Mahasiswa UGM Membuat Boneka Edukasi Konservasi Berbasis Teknologi Informasi

0
706

Untuk meningkatkan pemahaman tentang konservasi fauna asli Indonesia, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta membuat boneka edukasi fauna Nusantara. Boneka Edukasi yang disebut boneka fansa tersebut  terdiri dari tiga karakter hewan, yaitu Ates, Lagus, dan Thera. Ketiganya merupakan representasi dari satwa asli Indonesia yang terancam punah.

Karakter pertama Ates merupakan Owa Jawa yang memiliki nama latin hylobates moloch. Karakter kedua, Lagus yang merupakan kanguru pohon atau dendrolagus pulcherrimus. Terakhir, Thera merupakan harimau Sumatera yang punya nama latin panthera tigris.

Mereka membuat boneka itu sejak awal tahun 2021 dan April lalu memproduksinya. Mulai Agustus 2021, ke tiga boneka sudah mulai dipasarkan dengan harga Rp 79 ribu per boneka. Sementara ini boneka yang paling banyak dicari adalah Lagus yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat.

Ide membuat boneka Fansa itu terinspirasi dari souvenir pada kegiatan Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta. Masyarakat amat menyukai souvenir boneka  yang  menjadi maskot  Asian Games berupa karakter boneka Bhin Bhin, Atung, dan Kaka sehingga penjualan tiga jenis boneka melebihi target.

Terinspirasi dari kesuksesan tersebut, mahasiswa Achmaludin Taufan Azmi, mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM  bersama empat rekannya,  Aulia Nur Fajriyah (fakultas teknik, Bagus Dwiantara (fakultas kehutanan), Aulia Putri Hijiriyah (fakultas ilmu budaya, dan Rendy Nu’man Pradana (jurusan fisika fakutas MIPA), berinisiatif menghadirkan hal serupa untuk mengedukasi masyarakat tentang konservasi satwa.

Mereka mencetuskan gagasan dengan memaparkan materi edukasi melalui media boneka satwa. Setelah mendapat dana dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) UGM 2021, kelima mahasiswa tersebut mulai memproduksi boneka edukasi konservasi itu.

 

Dilengkapi teknologi

Tak sekedar boneka yang bisa dipegang dan dielus, mahasiswa UGM membuat para pembeli boneka edukasi konservasi satwa endemik langka pertama itu bisa lebih mengenal hewan itu dengan melengkapi boneka dengan teknologi informasi. Selain memberikan gambaran fisik satwa dalam bentuk boneka, kami menambahkan teknologi augmented reality  (AR) di dalamnya,” ujar Achmaludin yang menjadi ketua tim, pada awal September lalu.

Singkatnya, dalam boneka itu ada jalan yang membuat orang mendapatkan materi edukasi di alamat website berupa artikel dan video singkat yang mudah di pahami. Selain ada video  singkat, tim juga membuat film animasi hewan tersebut berikut suaranya. “Kami buat dengan permainan yang menyenangkan bagi yang melihat berbagai info. Sengaja ada animasi dan suara yang menarik sehingga bisa menambah pengetahuan dengan cara yang menyenangkan,” tambah Achmaludin tentang boneka setinggi 30 sentimeter tersebut.

Boneka edukasi tersebut dilengkapi dengan kartu AR dan kartu QR edukasi yang dikaitkan pada boneka. Kartu tersebut berisi informasi mengenai berbagai fakta unik terkait konservasi satwa di Indonesia baik melalui aplikasi maupun website. Untuk mengingatkan misi pembuatannya, ketiga boneka  dirancang mengenakan scarf  bertulisan #Save Forest #Save (nama satwa endemik).

Sementara itu, pada bagian leaflet terdapat dua halaman, yaitu pada halaman depan menjelaskan produk, dan pada halaman dalam menjelaskan tentang konservasi satwa tersebut. “Ates yang merupakan representasi dari owa Jawa melambangkan hewan endemik dari Jawa yang terancam punah sedangkan Lagus dan Thera merepresentasikan hewan endemik dari Papua dan Sumatera yang juga terancam punah yaitu kanguru pohon dan harimau sumatera”. Demikian antara lain informasi pada leaflet Ates.

Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada pembuat inovasi boneka fansa

Produksi Boneka Fansa dilakukan bekerja sama dengan produsen boneka di Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga mendukung perekonomian lokal. Untuk pemasaran produk boneka Fansa ini, dilakukan secara daring dan offline. Pemasaran secara daring memanfaatkan media sosial, kanal berita dan marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Sedangkan pemasaran secara offline dilakukan dengan menawarkan produk secara langsung kepada calon pembeli.

Kedepan, tim akan terus menyempurnakan karya tersebut. Selain itu, mereka akan mengajak kantor dinas pendidikan daerah untuk menggunakan boneka sebagai media pembelajaran baru yang menyenangkan bagi anak untuk edukasi tentang binatang khas Nusantara.

Rendy Nu’man Pradana, mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.