Pelajar dan Investasi Ketika Pandemi

44
859

Jakarta, Sawarna – Kata “investasi” tidak lagi asing di kalangan pelajar, khususnya selama pandemi berlangsung. Investasi telah menjadi salah satu sumber pemasukan pasif bagi para pelajar yang memiliki waktu bebas relatif lebih banyak dari sebelumnya.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, per 29 Oktober 2021 jumlah investor di bawah umur 30 tahun adalah 59,50%, di mana jumlah investor pelajar mencapai angka 27,59%. Hasil data ini menunjukkan bahwa sebagian besar investor merupakan generasi muda yang sudah tidak asing dengan kegiatan investasi. Ketika seseorang memiliki penghasilan atau pendapatan, akan lebih baik apabila pendapatan tersebut disisihkan sebagai persiapan untuk masa depan. Opsi untuk uang yang disisihkan tidak hanya ditabung, tetapi juga dapat diinvestasikan.

Investasi merupakan aktivitas menanam dana atau aset agar menghasilkan return atau keuntungan di masa depan, sedangkan investor merupakan orang yang melakukan investasi. Investasi  memiliki dua kategori yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi dengan periode yang cukup pendek yaitu 1 sampai 12 bulan dengan hasil return yang relatif jauh lebih rendah sehingga risiko rugi juga masih terbilang rendah.

Investasi jangka panjang adalah investasi yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan return, contohnya investasi properti berupa tanah dengan harga jual yang naik dalam jangka waktu beberapa tahun. Bagi pemula yang baru memulai investasi dengan pendapatan minim dapat melakukan investasi jangka pendek. Jika sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup mengenai investasi, investasi jangka panjang dapat menjadi pilihan karena return lebih optimal. 

Remaja yang berinvestasi melalui ponsel pintar di Banten, Rabu (17/11/2021). Foto: Justin Amudra Patmadiwiria

Milenial berinvestasi 

Memasuki tatanan kehidupan baru atau new normal, pengelolaan keuangan menjadi semakin penting, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan tabungan. Pandemi berdampak pada perubahan pola pikir masyarakat, seperti cara untuk tetap produktif dan dapat menghasilkan uang dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.

“Investasi membuat saya lebih terlatih dalam memanajemen uang,” ucap Akhmad Raffif Thufail, mahasiswa Geologi Universitas Indonesia, Ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia (CEDS UI) atau biasa disapa Rafif, yang diwawancara secara daring pada dua pekan lalu.  

Ketika ditanya mengenai munculnya tren investasi di masa pandemi, Andre Thasius atau akrab disapa Andre, mantan Ketua Umum Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura, Pontianak, menjelaskan tentang munculnya tren investasi di kalangan anak muda.  “Akhir-akhir ini banyak fenomena ikut-ikutan oleh karena situasi yang memang mendukung. Saat itu IHSG pada saat pandemi mendekati akhir tahun 2020 memang sedang tahap rally, jadi siapapun bisa mengalami keuntungan oleh karena trend bullish tersebut,” kata Andre yang juga mahasiswa Manajemen Universitas Tanjungpura.

Bagi investor pasar saham, istilah bullish pasti sangat akrab didengar. Trend bullish merupakan sebutan di mana suatu kondisi pasar saham sedang mengalami tren naik atau menguat. Kenaikan pasar saham ini dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di suatu negara bahkan di seluruh dunia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Tren inilah yang mendorong anak muda memulai investasi pada masa pandemi.

Meski memiliki risiko, cukup banyak anak muda, khususnya pelajar, yang mulai berinvestasi ketika pandemi dimulai. Cukup menantang, ya, dunia investasi pada era pandemi ini.

Tips dan trik sukses berinvestasi

Dengan munculnya tren investasi di kala pandemi, wajar kalau Kawan Muda tertarik dengan dunia investasi. Nah, Bagi kalian yang tertarik dengan dunia investasi tetapi masih ragu untuk mulai atau masih pemula dalam dunia investasi, kami punya beberapa tips dan juga trik untuk kalian!

