Masakan berbahan dasar hewan laut atau seafood banyak digemari oleh berbagai kalangan usia, baik dewasa maupun muda menyukai hidangan ini. Salah satu hewan laut yang cukup digemari yakni udang vaname atau yang umum dikenal di pasaran dengan sebutan udang putih. Tapi, Sobat Muda tahu enggak sih udang vaname yang dihidangkan di meja makan kita ternyata tidak semuanya berasal dari hasil tangkapan laut? Lalu, dari mana kita bisa mendapatkan udang vaname tersebut?
Yuk, kita berkenalan dengan salah satu komoditas primadona akuakultur di Indonesia yaitu udang vaname. Udang vaname (litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang yang mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 2001. Sebelumnya Indonesia telah melakukan kegiatan budidaya udang pada komoditas udang windu (penaeus monodon) dan udang putih (penaeus merguensis). Oleh karena itu, udang vaname hadir di Indonesia sebagai komolternatif.
Lalu, mengapa udang vaname dipilih menjadi komoditas alternatif budidaya udang di Indonesia? Hal itu karena udang tersebut memiliki beberapa keunggulan yakni nafsu makan yang tinggi, relatif resisten terhadap penyakit, toleransi kualitas lingkungan yang luas. Juga, tingkat kelulushidupan yang tinggi, pertumbuhan yang cepat serta dapat dibudidayakan pada padat tebar tinggi dan waktu pemeliharaan yang singkat hanya berkisar 90 hingga 100 hari saja.
Berdasarkan keunggulan yang dimilikinya, udang vaname mampu menjadi salah satu primadona akuakultur di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 Indonesia mampu memproduksi udang vaname mencapai 8.162 ton.
Sistem budidaya
Umumnya di Indonesia menerapkan tiga model sistem budidaya udang vaname yakni, tradisional, semi-intensif dan intensif. Ketiga model sistem budidaya tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik masing-masing. Sistem budidaya tradisional memiliki karakteristik yaitu kolam berkonstruksi tanah dan tidak banyak menggunakan instrumen penunjang.
Sistem budidaya semi-intensif memiliki karakteristik yaitu kolam berpondasi tanah namun pematangnya sudah menggunakan beton dan menggunakan instrumen penunjang. Sementara sistem budidaya intensif memiliki karakteristik yaitu kolam berkonstruksi beton atau plastik yang melapisi seluruh permukaannya, menggunakan banyak instrumen penunjang dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta terkontrol.
Memberi mineral
Terdapat beberapa tahapan dalam kegiatan budidaya udang vaname yakni persiapan air kolam pemeliharaan, penebaran benur, manajemen kualitas air, manajemen pakan dan suplemen tambahan, manajemen dasar kolam dan sistem aerasi, manajemen kesehatan udang dan manajemen panen.
Pada tahap persiapan air kolam pemeliharaan umumnya dilakukan beberapa perlakuan seperti pemberian fermentasi dedak untuk membentuk pakan alami, pengapuran untuk meningkatkan nilai pH dan memberikan mineral tambahan bagi udang, bioremediasi menggunakan probiotik untuk menyeimbangkan kualitas air dan lainnya.
Tahap penebaran benur udang vaname umumnya dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit. Selain itu, benur yang akan ditebar sebaiknya dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian suhu terlebih dahulu dengan cara meletakkan kantong benur di permukaan kolam dan tunggu hingga kurang lebih 30 menit lalu dibuka perlahan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi suhu kolam dan suhu kantong benur sehingga udang vaname tidak mengalami stres.
Selain tahapan di atas, pada masa pemeliharaan diperlukannya monitoring kualitas air secara rutin untuk mengetahui kondisi perairan layak atau tidak untuk kegiatan budidaya. Umumnya parameter kualitas air yang penting untuk diketahui yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, nitrit, nitrat, amonia, kecerahan perairan dan tinggi kolam. Parameter-parameter tersebut dapat menentukan tingkat kelayakan dari perairan yang digunakan saat budidaya udang vaname.
Nah, Sobat Muda sekarang sudah tahu kan. Ternyata hidangan lezat seperti udang vaname bisa didapatkan selain dari hasil tangkapan laut melainkan dari hasil kegiatan budidaya yang kompleks prosesnya.
Aunal Adha Sulistiari, mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang dan Magangers Kompas Muda Harían Kompas Batch IX