Takdir dan Kita

1
773

Dipertemukan pada awal masa remaja, saat kita berdua masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Pada awalnya hanya saling mengenal, berpapasan di antara sudut sekolah sekedar hanya untuk saling menyapa.

Tidak ada percakapan yang membekas antar kita berdua, sibuk dengan aktivitas masing-masing, begitulah yang terjadi sampai kita lulus dan harus berpisah. Semenjak itu, tidak ada lagi komunikasi antar kita berdua. Seakan-akan lupa akan pertemuan yang singkat itu.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, dan tidak terasa sudah empat tahun lamanya kita berpisah. Pertemuan yang singkat di waktu SMP, jangankan membangun perasaan, waktu yang kita habiskan bersama saja bahkan tidak ada.

Sampai pada akhirnya, kita dipertemukan kembali oleh takdir. Datang dengan hal baru, karakter baru, bahkan pemikiran yang baru. Komunikasi yang tidak pernah terjalin hampir lima tahun lamanya, mulai dibangun kembali. Berusahan mencari topik untuk dibahas, rasa senang dan gugup bercampur aduk.

Hari demi hari silih berganti, komunikasi yang telah kita bangun mulai menemukan jalan untuk mempertemukan kita berdua. Sampai pada hari itu, kita berdua pun bertemu. Saling memandang wajah layaknya orang baru pertama kali betemu, senyum kehangatan mulai muncul dari raut wajah kita. Hati dan pikiran seakan-akan mendukung akan suasana saat itu.

Duduk berbincang tentang banyak hal, sampai kita terlena akan waktu. Malam gelap kian pekat, suara orang di sekitar mulai perlahan menghilang. Sunyi yang datang pada malam itu mulai melakukan tugasnya. Angin malam yang begitu dingin, seakan-akan telah menjadi hangat bagi kita berdua.

Duhai malam, Aku ingin tetap bersamanya!

1 COMMENT

Comments are closed.