Kesehatan merupakan modal utama bagi manusia untuk melakukan berbagai kegiatan produktif. Maka dari itu, penting untuk selalu menjaga kesehatan terutama di masa pandemi Covid-19. Di masa seperti ini berbagai kegiatan lebih diutamakan untuk dilakukan secara daring, begitupun dengan kegiatan latihan Korps Sukarela PMI Universität Islam Negeri Jakarta.
Menurut Pembina KSR PMI UIN Jakarta, Fuad Bashori, KSR PMI UIN Jakarta adalah organisasi mahasiswa yang bergerak aktif di bidang sosial dan kesehatan. Jadi, sudah seharusnya organisasi ini mengutamakan kesehatan anggotanya terlebih dahulu sehingga latihan pun dilakukan secara daring.
Latihan untuk calon anggota KSR PMI UIN Jakarta dinamakan dengan LACAK (Latihan Calon Anggota KSR). Tahun ini, LACAK memiliki tujuan untuk membuat calon anggotanya memiliki sikap yang semangat, sigap, disiplin, tanggungjawab, dan kompak. Latihan dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu melalui zoom meeting dengan menghadirkan para pemateri yang menguasai materi di bidangnya masing-masing.
Bukti latihan fisik akan dikumpulkan saat latihan. Bukti lari satu kilometer berupa tangkapan layar dari aplikasi Strava, sedangkan bukti push up dan sit up berupa video.
Selain itu, terdapat latihan fisik berupa lari satu kilometer, sit up 10 kali, dan push up 10 kali yang dilakukan setiap Minggu. Bukti dari latihan fisik tersebut akan dikumpulkan saat latihan. Bukti lari satu kilometer berupa tangkapan layar dari aplikasi Strava, sedangkan bukti push up dan sit up berupa video.
Calon anggota yang sudah mendapatkan pelatihan diharapkan bisa mengusai setiap materi. Penguasaan itu tidak hanya secara teori, tetapi juga secara praktiknya. Namun, jika pelatihan dilakukan secara daring apakah bisa menguasai praktik tersebut?
“Memang tidak enak duduk ngedengerin doang,” keluh Fani Pahmilia Putri, mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat yang merupakan anggota LACAK. “Tetapi masa pandemi seperti sekarang ini mau latihan offline juga masih ada wabah. Jadi hanya materi-materinya saja yang diberikan sebagai dasar untuk terjun ke lapangannya nanti,” tambahnya.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Falihah Nur Aini, mahasiswi Jurusan Farmasi yang merupakan anggota LACAK. “Tidak ada cara lain menurut aku, selain latihan hanya secara teori dan diajarkan lewat online (pemaparan video atau lainnya). Kalau pun dipaksa offline resikonya terlalu besar dan belum tentu mendapat izin dari pihak kampus.”
PMI mengajarkan anggotanya untuk menerapkan 3A, yaitu aman diri sendiri, aman orang sekitar, dan aman korban. Kenapa harus mengutaman keamanan diri sendiri terlebih dahulu? karena jika diri sendiri tidak aman, bagaimana mau mengamankan orang lain? “Apalagi kita ini PMI yang bergerak dibidang kesehatan dan memiliki rasa senasib dengan paramedis. Jadi agak kurang etis kalau kita latihan sedangkan mereka sedang berjuang di sana,” ujar Falihah.
Meskipun terdapat hambatan dalam memahami praktik jika diajarkan secara daring, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Falihah, kita harus memanfaatkan secara maksimal latihan daring, seperti dengan diadakannya pemaparan video sehingga kita menjadi lebih mengerti untuk mempraktikannya.
Cara lain disampaikan oleh Mpok Tiara, Mentor Kelompok 8 LACAK. “Kondisi seperti ini bukan penghalang bagi kita untuk tetap bisa menguasai materi yang diajarkan secara praktik. Banyak video di YouTube yang mempraktikan cara melakukan pertolongan pertama. Meskipun banyak perbedaan dalam melakukan praktik, kita bisa menggunakan materi yang telah diajarkan saat latihan KSR sebagai acuan,” jelas Tiara
Latihan secara daring memang memiliki kekurangan, namun kita bisa memanfaatkan teknologi yang ada untuk membantu kita dalam menguasai materi baik secara teori maupun praktik. Yuk, tetap semangat latihan meskipun secara daring!
Rara Mutiara Latifah, mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Comments are closed.