Antusiasme Perayaan Kemerdekaan Indonesia di Negeri Orang

0
309

Momen perayaan kemerdekaan tentu sangat menarik untuk diikuti. Begitu pula dengan diaspora Indonesia di luar negeri. Cerita mereka akan kerinduan terhadap bangsa dan negaranya, Indonesia diluapkan secara bersama. 

Semarak perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 dilakukan secara antusias oleh seluruh masyarakat Indonesia. Termasuk masyarakat Indonesia yang bermukim di luar negeri (diaspora). Para diaspora indonesia berkumpul bersama-sama di kantor perwakilan negara Indonesia di luar negeri. 

Cerita perayaan kemerdekaan di luar negeri disampaikan oleh Yuan Mulyadi (21), mahasiswa jurusan Arsitektur di Victoria University of Wellington, Selandia Baru. Perayaan kemerdekaan Indonesia ke-78 dilakukan cukup ramai. Terdapat upacara bendera yang diikuti oleh seluruh diaspora, pimpinan dan staff KBRI, serta mahasiswa Indonesia. Upacara ini digelar di halaman Wisma Indonesia Wellington. 

Tahun ini untuk pertama kali Yuan merayakan kemerdekaan di Selandia Baru. Hal itu karena tuntutan pendidikan yang mengharuskan Yuan tinggal di Wellington. “Perayaannya cukup ramai. Ada upacara dan makan-makan bersama di Wisma Indonesia,” tutur Yuan saat dihubungi pada Kamis, (17/8/2023).

Menurutnya upacara di Wellington cukup unik, karena zona waktu di Selandia Baru adalah zona waktu pertama di dunia. “Di sini titik pertama pengibaran bendera merah putih di dunia,” ujar Yuan. Ia merasa antusias mengikuti upacara bendera bersama teman-temannya. 

Acara ini juga disertai dengan pemotongan tumpeng oleh Duta Besar RI untuk Selandia Baru Fientje Suebu. Foto: Yuan Mulyadi

Tak berhenti sampai di situ, acara kemudian dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Fientje Suebu. Ada juga sesi simbolis penyerahan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) dari KBRI kepada salah satu warga negara Indonesia (WNI). Ucapan rasa syukur dan senang juga dipanjatkan di dalam acara tersebut. 

“Senang bisa ketemu makanan Indonesia lagi,” kata Yuan. Ia merasa bahagia bisa makan makanan Indonesia kembali di momen ini. Ada nasi kuning, mie goreng, ayam bakar, dan juga pastel sebagai kudapan yang disediakan untuk tamu yang hadir. 

Makanan khas Indonesia menjadi salah satu sajian wajib bagi diaspora di Wellington, Selandia Baru sebagai obat rindu. Foto: Yuan Mulyadi

Di lain cerita, Salma Benanni (21) mahasiswa Administrasi Bisnis RWTH Aachen University di Jerman juga membagikan ceritanya. Ia bersama kawan yang tergabung di dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) merayakan perayaan kemerdekaan Indonesia di negeri Jerman itu. Rasa haru dan senang meliputi mereka yang ada di sana. 

Perayaan tersebut cukup meriah karena diadakan langsung oleh PPI Aachen dan disambut oleh diaspora Indonesia di sana. Waktu pelaksanaan upacara dan berbagai  lomba ini dilaksanakan di Humbolt Haus atau semacam gedung aula di Kampus RWTH, Kota Aachen.

Upacara bendera yang dilakukan di Humbolt Haus, Kampus RWTH Aachen. Petugas yang bertugas ialah mahasiswa yang tergabung di dalam PPI Aachen pada 18 Agustus 2023. Foto: Salma Bennani.

Berbeda dari yang lain, upacara di Kota Aachen, Jerman diadakan pada Jumat, (18/8). Upacara berlangsung khidmat karena dihadiri oleh seluruh mahasiswa Indonesia di Kota Aachen dan WNI di sana. “Setelah upacara kita ada lomba dan gim. Ya sarana untuk berkenalan sesama orang Indonesia,” jelas Salma saat dihubungi melalui pesan Whatsapp.

Lomba yang diadakan bertujuan untuk menjalin persaudaraan antar diaspora. Contoh lomba yang diadakan ialah tarik tambang dan memasukkan paku ke botol. “Untuk mengganjal perut ada yang jualan juga, kaya bazar,” ujarnya.

Hadir pula gerai-gerai yang menjual makanan Indonesia seperti bebek madura, ayam goreng, dan nasi kuning. 

Sesi perlombaan yang diikuti oleh seluruh tamu undangan yang hadir di KBRI Aachen, Jerman. Foto: Salma Bennani

Tahun 2023 ini juga kali pertama Salma merayakan kemerdekaan Indonesia di manca negara. Pada tahun sebelumnya ia telah tinggal di Jerman tetapi tidak sempat merayakan karena alasan ujian dari kampus. “Merayakan kemerdekaan di luar negeri lebih terasa experience-nya dibanding di Indonesia,” tuturnya. Ia menganggap, mempersiapkan acara sebaik mungkin menjadi pengalaman terbaiknya. 

Tamu yang hadir pun mengenakan pakaian batik. Hal ini sebagai ciri khas dan identitas budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Tentunya menambah kesan dan juga sebagai obat rindu untuk pulang ke Tanah Air tercinta, Indonesia.

Bernyanyi bersama menambah kemeriahan perayaan HUT RI di kota Aachen, bekas Presiden Habibie tinggal. Foto: Salma Benanni

Perayaan kemerdekaan ini juga sebagai ajang lepas rindu dengan Indonesia. Hal ini karena berkumpulnya orang-orang Indonesia yang berada di Kota Aachen. Salma mengatakan bahwa tamu yang hadir berasal dari berbagai kalangan. “Mulai dari WNI yang kerja di Aachen, mahasiswa Indonesia, sampai WNI yang menikah dengan orang Jerman,” katanya. 

Acara untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia ke-78 nyatanya tak sekadar menggema di Indonesia. Warga negara Indonesia yang berada di belahan bumi manapun juga turut merayakan. Hal itu menjadi bukti bahwa mereka sungguh cinta Tanah Air sehingga antusias merayakan HUT kemerdekaan secara bersama-sama. 

Rafi Ramadhan, mahasiswa Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya