Serba Gratis di Tengah Krisis

0
354

Dampak positif dan negatif bermunculan sejak dipopulerkannya tagar #DiRumahAja demi mencegah penyebaran Covid-19. Dampak negatif harus diubah menjadi hal positif, kehidupan harus terus berlanjut. Walaupun ekonomi yang terus menurun tidak bisa menutupi kebutuhan hidup yang terus melonjak. Apalagi dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tidak adanya pemasukan ekonomi, menuntut setiap individu mengembangkan sifat kemanusiaannya.

Beberapa kelompok besar sudah membantu sesuai spesialisasinya masing-masing. Salah satunya dengan memberikan sesuatu yang cuma-cuma alias gratis. Pandemi ini menunjukkan bahwa manusia masih bisa hidup di tengah krisis.

Gratisan

Kelas online atau daring gratis dan paket hiburan gratis tampaknya menjadi sesuatu yang spesial bagi mahasiswa. Salah satunya Ni Luh Lovenila Sari Dewi (20), mahasiswa Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, terus mendapatkan informasi mengenai gratisan yang beredar di media sosial. Tidak berbeda dengan anak sekolah dan pekerja kantoran, mahasiswa juga melakukan kegiatannya di dalam rumah dan berkuliah dari rumah.

Menurut gadis yang biasa dipanggil Lovenila itu, banyak pihak yang memberikan gratisan di tengah pandemi ini. Gratisan yang didapatkan bisa membantu mengatasi kebosanan saat berada di rumah. Dengan gratisan ia berpikir sangat bermanfaat karena tidak perlu mengeluarkan uang dari kocek untuk mendapatkan sesuatu yang biasanya susah didapatkan. Mulai dari kelas daring gratis yang disediakan dari dalam negeri sampai kelas internasional, juga Lovenila manfaatkan.

Hiburan gratis dinilai sangat menguntungkan bagi mahasiswa karena tak banyak hiburan seperti paket tontonan gratis dan kuota internet gratis. Banyak anak muda yang tidak nyaman di rumah terus-terusan, dengan adanya paket hiburan gratis, mereka bisa lebih menahan diri dari keluar rumah karena hiburan gratis yang mereka dapatkan.

“Dari sini saya jadi tahu kalau di luar sana masih ada loh perusahaan yang ingin membantu mengatasi korona ini tapi melalui caranya masing-masing. Salah satunya dengan memberikan gratisan, sehingga membantu mengampanyekan pembatasan sosial,” ujar Lovenila lewat sambungan telepon pada Senin (13/4/2020).

Beberapa komunitas, kelompok, bahkan perseorangan juga tidak mau kalah untuk berlomba melakukan kebaikan dengan memberikan gratisan. Mereka turut membantu memberikan gratisan untuk orang yang lebih membutuhkan. Beberapa membantu mengatasi virus ini dengan membagikan masker kain, cairan pembersih tangan, dan alat kebersihan gratis lainnya. Sesuai dengan kemampuannya, mereka membantu sebisa mungkin.

“Menurut saya itu hal yang bagus karena walaupun terbatas, mereka tetap membantu sebisa mereka. Walaupun sama-sama terbatas tapi mereka tetap mau membantu,” kata Lovenila lagi.

Sebagai mahasiswa, ia berharap ke depan semakin banyak gratisan yang diberikan perusahaan besar, terutama untuk kuota internet gratis. Menurut dia belum banyak operator jasa telekomunikasi yang memberikan kuota gratis padahal hal itu sangat dibutuhkan saat ini. Semua kegiatan termasuk belajar dan mengajar dilakukan dari rumah dan membutuhkan banyak kuota internet.

Jangan gengsi

Beberapa orang dengan gengsi tinggi, malu untuk menggunakan gratisan yang banyak disediakan saat ini. Padahal gratisan itu memberikan banyak keuntungan di tengah pandemi ini. Banyak orang berpikir gratisan adalah untuk orang yang tidak mampu saja. Padahal sebenarnya layanan yang digratiskan itu biasa dipakai, bedanya bayar atau tidak bayar saja.

Setidaknya itu yang dipikirkan salah satu pegawai PT Pos Indonesia, Farah Ekky Nastiti (25), Ia pun tidak luput dari memakai fasilitas gratisan. Meski sudah bekerja dan memiliki penghasilan tetap, menurutnya, gratisan adalah sebuah kesempatan, setiap manusia memanfaatkan dan menggunakan kesempatan yang ada.

“Saya memanfaatkan gratisan yang diberikan salah satu provider internet.  Itu menguntungkan karena dengan kegiatan yang kebanyakan berada di rumah, menuntut kita untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Salah satunya dengan menggunakan kuota internet gratis,” ucapnya dari Magetan, Jawa Timur pada Selasa (14/4/2020) malam, lewat sambungan telepon.

Terinspirasi

Dengan banyaknya gratisan yang beredar dan banyaknya cerita yang disebar melalui media sosial, nyatanya membuat beberapa orang, termasuk Ekky terinspirasi untuk melakukan kebaikan dengan memberikan gratisan juga.

“Saya menemukan cerita di Instagram, banyak yang memberikan makanan gratis untuk pengemudi ojek daring lewat aplikasi. Dari situ saya jadi terinspirasi untuk memberikan gratisan,” tuturnya dengan antusias.

Ekky berencana untuk berjualan bumbu makanan yang mudah disajikan di rumah seperti bumbu pecel yang bisa dikirimkan ke seluruh Indonesia dengan menggratiskan biaya kirim.

Menurut dia, dampak yang timbul dari pandemi ini membuat banyak orang berjualan dan memasarkannya secara daring. Dari situlah ide gratis biaya pengiriman ke seluruh Indonesia muncul.

“Orang-orang kan sekarang di rumah jadi bingung kalau mau beli-beli di mana. Saya kepikiran untuk berjualan bumbu pecel secara daring. Oleh karena saya bekerja di jasa kurir, jadi saya akan menyumbangkan kebaikan dengan cara menggratiskan biaya pengirimannya semampu saya,” jelasnya.

Amsal adat hidup tolong-menolong, adat mati jenguk-menjenguk, adat dunia berbalas-balasan. Hidup dikelilingi kebaikan sudah seharusnya disejatikan seluruh makhluk bernyawa di muka bumi.

Baik Ekky maupun Lovenila berharap banyak bermunculan manusia berhati baik yang menyebarkan positivisme di tengah pandemi ini. Manusia mestinya saling tolong-menolong dan bahu-membahu dalam menghentikan laju penyebaran Covid-19 agar dunia ini kembali pulih. Tidak harus dengan memberikan gratisan, namun dukungan moral juga dibutuhkan untuk saling menyemangati satu sama lain.

Firda Dwi Muliawati, mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran