Aroma Karsa: Obsesi, Mitologi, dan Tragedi

0
414

Obsesi dalam diri manusia bagai racun yang mematikan. Obsesi menjadikan manusia tamak dan dibutakan dari nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Fitrahnya sebagai makhluk berakal budi menjadi pupus, ia sudi melakukan apapun demi mencapai kehendaknya. Padahal, segala sesuatu di dunia tak ada yang abadi, dan pada akhirnya ke tanah-lah manusia kembali.

Siapa yang tak kenal dengan novel berjudul Aroma Karsa karya Dee Lestari? Bagi para pecinta novel tersebut merupakan buku yang tak boleh dilewatkan. Aroma Karsa bukanlah sekadar novel bergenre fiksi, lebih dari itu, alur dalam novel tersebut justru memadukan antara fiksi dan fakta dalam kisahnya. Novel dengan tebal halaman 696 lembar tersebut sangat kompleks, karena di dalamnya menceritakan sebuah kisah berbalut mitologi, sejarah, budaya, percintaan, obsesi, dan pengkhianatan.

Kisah dalam novel ini bermula dari sebuah mitologi yang disampaikan oleh Eyang Janirah kepada cucu perempuannya, Raras Prayagung. Kepada Raras, ia sering menceritakan berbagai macam dongeng, termasuk sebuah mitologi berisi dongeng Mahesa Guning dan tanaman Puspa Karsa, yang ternyata mampu menjelma menjadi obsesi Raras Prayagung sepanjang hidupnya. Konon, Puspa Karsa merupakan bunga sakti yang mampu mengendalikan kehendak.

Kisah mitologi yang disampaikan neneknya kemudian menumbuhkan rasa penasaran Raras. Lambat laun, rasa penasaran tersebut menyeruak menjadi obsesi dalam dirinya. Sepeninggal Eyang Janirah, hidup Raras dikendalikan oleh obsesinya terhadap Puspa Karsa. Segala hal yang dilakukan Raras hanyalah untuk satu tujuan semata, yakni Puspa Karsa. Obsesi Raras semakin bertambah saat ia mengetahui bahwa Puspa Karsa bukanlah sekadar mitos belaka, Puspa Karsa itu nyata dan berada di suatu tempat rahasia dan hanya dapat diidentifikasi melalui aroma, fakta tersebut didukung oleh bukti kuat berupa lontar kuno Kerajaan Yogyakarta.

Obsesi Raras lantas mempertemukannya dengan sosok bernama Jati Wesi, seorang pemuda yang memiliki kemampuan indera penciuman ajaib. Jati dapat membaui segala macam aroma yang dihirup oleh hidungnya, kemampuan indera penciumannya melampaui kemampuan penciuman manusia biasa, sehingga ia dijuluki ‘Si Hidung Tikus’.

Hal itulah yang membuat Raras merekrut Jati menjadi karyawan pribadinya dengan kontrak kerja seumur hidup. Jauh di dalam benak Raras, Jati bukan hanya seorang karyawan dengan penciuman istimewa, baginya pemuda itu bagaikan kunci utama yang dapat digunakan untuk mewujudkan obsesinya dalam memburu Puspa Karsa.

Secara perlahan tapi pasti, Raras mulai menggiring Jati untuk masuk lebih jauh ke dalam hidupnya. Jati diberi fasilitas tempat tinggal dan fasilitas istimewa lainnya. Hal tersebut mengundang ketidaksukaan Tanaya Suma terhadap perlakuan ibunya yang begitu mengistimewakan Jati.

Tanaya adalah anak angkat Raras sekaligus penerus perusahaan Kemara miliknya. Tanpa diduga, Suma memiliki kemampuan penciuman yang sama dengan Jati. Pertemuan ketiga tokoh tersebut menjadi titik awal menguaknya berbagai misteri. Seiring berjalannya waktu, Jati dan Suma akhirnya sepakat untuk bergabung dalam ekspedisi pencarian Puspa Karsa.

Melalui ekspedisi inilah, Jati dan Suma menemukan rahasia terbesar dalam hidup mereka yang tak pernah mereka duga.

Melalui ekspedisi inilah, Raras berupaya mewujudkan obsesinya. Melalui ekspedisi inilah, Jati dan Suma menemukan rahasia terbesar dalam hidup mereka yang tak pernah mereka duga.

