Melatih “Critical Thinking” Ala Maudy Ayunda

57
2666

Kemampuan critical thinking atau berpikir kritis merupakan softskills yang sangat penting. Istilah ini sudah dikenal sejak 2500 tahun sebelum masehi. Ketika Sokrates mengungkapkan pentingnya mencari bukti pendukung untuk menguji sebuah pemikiran. Konsep ini dikenal sebagai “Socratic Questioning”.

Pada 28 Juni 2020, saya berkesempatan menjadi salah satu co-host pemain film dan bintang iklan Maudy Ayunda dalam acara virtual class yang diadakan Dyouthizen. Dua belas co-host terpilih dari ratusan mahasiswa berprestasi memberikan satu pertanyaan kepada Maudy Ayunda.

“Di zaman sekarang, kemampuan critical thinking merupakan softskills yang wajib dimiliki setiap orang. Namun, istilah ini masih terdengar abstrak untuk diterapkan. Menurut kak Maudy, bagaimana cara melatih kemampuan critical thinking?”, tanya saya.

Maudy Ayunda menjawab, berdasarkan pengalaman pribadinya.  Gadis itu menjawab, “Utamanya kita harus memperkaya perspektif,”. Hal itu, lanjut dia, bisa diperoleh dari baca buku, ngobrol sama banyak orang, riset secara daring, baca berita di media, atau nonton film. Namun, bukan hanya sekedar mengonsumsi informasi, tetapi mengonsumsi informasi yang beragam.

“Waktu aku kuliah sarjana, setiap tugas yang diberikan harus baca enam buku. Dari bacaan tersebut harus bikin esai dan argumen. Nah, semua buku itu memiliki perspektif dan argumen masing-masing. Akhirnya aku didorong berpikir mana yang paling rasional dan memiliki argumen lebih kuat,” lanjut Maudy.

Dengan memiliki banyak perspektif berbeda, pemikiran kita akan diasah untuk menganalisis kebenaran menurut A, menurut B, dan menurut kita seperti apa. Kegiatan tersebut yang menjadi awal kelahiran berpikir kritis.

Mahasiswi yang sedang mengambil kuliah S2 di Stanford University, California, Amerika Serikat tersebut mengaku bersyukur berada di dunia yang berbeda-beda. Ia mencicipi dunia hiburan mulai dari penyanyi hingga aktris layar lebar. Tetapi dunia akademisnya tidak ketinggalan. Ia mendapat gelar sarjana dari Oxford University di Inggris Pengalaman bertemu dengan berbagai sudut pandang itu yang mengasah kemampuan berpikir kritisnya.

“Aku ingin mengajak anak-anak muda untuk keluar dari zona nyaman. Mulai bergaul dengan teman-teman dari dunia, profesi, dan latar belakang yang berbeda. Disitulah kita akan mulai lebih kritis dan kreatif.” Sambungnya.

Alwin Jalliyani, mahasiswa Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran.

Comments are closed.