Kita pasti tahu bahwa eksistensi cerita roman yang dikemas dalam bentuk karya sastra, masih menjadi daya tarik tersendiri hingga saat ini. Pada dasarnya setiap kisah yang dituliskan di dalam karya sastra merupakan cerminan dari kisah yang benar-benar terjadi di dunia.
Begitupun dengan kisah sampai tokoh yang bisa saja ditemukan di ruang publik. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang masih tetap digemari anak-anak, remaja, bahkan dewasa.
Cerita tentang kehidupan dikemas dengan alur yang apik, tokoh yang menarik, hingga pesan-pesan yang terkandung sering memberikan kesan tersendiri bagi penikmatnya, karena terlalu nyata seperti kehidupan keseharian. Seiring berkembangnya zaman, novel dapat dinikmati lewat media cetak maupun daring. Beragam tema cerita dalam novel terutama percintaan, menjadi incaran para pembaca untuk menemani hari-hari mereka.
Gadis Garut merupakan novel roman multietnik Indonesia pada awal abad 20. Seperti judulnya, novel tersebut memberikan nuansa alam Kabupaten Garut, Jawa Barat yang indah dan damai di setiap halamannya. Novel yang terdiri dari 370 halaman itu membawa kita pada perjalanan cinta seorang gadis Garut yang cantik, cerdas dan anggun bernama Neng untuk bertemu dengan takdirnya, seorang pria tampan, baik hati, dan berpendidikan bernama Abdullah.
Tema percintaan memang tidak asing di dunia karya sastra, terutama novel. Mulai dari kisah cinta anak SMA, seorang pria kaya dan perempuan miskin, atau kisah cinta terlarang yang digandrungi saat ini.
Alur dari kisah cinta yang terdapat pada novel-novel roman saat ini berkutat pada konflik sederhana. Namun, Gadis Garut menawarkan alur yang menarik dari kisah cinta kedua tokoh utama, hingga mampu memancing emosi dan rasa penasaran pembaca.
Pembaca diajak melangkah perlahan-lahan, menelusuri setapak demi setapak dari perjalanan cinta Neng dan Abdullah untuk bersatu pada ikatan suci. Konflik yang disuguhkan sangat apik, hingga mampu membuat pembaca terbawa suasana dalam cerita.
Seperti kita ketahui bersama, bahwasanya untuk bertemu dengan seseorang yang benar-benar ditakdirkan akan mengalami lika-liku yang tidak mudah, serta penantian panjang hingga terkadang membuat putus asa.
Cerita cinta di dalam novel Gadis Garut benar-benar menggambarkan situasi tersebut, hingga terasa seperti kisah nyata yang kerap kali dirasakan oleh siapapun. Bahkan oleh pembaca yang sedang menunggu takdirnya.
Cinta memang tidak datang dengan sendirinya, setelah sepasang netra bertemu pada kesempatan yang telah ditakdirkan. Cinta dapat tumbuh sedikit demi sedikit merasuki pikiran. Begitu pun yang dialami oleh dua tokoh pada novel Gadis Garut, Neng dan Abdullah setelah pertemuan yang tidak disengaja di kota Garut.
Hingga pengorbanan, usaha, dan tekad, ditemani dengan cinta mereka masing-masing, menuntun keduanya melangkah di atas kerikil tajam dan rintangan yang terbentang di depannya.
Selain menyuguhkan kisah percintaan antara kedua tokoh utama di dalamnya, Gadis Garut juga mengajak kita berkeliling kota Garut. Memanjakan indra penglihatan, pendengaran, bahkan penciuman, karena pilihan diksi yang tepat oleh penulis ketika menggambarkan setiap sudut kota Garut dengan sangat apik.
Hal tersebut dapat menjadi alasan bagi kita untuk benar-benar pergi ke Garut dan membuktikan keindahan-keindahan yang terlukis di dalam buku tersebut.
Novel Gadis Garut merupakan karya penulis bernama Sayid Ahmad bin Abdullah Assegaf. Penulis yang gemar melakukan perjalanan, hingga akhirnya singgah di Garut dan memilih tempat tersebut sebagai setting dalam ceritanya. Tidak heran jika penulis mampu menggambarkan setiap sudut kota Garut dengan baik, karena ia pernah singgah disana.
