Zahid Azmi Ibrahim : Menyulap “YouTube” Sebagai Media Belajar

58
8100

Halo sobat Muda, bagaimana kabar kalian ? semoga sehat selalu ya. Di tengah pandemi ini, kita harus tetap menjaga kesehatan kita. Sobat Muda, kira-kira aktivitas kalian apa saja nih selama pandemi ini ? yang pasti sekolah atau kuliah dari rumah ya.

Oh iya, sobat Muda pasti pernah kan menonton acara tv, vlog, dan diskusi di YouTube. Nah kali ini kita ngobrol dengan seorang YouTuber terkenal, yang peduli terhadap dunia pendidikan, yaitu Zahid Azmi Ibrahim.

Platform YouTube bukanlah suatu hal yang asing bagi kita. Semua orang dengan mudah mengaksesnya di mana pun mereka berada dan kapan pun waktuya dengan hanya berbekal telepon pintar. Di YouTube, kita bisa menemukan banyak hal, mulai dari berita terkini sampai dengan cara membuat suatu menu masakan. Di platform itu pula, kita bukan hanya bisa menonton saja, melainkan juga kita bisa mengunggah video bermanfaat untuk kita sebarkan ke semua orang. Tak jarang, YouTube menjanjikan bagi sebagian orang yang memanfaatkannya dengan bijak, mereka sering disebut YouTuber.

“Setengah hidupku” itulah kalimat yang terlontar dari seorang Zahid (18), saat dihubungi melalui Google Meet pada (9/8/2020), apabila ia mendengar kata YouTube. Ia memulai terjun di dunia itu sejak berumur delapan tahun. Artinya, genap 10 tahun sudah, ia berkutat di dunia YouTube.

Zahid — yang berasal dari Duri, Riau — menjelaskan belajar YouTube secara otodidak. “Aku belajar dari YouTuber-YouTuber lain yang ada di YouTube”, katanya. Zahid banyak belajar dari trial and eror, mana yang menurutnya cocok, ia pertahankan, mana yang menurutnya salah, ia coba ganti.

“Waktu itu kakakku mengajak aku ikut dalam YouTube-nya,”ujarnya. Berbekal ilmu dari sang kakak yang terlebih dahulu memiliki akun YouTube, Zahid merasa lebih akrab tentang bagaimana membuat dan menyajikan suatu konten video di YouTube.

Tampilan halaman muka YouTube Zahid. Foto : Tangkapan layar YouTube Zahid Azmi Ibrahim

Zahid tertarik menjadi seorang YouTuber karena ada dua hal yang baginya sangat penting. Ia menegaskan “Apabila jalan kita di YouTube sudah benar, untuk pendapatan, itu sangat sustainable dan kita bisa membagikan konten yang bermanfaat ke dunia luas,”. Dari YouTube, ia bisa menyebarkan pesan-pesan terbaik untuk semua orang.

Ia mendapatkan inspirasi untuk membuat sebuah konten ketika ia melihat apa yang dibutuhkan atau keluhan yang umumnya dihadapi orang-orang dan juga dirinya sendiri. “YouTuber terkenal dunia, seperti Ali Abdaal, Anas Nuur Ali, Kharma Medic itulah orang-orang inspiratif untukku,” katanya.  Ia mengaku tidak punya seorang rolle model tertentu.

Ia melihat segala sisi yang baik dari semua YouTuber terkenal dunia, “Internet itu kan remake culture. Nggak ada sesuatu yang benar-benar baru. Semua yang ada di internet itu kan pasti sudah ada sebelumnya, hanya saja cara seseorang me-remake itu adalah hal paling berharga. Cara kita me-remake sebuah karya sebaik mungkin, itulah yang terbaik,” tegasnya.

Di kanal YouTube-nya, dia mengunggah video tentang tips-tips belajar, dokumentasi, dan video tanya jawab. Dari keseriusannya mendalami dunia YouTube, untuk saat ini, ia sudah meraih 41.700 subscriber. Hal itu termasuk pencapaian terbesar dalam hidupnya.

Sambil belajar

Zahid termasuk salah satu siswa yang sedang berjuang untuk masuk perguruan tinggi negeri. Membagi waktu adalah hal yang penting untuk dilakukan. Dalam membuat konten, ia tak lupa juga untuk terus belajar. Di kanal YouTube-nya, ia juga mengunggah materi pembelajaran untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi negeri. “Jadi, sambil aku belajar untuk SBMPTN, aku juga bikin video belajar, ya kira-kira bisa dianalogikan dengan ‘two birds one stone’. Aku bikin video sambil belajar juga,” jelasnya.

Zahid telah selesai menyelesaikan perjuangannya melalui jalur SBMPTN, sayangnya ia belum berhasil lulus melalui jalur ini. Kegagalannya di jalur SBMPTN tidak semata-mata mematahkan semangatnya untuk terus berjuang untuk duduk di PTN impian. Saat ini, ia sedang menunggu hasil pengumuman jalur seleksi mandiri di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung, jurusan sama yang ia pilih di SBMPTN.