Ekspedisi tersebut mengharuskan mereka untuk mendaki Gunung Lawu. Seperti yang diketahui bahwa Gunung Lawu menyimpan banyak kisah misteri yang sarat akan nilai-nilai mistis dan magis. Karena obsesinya, Raras tak ragu untuk melewati batasan yang telah digariskan oleh alam.

Tanpa takut ia pun menerobos masuk tanpa permisi ke dalam alam magis di lereng Gunung Lawu. Berbekal sebuah peta, Jati, Suma, beserta tim ekspedisi lainnya mulai menyusuri Alas Kalingga. Mengingat Puspa Karsa merupakan bunga yang sakti dan tak biasa, maka dalam ekspedisi tersebut mereka diharuskan untuk memasuki alam yang berbeda dengan alam manusia.

Bukan sebuah alam yang dipenuhi manusia sebagai penghuninya, melainkan alam para dewa dan makhluk mitologi lainnya yang kerap muncul pada kisah mitologi Jawa. Tindakan tersebut menjadi awal mula petaka yang akan menimpa hidup mereka dan Raras Prayagung. Alam memberi sanksi kepada rombongan ekspedisi Puspa Karsa dengan menunjukkan kekuatan magisnya.

Aroma Karsa memiliki unsur budaya yang membuat pembaca lebih terbuka dengan nilai sejarah dan budaya. Di novel ini, kebudayaan Jawa menjadi dasar utama dalam pemunculan mitos yang mendorong terjadinya konflik, kemudian melahirkan pesan kepada pembaca bahwa sejatinya dalam dunia ini, manusia hidup berdampingan dengan kehidupan lain. Sesama makhluk ciptaan Tuhan, hendaknya manusia perlu merenungi bahwa terdapat batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar antara kehidupan manusia dan kehidupan makhluk lainnya, sebab setiap makhluk tentu mendamba ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya.

Dalam situasi yang genting, sekuat tenaga mereka berusaha bertahan hidup dan menguak misteri, tentang Puspa Karsa, tentang Mahesa Guning, tentang Jati Wesi, dan juga tentang Tanaya Suma. Satu per satu potongan misteri akhirnya mereka dapatkan. Nyawa orang-orang yang terlibat dalam ekspedisi itu harus menjadi ganjaran, obsesi yang selama ini merasuki Raras membuatnya rela menapaki alam mitologi tanpa gentar.

Oleh karenanya alam pun tak gentar menunjukkan kuasanya yang dibalut jutaan misteri. Obsesi Raras mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya, namun bagi Jati dan Suma, obsesi tersebut justru mengantarkan mereka untuk menemukan jati diri masing-masing, menemukan pengkhianatan di sekitar mereka, serta menemukan fakta bahwa Puspa Karsa adalah bunga berkekuatan magis nan berbahaya yang memiliki kuasa mengendalikan ambisi manusia.

Terlepas dari fungsi estetikanya, novel ini turut memuat fungsi edukasinya berupa edukasi moral yang dijelaskan secara tersirat. Dijelaskan melalui tokoh Raras Prayagung yang begitu terobsesi untuk menemukan Puspa Karsa. Obsesi Raras yang besar merupakan hasil dari penyampaian dongeng yang diceritakan secara berlebihan oleh neneknya. Eyang Janirah terlalu mengagungkan Puspa Karsa di hadapan Raras sehingga cucunya itu bertekad untuk menemukan bunga tersebut demi segala ambisinya untuk mewujudkan taraf kehidupan tertinggi.

Obsesi itu lantas membutakan batin Raras dari nilai-nilai kemanusiaan yang dimilikinya, ia rela mengorbankan siapa saja, rela berkhianat, rela membiarkan dirinya terluka, bahkan rela menggadaikan nyawa orang-orang di sekitarnya demi menebus Puspa Karsa yang ia damba.

Hal tersebut menandakan bahwa obsesi mampu menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling kejam di alam semesta. Obsesi mampu memupuskan nilai kemanusiaan dalam diri manusia, serta mendorong manusia untuk berbuat sesuai kehendaknya tanpa mau berpikir tentang nasib orang lain, berpikir tentang kerugian yang akan ditimbulkan, serta malapetaka yang dapat menimpa kapan saja.

Adella Diva Rahmadian, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.