Membangun Konsistensi Media di Era Digital

0
444

Penggunaan media digital saat ini sangat berkembang pesat karena semakin luasnya jangkauan internet. Di Indonesia sendiri, menurut data situs layanan media sosial Hotsuite, pengguna internet di Indonesia per Januari 2020 mencapai lebih dari 175 juta pengguna dengan hampir  delapan jam penggunaan per hari. Hal itu tentu meningkatkan jumlah konsumen media digital dengan sangat cepat.

Perkembangan dunia media sendiri sejak dulu bergerak dengan sangat cepat, mulai dari yang konvensional hingga digital. Hal ini tentunya menciptakan berbagai karakteristik baru dari penikmat media itu sendiri. Era digital yang didorong oleh globalisasi saat ini membuat berbagai media baru bermunculan dan mengubah gaya konsumsi media di masyarakat.

Perubahan tersebut akhirnya diangkat dalam sebuah diskusi yang mendatangkan berbagai nara sumber berkompeten di bidang media baik konvensional maupun digital melalui acara Televisionair 5.0 oleh UMN TV yang mengusung tema “Reverse to Innovate”. Acara yang berkonsep berbagi  dan diskusi secara daring tersebut diadakan selama tiga hari mulai dari tanggal 7 hingga 9 Oktober 2020.

Dikutip dari acara News Flash yang diproduksi oleh UMN TV, Juan Robin, Wakil Ketua Televisionair 5.0 tahun ini mengutarakan harapan pembuatan acara itu. “Harapan kepada teman-teman peserta, pelaksanan Televisionair 5.0 bisa membuat peserta menambah wawasan dan menjadikannya bekal masuk dunia pekerjaan terutama bagi teman-teman yang ingin bekerja di dunia media,” kata Juan.

Cania Cita yang membagikan pengalamannya dalam dunia media. Arsip Televisionair 5.0

Pada sesi pertama acara tersebut, diskusi dimulai dengan mendatangkan berbagai nara sumber seperti Cania Cita (Head of Content Geolive ID), Ardyan M. Erlangga (Managing Editor VICE Indonesia), Dana Paramita (News Reporter SCTV), dan Robert Harianto (News Anchor Metro TV). Pada sesi ke dua, diskusi mendatangkan nara sumber seperti Ebnu Yufiadi (Produser Eksekutif Kompas TV), Wisnu Nugroho (Pemimpin Redaksi Kompas.com), Rio Tuasikal (Koresponden VOA Indonesia), Denny Wirya Tama (Pemimpin Umum UMN TV Gen 5), dan Joni Aswira (Bidang Advokasi AJI).

Sesi pertama merupakan sebuah diskusi panel. Para ahli media dan konten kreator secara tebuka berdiskusi dengan tema “Media and Expression: Consistency Through Digital Era”, yang membahas tentang bagaimana media dapat tetap konsisten dengan cara mereka berekspresi di era digital. Kemudian, sesi kedua merupakan acara berbagi dan diskusi. Pada sesi itu, ada pengelola berbagai TV kampus yang saling bertukar pikiran mengenai pengalaman mereka masing-masing dengan mengangkat tema “Sailing Through the Waves of Problem”.

Diskusi sesi pertama yang diadakan pada 7 Oktober tersebut menarik perhatian berbagai kalangan terutama mahasiswa. Pasalnya, diskusi tersebut dibuka secara umum dan mendatangkan berbagai ahli media yang sudah lama berkecimpung di industri baik media konvensional maupun digital.

Ada perubahan

Diskusi dibuka dengan penjelasan mengenai perkembangan media dari zaman ke zaman oleh panelis pertama yakni Ardiyan M. Erlangga yang menjabat sebagai Managing Director VICE Indonesia dan telah memiliki pengalaman selama satu dekade di industri media. Media yang awalnya sangat terpusat dan hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja, kini telah berubah dan telah dimiliki oleh siapa saja.

“Terjadi perubahan gaya konsumsi berita, zaman sekarang media itu lebih demokratis. Semua orang kini memiliki medianya sendiri,” tutur Ardiyan dalam diskusi tersebut, Melanjutkan pernyataan tersebut, Cania Cita yang saat ini menjabat Head of Content dari Geolive ID menanggapi bahwa perubahan tidak hanya terjadi pada industri media, namun juga industri konten lainnya seperti film. “Bukan hanya media, tapi juga industri konten pada umumnya mengalami distrubsi. Karenanya sebagai orang yang terjun di industri perlu beradaptasi,” ujar Cania.

Robert Harianto (kiri) dan Dana Paramita (kanan), membagikan pengalamannya dalam dunia media televisi. Arsip Televisionair 5.0

Mempertahankan karakter

Kedua opini tersebut berasal dari orang yang saat ini terjun di industri media digital, namun, bagaimana dengan para pekerja media yang saat ini lebih memilih bekerja di media konvensional seperti televisi?

Robert Harianto yang saat ini bekerja sebagai news anchor Metro TV mengungkapkan bahwa media konvensional tidak dapat dipungkiri perlu melakukan adaptasi di era digital. “Saat ini pilihan media semakin bervariasi, tinggal kita sebagai penonton mau untuk tetap mengikuti yang lama atau yang baru. Kalau selera masih sama-sama saja, masih suka konten gimmick dan sebagainya, justru disayangkan karena tidak menjadi lebih dewasa,” ujar Robert.

Perubahan yang terus dilakukan media dalam mengemas konten, membuat semakin banyak variasi penyampaian suatu berita atau informasi, karenanya perlu untuk menunjukan identitas media yang jelas dan konsisten.

Robert pun menambahkan “Setiap presenter itu punya karakter, bukan hanya agar dilihat berbeda, namun ada added value yang diberikan kepada audience sehingga menciptakan ciri khas dalam penyampaiannya.”

Media kewalahan

Berbicara mengenai dampak pandemi Covid-19 yang dihadapi kini, salah satu tantangan yang dihadapi oleh media saat ini muncul dalam berbagai aspek. Persepsi bahwa banyak media yang justru lebih diuntungkan di era pandemi ini dipatahkan oleh salah satu News Reporter SCTV yakni Dana Paramita. Dalam diskusi tersebut, Dana menyatakan bahwa saat ini media justru kewalahan dengan berkurangnya sumber daya manusia yang dibutuhkan dan perubahan persepsi masyarakat terhadap media.

Menurut Dana, pertama, Covid-19 sangat mempengaruhi jurnalistik lapangan, dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, menciptakan perubahan gaya liputan. Kedua, masyarakat saat ini mengurangi untuk mengkonsumsi berita. “Pasalnya muncul persepsi bahwa semakin banyak membaca berita justru akan semakin stres dan menciptakan kecemasan. Hal itu tentu sangat mempengaruhi kita secara garis besar,” ucap Dana saat ditanya mengenai dampak Covid-19 bagi industri media.

Keseruan acara dari Televisionair 5.0 yang mendatangkan banyak pihak di bidang media. Arsip Televisionair 5.0

Sebagai penutup, para panelis menyampaikan bahwa sebuah media dalam menjaga konsistensinya di era pandemi saat ini  perlu mempertahankan idealisme dan karakter dari media tersebut sambil melakukan adaptasi. Perubahan selera masyarakat kini berkembang dengan sangat cepat.

Setiap karakter juga perlu disesuaikan dengan platform yang digunakan, karena setiap platform tentunya memiliki pasar yang berbeda. Media yang baik adalah media yang dapat mempertahankan karakternya sembari melewati zaman dan perubahan baru di masyarakat.

Penulis: Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang /Hendy Layardi

Editor: Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang /Adonia Bernike Anaya