Kurun waktu beberapa bulan terakhir di tahun 2020 kita sama-sama mengetahui warga dunia sedang memerangi penyebaran Corona Virus desease (COVID-19) atau korona. Namun kondisi kota Wuhan yang berada di provinsi Hubei, Tiongkok yang merupakan tempat asal virus korona ditemukan pertama kali berangsur pulih. Bagaimana Wuhan bisa bertahan dari hantaman virus itu ? Ternyata kembali pada alasan kemanusiaan.
Film tentang apa yang terjadi di kota Wuhan itu menampilkan informasi yang sederhana namun lugas, tidak berbelit-belit. Di film tersebut tidak terdapat tahap orientasi mengenai apa itu virus korona, pandemi. Alasannya, menurut saya, sebelum film ini dirilis sutradara sudah paham bahwa masyarakat dunia telah mengetahui informasi tersebut dari masing-masing negara. Namun disampaikan beberapa informasi saja untuk mengetahui mengapa hal ini bisa terjadi.
Saya sendiri saat melihat beberapa bagian dari film itu merasa merinding. Betapa mencekamnya suasana detik-detik sebelum dilakukan isolasi atau lockdown, dan pada saat masyarakat menjalani lockdown serta beberapa masalah yang trimbul disana.
Lockdown ini dilakukan dua hari menjelang hari Raya Imlek yang secara sosial, budaya, dan agama tentu memberi kesan emosional tersendiri bagi mayoritas maysrakat Wuhan maupun secara keseluruhan masyarakat Tiongkok.
Dalam film ini kita menyaksikan kesaksian dari warga Wuhan dan bagaimana dari segi visualisasi data mengenai angka orang yang terinfeksi dan disertakan tanggalanya sederhana namun mudah di pahami.
Di fim The Lockdown yang menjadi point pentingnya adalah “solusi” yang harus bergerak cepat secara penuh mati-matian adalah pemerintah pusat. Preisden China tentu memberi pengaruh yang sangat besar. Rumah sakit banyak dibangun, tenaga medis dikirimkan untuk membantu. Pernyataan luar biasanya yaitu bagaimana untuk menekan yang terkena virus korona harus menurun.
Film itu juga menyampaikan kritikan kepada pemerintah lokal yang bodo amat terhadap tim medis yang sudah berjuang yaitu dengan menampilkan kesaksian seorang perawat.
Terkait peran, pada film ini semua tim medis tentunya berperan besar. Namun, disini bukan hanya tim medis saja, banyak volunter yang membantu mulai dari kurir, dan tim sensus mengerahkan diri.
Para tim medis berjuang sangat professional memberikan kenyamanan kepada pasien meskipun mereka harus berbohong terhadap resiko yang harus mereka dapatkan. Banyak tim medis yang meninggal dunia. Menyoroti dari profesi lain pergerakan dari tim sensus penduduk yang menjadi garda terdepan utnuk melakukan rapid test kepada masyarakat dengan penuh kesabaran meskipun banyak yang membentak dan merasa benar sendiri. Volunter seperti kurirpun memiliki peranan besar dalam mendistribusikan alat-alat kesehatan ke seluruh wilayah dan rumah sakit.
Intinya dari apa yang bisa kita lihat di film tersebut ada sinergi yang kuat antar semua elemen selain peran vital dari tenaga medis yang mempertaruhkan nyawa mereka. Para kurir yang semangat dan tim sensus yang luar biasa.
Film ini seharusnya memberikan banyak pelajaran bagi kita semua, terlebih untuk pemerintah seharusnya membuang dulu tentang kekuasaan, cap elit dan politik. Saatnya untuk bersinergi bersama. Karena korona tak memandang siapa untuk di jangkiti.
Menulis ini dengan merinding, salut terhadap apa yang dilakukan oleh seluruh elemen Tiongkok terkait memerangi virus korona. Semoga dan semoga pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia bisa mengambil pelajaran dari film The Lockdown: One Month In Wuhan. Dengan disiplin mengikuti arahan yang baik dari pihak yang berwenang.
Muhammad Syahroni, mahasiswa Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial, Ekomomi dan Humaniora Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta