencekam, Puitis

Durasi film ini hampir mencapai tiga jam dan satu jam pertama merupakan fondasi yang paling kuat. Hubungan antara Cooper dan putrinya, Murph yang memiliki kecerdasan dan kepekaan yang sama seperti ayahnya, menjadi benang merah sampai film berakhir. Keberhasilan sutradara Nolan adalah memindahkan dengan mulus dramatika dan ketegangan di ”sesi” Bumi ke ruang angkasa. Perpisahan yang menyakitkan dengan Murph menjadi titik eksploitasi yang menyentuh sekaligus jembatan untuk tetap menghubungkan penonton dengan situasi di Bumi.

Untuk dua jam berikutnya, kita akan larut dalam imajinasi visual di ruang antah berantah, di mana hitungan 1 jam di galaksi sama dengan tujuh tahun di Bumi, di mana oksigen bercampur amoniak, permukaan tanah diselimuti air, dan tsunami datang sewaktu-waktu. Adegan-adegan di babak ini begitu mencekam dan puitis. Inilah interpretasi Nolan dan sinematografer Hoyte van Hoytema tentang kebesaran jagat raya. Sepi, menghanyutkan, spektakuler, namun juga ”mengancam”. Pikiran, perasaan, dan fisik manusia yang terbiasa hidup dalam aturan tiga dimensi berubah drastis demi adaptasi total. Toh, sifat-sifat bawaan itu tetap bertahan. Apakah itu kedengkian, rasa takut, atau bahkan cinta.

Babak terakhir film mungkin merupakan titik yang terlemah karena plot cerita dipaksa ditutup dalam sebuah aturan linear yang bisa ditebak. Namun, taburan bintang pemeran Oscar (Mc Conaughey, Hathaway, Caine) tidak menutupi kerlip ”bintang” sebenarnya dalam film ini, yaitu pencapaian Christopher Nolan, yang berhasil membawa penonton dalam penjelajahan menuju misteri jagat raya yang penuh pesona.

INTERSTELLAR

Sutradara: Christopher Nolan | Skenario: Christopher Nolan, Jonathan Nolan | Sinematografi: Hoyte van Hoytema | Pemeran: Matthew McConaughey, Anne Hathaway, Jessica Chastain, Mackenzie Foy, Timothee Chalamet, Matt Damon, Topher Grace, John Litgow

Myrna Ratna