Fakta lainnya, novel itu merupakan novel terjemahan dari Bahasa Arab dengan judul Fatat Garut. Novel tersebut memiliki hasil terjemahan yang baik, sehingga pembaca tidak akan kehilangan keindahan dalam novelnya.
“Aku salah karena telah mempertimbangkan penampilan dan pakaiannya lebih dahulu, sebelum menguji akal dan pikirannya…,”
Sebagai buku roman, penulis benar-benar menceritakan kisah percintaan dua tokoh utama dengan segala likunya. Namun, buku ini juga memberikan banyak pelajaran dan informasi berharga. Penulis juga mengangkat beberapa masalah sosial yang terjadi pada saat itu, tepatnya pada tahun 1920-an.
Hal itu membuat novel tersebut cocok untuk dinikmati pada zaman modern sekarang, karena di dalamnya menyuguhkan pengetahuan dan pelajaran berharga.
Salah satu nilai sosial yang terdapat pada novel ini adalah, kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya saja. Seperti yang ditulis oleh penulis pada salah satu penggalan dialog tokoh Abdullah, dan bisa menjadi pembelajaran dalam kehidupan. “Aku salah karena telah mempertimbangkan penampilan dan pakaiannya lebih dahulu, sebelum menguji akal dan pikirannya. Aku lupa bahwa nilai seseorang tergantung kedua hal itu.”
Penggalan dialog tersebut memberikan isyarat nyata bahwa kita tidak bisa menilai seseorang dari penampilannya terlebih dahulu, melainkan dari akal dan pikirannya. Hal itu sangat bertolak belakang dengan keadaan yang terjadi di sekitar kita, manusia sering melihat dengan sebelah mata, dan menyimpulkan hanya karena yang terlihat di luarnya saja.
Hal yang paling menonjol dari novel yang diterjemahkan pada tahun 2008 ini adalah karena alurnya yang menarik walaupun terkesan cukup rumit, dan para penggambaran watak tokoh yang cukup baik. Selain itu nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, memberikan kesan menarik tersendiri bagi novel dengan sampul bernuansa hijau dan gadis berkerudung di depannya.
Kendati menawarkan hal-hal menarik di dalamnya, sepertinya novel Gadis Garut tidak terlalu digemari masyarakat. Padahal di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya, nilai sosial, nilai pendidikan, hingga nilai agama, membentuk kesatuan utuh yang mungkin jarang ditemukan pada novel-novel roman yang beredar pada zaman modern ini.
Novel itu bisa dinikmati oleh semua usia, terutama bagi mereka yang bosan dengan kisah cinta monoton pada novel-novel roman lainnya. Buku tersebut juga dapat dijadikan media pembelajaran yang baik karena di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan mengenai keilmuan yang lahir dari bangsa Arab yang mungkin tak diketahui oleh banyak orang. Dengan membaca novel itu, kita bisa memberikan pembelajaran bagi penerus bangsa, agar dapat menghargai bangsa lain.
Catatan penting yang digambarkan di dalam novel Gadis Garut berpusat pada sebab akibat yang menimpa para tokohnya, hingga membuktikan bahwa segala hal yang dilakukan pasti akan ada akibatnya. Selain itu, pengingat bahwa jodoh dan mati adalah rahasia Allah, menyadarkan kita bahwa keduanya bisa datang kapan saja.
Kematian bisa datang ketika kita sedang mengejar jodoh, atau jodoh yang bisa saja datang ketika kita sibuk mempersiapkan bekal menuju akhirat.
Kisah cinta yang penuh dengan lika-liku, dikemas dengan konflik keluarga dan tekanan di dalamnya. Ditambah dengan masalah ideologi orang-orang Eropa dan Arab. Serta watak tokoh yang beragam, memberikan kesan menarik bagi siapapun untuk menikmati novel ini. Rahasia gelap di balik orang-orang yang paham agama, akan membuat kita menggelengkan kepala.
Adinda Destiana Aisyah, mahasiswi Sastra Inodnesia Fakultas Sastra, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan,Banten.