KKN Tematik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas di Kala Pandemi

0
487

Pada 4 Mei 2020 lalu, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, melakukan kegiatan KKN Tematik. Kalian tentu bertanya-tanya, bukankah berkait dengan pandemi virus korona ini KKN dilakukan secara virtual ? Mengapa mereka masih turun ke masyarakat ?

Jawabannya, KKN tersebut dilaksanakan dengan niat baik terkait pencegahan Covid-19. Dan sudah pasti kegiatan itu dilakukan sesuai dengan protokol Covid-19. Maka dari itu, KKN Tematik FK Unand mempunyai latar belakang upaya mengatasi penyebaran virus korona dengan fokus membagikan dan mengedukasi mengenai Covid-19.

Untuk kegiatan itu, mahasiswa KKN Tematik FK Unand dibagi dalam 32 kelompok. Saya mendapat kesempatan untuk wawancara dengan Muhammad Luthfi, ketua kelompok 27, dan Abdurrahman Widad, ketua kelompok 28. Keduanya adalah mahasiswa tingkat akhir atau semester 7, Jurusan Kedokteran, Universitas Andalas.

Membuat APD

“Pada tiap kelompok, kami memiliki tiga tim yaitu tim alat pengaman diri (APD) yang bertugas bukan hanya untuk membagikan APD ke fasilitas kesehatan (faskes) dan masyarakat, tetapi juga memproduksi APD. ”Tim APD inilah yang membuat kegiatan KKN kami semakin menarik,” ujar Lutfhi Munadhil, ketua kelompok 27 pada Kamis pekan lalu.

Ia menambahkan, ada tim labor yang bertugas melakukan pendataan spesimen mengenai Covid-19. Terakhir ada tim komunikasi, informasi dan edukasi atau disingkat dengan KIE. Tim KIE bertugas membuat konten seputar Covid-19 dari perkembangan hingga tips and trik melawan virus korona.

Jadi, informasi tidak hanya disebarkan melalui sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Khalayak umum juga bisa mendapat pengetahuan tentang apa itu virus korona dengan mengakses informasi mengenai Covid-19 di akun Instagram @kkntematikfk2020.

Jenis APD yang mereka produksi berupa masker dan face shield yang sangat dibutuhkan untuk mencegah tenaga medis, paramedis dan petugas lain tertular Covid-19. Bukan hanya itu, mereka juga bekerjasama dalam memproduksi hazmat untuk petugas yang berada di fasilitas kesehatan. Hazmat tersebut diproduksi oleh sebuah pabrik konveksi yang berpusat di Padang.

“Jumlah APD yang diproduksi dan disalurkan oleh kelompok 27  sebanyak 50 hazmat, 100 face shield dan 200 masker. Pendistribusian APD itu berfokus kepada lembaga fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan posko satgas Covid-19 di berbagai daerah,” kata Lutfhi Munadhil.

Ia menambahkan, beberapa faskes yang menerima bantuan APD dari Kelompok 27 dan kelompok 28 berada di Bukittinggi. Di kota tersebut, APD dibagikan ke Puskesmas Gulai Bancah dan RSUD Achmad Mochtar.

Untuk Kota Payakumbuh, APD dibagikan ke Rumah Sakit Adnan WD, Puskesmas Ibuh, Puskesmas Air Tabit dan Rumah Sakit Ahmad Darwis Suliki.

“Sedangkan di Kota Sawahlunto APD dibagikan kepada beberapa posko satgas covid-19 dan kepada masyarakat yang disalurkan lewat beberapa nagari (desa) melalui wali nagarinya,” Ujar Abdurrahman Widad, ketua Kelompok 28 yang berdomisili di Kota Sawahlunto.

Widad menjelaskan, APD yang diproduksi sesuai dengan standar yang ada, seperti masker yang diproduksi memiliki tiga lapis dengan menggunakan material kain spundbound dan furing marisa, kedua bahan tersebut sudah sesuai dengan standar yang ada. Bahkan, pembuatan APD ini juga dipantau dengan baik oleh Dosen Pembimbing Lapangannya masing-masing.

Tantangan

Pada dasarnya, KKN ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai daerah karena mahasiswa FK Unand berasal dari daerah yang berbeda. Dari pulau Sumatera hingga wilayah Jabodetabek.

“Tentu tantangan terbesar adalah mengenai tempat tinggal para anggota KKN yang berbeda-beda. Hal itu membuat koordinasi kurang efektif.  Lalu di beberapa daerah seperti di Kota Sawahlunto, sulit  menemukan bahan dasar masker seperti spundbound.” tambah Widad.

Munadhil menambahkan, oleh karena  daerah (asal) mahasiswa berbeda-beda, itu membuat produksi masker dan APD lainnya diproduksi di daerah anggota tim tinggal. Misalnya, beberapa anggota KKN dia ada yg berdomisili sama dengan dirinya di Kota Bukittinggi. Untuk kondisi seperti itu ia dan anggotanya berkerjasama dalam memproduksi APD.

Sementara teman-teman yang tinggal di daerah lain lebih ditugaskan untuk mendistribusikan APD. “Jarak yang jauh dan di kota yang berbeda cukup menyulitkan kami untuk melakukan kegiatan ini dengan efektif,” lanjutnya.

Para peserta KKN berharap lewat program tersebut, mereka bisa membantu dan mengedukasi masyarakat secara menyeluruh agar penyebaran Covid-19 ini dapat dicegah secepat mungkin. Mereka bekerja bukan semata-mata untuk akademik melainkan sebagai pengabdian luhur kepada masyarakat.

 

Zhalika Lekazima, mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Jurnalistik Universitas Padjadjaran.