Apa yang terbayang saat mendengar kata smart city? Kota yang serba canggih dan otomatis? Mobil yang bisa terbang dan jalan sendiri? Implementasi teknologi menjadi salah satu pembahasan saat berbicara mengenai smart city. Namun bukan hanya itu, kota yang pintar adalah kota yang bisa menjawab kebutuhan warganya. Belum tentu teknologi canggih merupakan apa yang dibutuhkan oleh sebuah smart city. Lalu, smart city yang dimaksud seperti apa sih?
Acara Finference, seminar yang diadakan oleh Universitas Prasetiya Mulya pada Minggu (15/ 11/ 2020) melalui kanal Youtube dengan mengangkat tema ‘A Vision for Sustainable Future: Think Sustainable, Act Responsible’”, menjawab pertanyaan itu. seminar yang diadakan secara daring (webinar) tersebut membahas berbagai topik dalam beberapa sesi.
Salah satu topik mengenai “Smart city: A City with Unlimited Possibilities’” yang mendatangkan berbagai narasumber yang memiliki kapabilitas seperti Yudhistira Nugraha, Director of Jakarta Smart City (JSC), Kristiyanto sebagai Strategic Policy & Initiative di Nodeflux, serta Prof. Marsudi Wahyu Kisworo, pakar smart city Indonesia dan Komisaris Telkomsel yang menjadi moderator acara.
Dalam diskusi yang berlangsung selama lebih dari satu jam, Yudhistira Nugraha, memberi gambaran konsep smart city yang mengedepankan pembangunan ekosistem di sekitarnya. “Smart city is about building ecosystem. Unlimited possibility means unlimited problems juga. Di Jakarta sebagai contoh, teknologi tentunya membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat,” kata Yudhistira.
Semakin dalam obrolan dalam sesi itu, Yudhistira kemudian menjelaskan bahwa kota yang pintar bukan dilihat dari seberapa banyak teknologi yang dimiliki, namun seberapa efektif solusi yang diberikan demi menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Menurut dia, setiap daerah itu unik dan punya used case nya masing-masing, sehingga satu metode implementasi teknologi belum tentu dapat digunakan di daerah yang berbeda-beda.
Kebijakan berkelanjutan
Sependapat dengan Yudhistira, Krisyanto yang menjadi Strategic Policy & Initiative di Nodeflux berpendapat dari sisi pihak swasta yang terlibat dalam program smart city yang diinisiasi pemerintah. Ia menyatakan, implementasi konsep smart city perlu mempertimbangkan masalah yang dihadapi oleh daerah tersebut.
Bukan hanya ideasi dalam menyelesaikan masalah, menurutnya perlu ada political willingness oleh pemerintah yang berjalan secara konsisten dari setiap periodenya. Hanya karena berbeda pandangan, implementasi smart city di daerah tersebut dirubah total dari rencana yang sudah berjalan hanya karena unsur politik. Perlu ada juga pertimbangan yang bersifat berkelanjutan dari setiap pemimpin daerah.
Menanggapi hal tersebut, dalam diskusi terbuka yang dipandu Prof Marsudi, Krisyanto lantas bertanya, “Bagaimana cara agar kebijakan implementasi smart city bisa berjalan dengan sustainable?”
Kemudian Yudhistira menjawab. “Smart city sebagai agrigator, sebagai analyst. Sifatnya membantu pemerintah sebagai partner utama dalam mengambil kebijakan publik yang data driven. Kolaborasi dengan pihak swasta untuk menciptakan ekosistem. Hal itu perlu dijaga dalam bentuk kelembagaan.”
Sosialisasi ke masyarakat
Diskusi ditutup dengan pembahasan mengenai bagaimana konsep smart city ini dijelaskan atau disosialisasikan kepada masyarakat. Krisyanto menyarankan agar proses komunikasi berjalan pada koridor focus on customer. Menurutnya, tanpa adanya masyarakat yang terlibat dan merasakan sendiri fungsi dari smart city, sosialisasi tidak akan berjalan dengan efektif.
Sedangkan Yudhistira berpendapat bahwa konsep smart city itu esensinya adalah citizen participation. Ide bisnis yang ditawarkan oleh smart city perlu bersifat bottom up dan berdasar pada masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya. Sehingga perlahan namun pasti, masyarakat akan sadar pentingnya smart city dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Penulis : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang // Hendy Layardi
Editor : Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang // Adonia Bernike Anaya
Foto : Dokumentasi Pribadi Kompas Corner
Comments are closed.