Ditempatkan di lokasi paling timur dan terluar, Tim KKN-PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) “Kitorang Sarmi” membersihkan pantai di Pulau Liki, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua pada Jumat (7/7/2023) pagi. Tim KKN-PPM “Kitorang Sarmi” berkolaborasi dengan Papua Trada Sampah (PTS) Sarmi dan warga kampung di Pulau Liki untuk kegiatan mengumpulkan dan memilah sampah-sampah di pantai dan laut dangkal.
Total jumlah partisipan dari ketiga belah pihak mencapai kurang lebih 50 orang mulai dari anak-anak, pemuda, hingga para mama. Divisi Pariwisata Tim KKN-PPM “Kitorang Sarmi” membagi partisipan menjadi dua tim yang menyusuri pantai dan laut dangkal di sepanjang Kampung Lama atau dari arah timur dan Kampung Baru atau dari arah barat dan bertemu di tengah-tengah.
“Yang dibersihkan tidak hanya tepi pantai saja, kami memang sudah mempersiapkan untuk membersihkan di bagian laut juga, sampai mempersiapkan snorkel,” tutur Christian Ale, koordinator Divisi Pariwisata dari Tim KKN-PPM “Kitorang Sarmi”.
Ale juga menambahkan, inisiatif untuk mengadakan bersih pantai di Pulau Liki berangkat dari ditemukannya sampah-sampah di pesisir pantai oleh para mahasiswaketika berjalan-jalan untuk pertama kalinya di pantai Pulau Liki. Sesampainya di Sarmi, Rabu (5/7), para mahasiswa langsung berkeliling untuk mempelajari lingkungan sekitar.
Untuk itulah, mereka menggandeng PTS Sarmi. Koordinator PTS Sarmi, Iqbal Kaplele, mengatakan, komunitas penggiat lingkungan ini menjadi wadah bagi anak muda Papua yang memiliki rasa eco-anxiety atau kecemasan akan adanya malapetaka lingkungan.
Komunitas yang sudah berdiri sejak tahun 2018 sebagai cabang dari Papua Trada Sampah yang berpusat di Jayapura memiliki program-program yang bergerak di bidang pembersihan pantai. “Dalam satu bulan itu kami program pembersihan pantai itu setiap hari Sabtu, untuk pantai-pantai di Sarmi,” ujar Iqbal yang juga menambahkan bawa PTS Sarmi belum pernah berkolaborasi dengan mahasiswa KKN sebelumnya.
Mengikuti arahan dari PTS Sarmi, Tim KKN-PPM “Kitorang Sarmi” dan warga kampung Pulau Liki mengumpulkan sampah-sampah anorganik mulai dari sampah plastik, botol kaca, hingga sampah-sampah yang berasal dari kegiatan melaut seperti bekas jala, terpal, potongan gabus. Semua sampah dikumpulkan dalam tas besar untuk kemudian dipiliah sesuai jenis-jenisnya. Iqbal juga menambahkan bahwa sampah di pulau-pulau seperti Pulau Liki selain berasal dari aktivitas penduduk juga berasal dari sampah daratan yang hanyut ke laut dan mengendap di pesisir pantai pulau.
“Untuk sampah plastik kami langsung pilah karena kami berencana untuk membuat ecobricks dan juga akan dibawa ke Jayapura untuk ditukarkan ke bank sampah,” jelas Iqbal terkait teknis pemilahan sampah yang telah dikumpulkan oleh para partisipan.
Yosepus Teno, Kepala Desa Pulau Liki menjelaskan bahwa warga kampung di Pulau Liki sendiri memiliki aktivitas bersih pantai. “Rutin, kita setiap Jumat tetap ada pembersihan di sepanjang rumah warga,” tutur Yosepus menjelaskan Jumat Bersih, kegiatan bersih pantai rutin yang dilaksanakan warga kampung di Pulau Liki. Akan tetapi, Yosepus melanjutkan, sampah-sampah rumah tangga dan sampah hasil Jumat Bersih biasanya hanya dibakar, tidak diolah ataupun dipilah.
Pembuangan sampah
Dari kegiatan bersih pantai itu, para mahasiswa UGM mengamati belum adanya sistem pembuangan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. “Di sini pun tidak ada tempat penampungan sementara sehingga ketika warga mengumpulkan sampah itu biasanya bisa berserakan, berantakan, apalagi kalau airnya sedang pasang atau hujan itu bisa menyebar ke mana-mana,” kata Ale.
Solusi yang ditawarkan Tim KKN-PPM “Kitorang Sarmi” terhadap permasalahan ini, tambah Ale, adalah program kerja policy brief mereka, di mana Divisi Pemerintahan Tim KKN-PPM “Kitorang Sarmi” akan mengamati, mengumpulkan, dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang ada di Pulau Liki untuk kemudian disampaikan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Sarmi.
Untuk sementara ini, pembakaran sampah oleh warga, program pembersihan pantai dari PTS Sarmi, dan policy brief dari Tim KKN-PPM “Kitorang Sarmi” menjadi solusi sementara. Harapannya, akan segara ada solusi dari pemerintah daerah sebagai pemutus kebijakan terkait sistem pembuangan sampah di Pulau Liki.
Penulis: Florencia Azella Setiajid, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM
Foto:
- M. Rico Ivanda Varrelino, Fakultas Teknik UGM
- Muhammad Fauzan Ramadhani, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM
- Mohammad Naufal Dzakwan, Fakultas Kehutanan UGM