Sebelum mulai  dan ketika sudah investasi, penting untuk memiliki pengetahuan mengenai investasi. “Kenali profil risiko terlebih dahulu. Baru setelahnya memilih jenis investasi yang tepat, jangan ikut-ikutan saja karena beda jenis investasi akan beda karakter imbal hasilnya dan risikonya,” ujar Benediktus Tandya Pinasthika (Ito), mahasiswa akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen PPM dan mantan Ketua Jakarta International Economic Society (JIES).

Ito juga menyarankan untuk tetap membaca teori dari buku-buku manajemen keuangan, investasi, dan ekonomi walaupun sudah ada sumber belajar digital.

Foto ilustrasi anak remaja yang sedang mencoba investasi. Foto: Justin Amudra Patmadiwiria

Kapan mulai berinvestasi? Pertanyaan tersebut kerap muncul bagi semua orang yang bingung untuk menginvestasikan uangnya. Padahal, inilah yang justru menghambat bahkan membuat seseorang mengurungkan niat untuk berinvestasi.

“Ada sebuah pepatah yang berbunyi sekarang adalah saat yang baik untuk menanam pohon, kalau tidak di masa lalu ya masa kini,” tutur Naufal Fakhri S., mahasiswa Jurusan Geologi Universitas Indonesia (UI). 

Andre Thasius menambahkan, “Jika sudah merasa siap dalam hal knowledge, selanjutnya mengenai kedisiplinan dalam mengamalkan ilmu dan membentuk psikologis menghadapi pasar. Kedua hal ini hanya dapat terbentuk ketika kita memulai dengan konsisten.”

Selain itu, Andre juga menerangkan mengenai jenis-jenis investasi. Banyak pilihan jenis investasi dengan modal kecil, tidak harus selalu dengan modal besar, seperti investasi emas batangan, barang koleksi, dan menggunakan aplikasi investasi. Penting untuk mengontrol pengeluaran dalam berinvestasi.

“Setiap rupiah yang keluar, usahakan itu memberikan nilai tambah dalam hal pengetahuan, kesehatan, dan nilai guna utama dari produk dan jasa tersebut sehingga dapat dialihkan hal produktif berguna lainnya (seperti investasi, asuransi, or lainnya),” ujar Andre.

Bagaimana nih, Kawan Muda? Sudah siap memasuki dunia perinvestasian?

Kata Anak Muda tentang Investasi

  • Benediktus Tandya Pinasthika, mantan ketua Jakarta International Economic Society (JIES) dan mahasiswa akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen PPM. 

“Awalnya cukup khawatir karena kondisi pasar modal yang masih bagus, tiba-tiba nilai saham mulai berdampak ke dunia bisnis saat pandemi sehingga kondisi pasar modal Indonesia sudah mencapai titik tertingginya.”

  • Akhmad Raffif Thufail, mahasiswa Geologi Universitas Indonesia, Ketua Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia (CEDS UI)

“Banyak anak muda yang mengeluh rugi akan hasil investasi dan mengikuti tren. Padahal dengan melakukan manajemen risiko saja sudah cukup untuk meminimalisir sebuah risiko ke depannya.”

  • Monica Natalia, SMAK Untung Suropati Sidoarjo

“Awalnya ragu berinvestasi, tetapi karena tujuan saya berinvestasi itu menabung dalam jangka panjang sehingga saya dapat memanajemen uang.”

Kelompok 6 “Sawarna”
  1. Andre Christianto (Videografer)
  2. Bernadien Pramudita Tantya Kirana (Reporter)
  3. Cheicylia Grevelyn Hutasoit (Desainer Grafis)
  4. Devintya Wu Meyli (Reporter)
  5. Justin Amudra Patmadiwiria (Fotografer)

Comments are closed.