Tekanan mental dikala pandemi virus Covid-19 hanya untuk orang dewasa saja ? Kata siapa ?. Virus Covid-19 memberikan dampak keseluruh aspek. Termasuk juga memberikan dampak terhadap kesehatan mental dikalangan remaja.
” Loh, orang enak kok bisa dirumah aja ,” begitu seringkali ucapan yang terucap dari banyak orang menyikapi imbauan pemerintah agar lebih baik masyarakat berada di rumah saja pada masa pandemi ini. Memang terdengar menyenangkan. Tahukah kalian, kalau sebenarnya justru di rumah aja bisa menimbulkan kecemasan hingga stres.
Kecemasan pada mahasiswa misalnya seperti bisakah mendapatkan nilai tugas yang baik, bisakah lulus ujian ? Belum lagi kecemasan mempertahankan beasiswa selama pandemi, kesedihan jauh dengan teman, hingga jenuh yang parah bahkan stres karena di rumah aja.
Pada 13 Juli 2020 lalu, saya mengikuti webinar berjudul ”Mental Health Guide For Students : Coping Stress During 2019-nCoV Outbreak”. Acara via aplikasi Zoom yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Tiongkok – Shanxi. Narasumber pada webinar tersebut, Patricia Laura Bonyadone, alumnus Fakultas Psikologi Universitas Surabaya yang merupakan Miss Grand Indonesia Papua 2019. Patricia memberikan beberapa tips bagi remaja untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi. Yuk simak tipsnya
Mengatur informasi
Selama pandemi banyak berita yang beredar. Tak jarang juga banyak sekali berita hoaks yang tersebar. Alih – alih mau memperbarui berita terkini setiap saat, kita malah termakan berita hoaks. Otak manusia itu ada batasannya dalam menerima informasi.
Kita harus memilah mana yang harus kita telaah dan kita proses. Jangan cepat mengambil kesimpulan. Jangan biarkan otak kita berfikir panjang dan malah jadi larut dengan berita hoaks.
Tetap tenang.
Pandemi ini memberikan tekanan tersendiri untuk setiap orang. Contohnya seperti mereka yang tinggal di zona merah, tentu saja warga di sana menjadi sangat tegang dan cemas mengenai keamanan dan kesehatan diri. Ada juga yang mulai cemas berlebihan karena anggota keluarga mulai bekerja kembali di keadaan normal baru. Atau panik saat mendengar berita tentang virus.
Kita harus tetap tenang. Salah satunya dengan menarik nafas panjang. Jangan sampai mudah panik dan jadi tenggelam dengan perasaan negatif,
Komunikasi dengan teman
Remaja senang sekali bermain dan berkumpul bersama teman. Melakukan kegiatan seperti itu bagi si remaja, seperti memiliki kebahagiaan tersendiri.
Buat remaja jauh dari teman bisa menimbulkan rasa sedih. Menghubungi teman secara daring juga dapat mengurangi rasa negatif kamu yang jauh dari teman selama pandemi.
Makanan bergizi dan olahraga
Pada kesempatan kemarin, Patricia menyatakan, sebelum kita memulai kelas secara daring ada hendaknya makan lebih dahulu. Dengan mengisi perut sebelum belajar memberikan kita energi untuk fokus dalam pelajaran. Meskipun di rumah aja, tapi kita tetap membutuhkan energi untuk berfikir dan menyimak dengan baik pelajaran.
Tentu saja kita harus makan – makanan sehat yang bergizi dan rajin berolahraga untuk membangkitkan energi kita. Dengan Sehingga kita bisa mengurangi rasa stres, takut, kecemasan terhadap belajar secara daring.
Dekat Tuhan.
Selama d irumah aja memberikan banyak waktu kepada kita untuk fokus ibadah. Yang biasanya sibuk dengan sekolah dan kegiatan – kegiatan lainnya membuat kita kadang-kadang lupa dengan ibadah. Sekarang masa dirumah aja memberikan kita banyak kesempatan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Beribadah bisa membantu kita melawan segala perasaan negatif kita. Hati akan menjadi lebih tenang dengan ibadah.
Menjaga kebersihan.
Menjaga kebersihan wajib hukumnya selama pandemi. Karena dengan tempat yang bersih kita merasa menjadi aman dan nyaman. Hal ini juga bisa mengurangi rasa tekanan kita selama pandemi.
Buat jadwal
Siapa yang suka terlena dengan waktu selama di rumah aja ? Iya, karena di rumah aja kita malah asik menjadi kaum rebahan, asik main gim atau hanya nonton streaming film. Dan malah lupa dengan jadwal kelas daring.
Akhirnya timbulah perasaan negatif. Dengan membuat jadwal kegiatan membantu kita fokus dalam kegiatan dan mengurangi kecemasan. Kegiatan ini bisa berupa jadwal kelas kuliah daring, jadwal melakukan hobi ataupun jadwal kegitan di rumah.
Komunikasikan kesulitanmu.
Ini adalah poin penting. Kita kaum remaja kadang-kadang gengsi atau bahkan takut untuk bercerita dengan orang tua atau orang yang kita percaya mengenai diri kita. Memang pada umumnya manusia akan sulit menceritakan kesulitan diri kita, karena takut dianggap lemah. Dengan mengkomunikasikan kesulitan diri kita menjadi jujur dengan diri sendiri. Jujur dengan diri sendiri sangat penting.
Saat kita merasa tidak fokus belajar secara daring, kita bisa berkomunikasi dengan orang tua bahwa lingkungan rumah menggangu fokus kita. Atau berkomunikasi dengan guru bahwa sulit menyimak pelajaran dengan baik selama belajar daring. Dengan menceritakan apa yang kita rasakan meringankan pikiran kita.
Perasaan negatif adalah hal yang wajar. Tubuh kita memiliki wadah untuk menampung perasaan negatif ini. Namun jika wadah ini penuh bisa menimbulkan hal – hal yang negatif. Dengan mengkomunikasikan kesulitan kita bisa membantu mengurangi perasaan negatif dalam wadah itu.
Tips ini diharapkan mampu membantu kita dalam menjaga kesehatan mental remaja di kala pandemi. Jangan sampai hal – hal negatif selama pandemi malah jadi merubah diri kita. Tentu kita harus selalu semangat dan selalu memiliki pikiran positif melewati pandemi ini. Dan jangan lupa untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis, serta mengikuti protokol kesehatan yang ada.
Ainayya, mahasiswa Jurusan Perhotelan – Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta
Comments are closed.