Salah satu konten YouTube-nya yang menarik perhatian adalah “Study With Me”. Video ini menayangkan dirinya saat sedang belajar. Video ini berdurasi dua jam. Konten video itu bertujuan untuk menciptakan “teman virtual” dan memotivasi para penontonnya untuk terus belajar walaupun sedang sendirian.

Ternyata, tren video belajar ini sudah ada di Korea Selatan dengan nama Gong Bang. Ia menambahkan, “orang-orang sangat terbantu dengan adanya ‘teman virtual’ apalagi saat pandemi seperti ini kita sulit untuk bertemu teman,”.

Serial tentang “study with me” di kanal YouTube-nya. Konten ini bertujuan untuk menciptakan “teman virtual” saat #belajardirumahaja. Foto : Tangkapan layar YouTube Zahid Azmi Ibrahim.

Zahid Azmi Ibrahim

Lahir : Duri, 13 November 2001

Pendidikan : SMAS Cendana Mandau ( 2020 )

Penghargaan :

  • Best Delegate of OIC, Asia Youth International Model United Nations (2019) – Putrajaya, Malaysia by International Global Network
  • Best Delegate of UN Women, ALSA National English Model United Nations (2019) – Depok by ALSA Fakultas Hukum Universitas Indonesia
  • Bronze Medalist (Top 15 Best Speaker) of National Schools Debating Championship – Banjarmasin by Kemendikbud

Komentar negatif

Setiap karya yang dihasilkan dan disebarkan ke publik pastinya akan dihadapkan dengan komentar negatif dan positif. Menginjakkan kaki di YouTube berarti juga siap dengan segala komentar orang lain. “Kesiapan menghadapi itu semua tuh perlu dilatih,” ujarnya. Baginya, apabila kita menempatkan diri di YouTube, pastinya ada orang yang mendukung dan juga tidak.

Untuk saat ini, ia sedang belajar menghadapi segala komentar-komentar negatif dari dunia maya tentang bagaimana dirinya tidak terlalu cepat merespons dan menerima segala kritik yang sifatnya membangun. Ia tidak mempermasalahkan hatefull/ hatespeech yang dilontarkan pada dirinya.

“Kalau dia sehat, kalau dia nggak menghadapi masalah di hidupnya, kalau dia orang yang baik, dia nggak bakal memberi komentar seperti itu. Fakta bahwa dia memberikan hatespeech, pasti di dalam dirinya ada rasa kekurangan dan ketidakpuasan sehingga dia melampiaskannya ke orang lain,” jelasnya. Dari hal itu, ia belajar berempati dan memahami perasaan seseorang dari sudut pandangnya.

Baginya, YouTube bukan sebuah tempat untuk mencari sensasi, tetapi tempat untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Orang tuanya mendukung segala pencapaiannya di YouTube. Tak hanya orang tua, teman-temannya di sekolah juga mendukung dirinya untuk terus menghasilkan konten yang baik dan bermanfaat. Umumnya, ia membuat video seorang diri, mulai dari ­­shooting sampai dengan editing.

“Dari YouTube ini, aku nggak ingin terkenal, tetapi aku ingin dikenal dengan orang yang tepat,” ujarnya. Zahid ingin dikenal dengan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama untuk memajukan dunia pendidikan. Sejauh ini, ia tidak akan mengubah bidang yang digelutinya di YouTube, yaitu bidang edukasi. Menurutnya, pendidikan tidak akan berhenti sampai kapan pun hingga akhir hayat.

Zahid juga membuat konten video tentang materi belajar persiapan SBMPTN. Foto : Tangkapan layar YouTube Zahid Azmi Ibrahim

Zahid menutup pembicaraanya dengan memberikan tips kepada para anak muda yang ingin terjun di dunia YouTube. Ia berpesan “mulai lah dari sekarang, kuantitas itu lebih penting daripada kualitas. Kalau kamu sudah punya dasar yang kuat di YouTube, nantinya kamu akan bisa membuat suatu konten yang berkualitas baik,”. Baginya, apabila ingin memulai berkarya di YouTube, fokus yang diutamakan adalah kuantitas. Lama-kelamaan, dari banyak kesalahan di video yang kita buat, nantinya kita akan belajar dari kesalahan itu.

Nah, itu dia Sobat MuDa, cerita singkat tentang Zahid Azmi Ibrahim. Seru kan ceritanya?. Semoga hari-hari kita diisi dengan kegiatan positif ya, contohnya seperti Zahid. Untuk sobat MuDa yang concerned terhadap dunia pendidikan, yuk kita subscribe akun YouTubenya!. Selalu ingat ya Sobat MuDa, majunya sebuah bangsa diawali dari majunya bidang pendidikan.

Rafi Ramadhan, mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Universitas Brawijaya dan Magangers Kompas MuDa Harian Kompas 2019