Merayakan Aku, Kamu dan Kita dengan Melek Kesehatan Mental

0
590

Kesehatan mental perlu diperhatikan sejak dini. Setengah dari penyakit mental berawal dari umur 14 tahun. Prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur lebih dari 15 tahun meningkat setiap tahunnya. Masyarakat perkotaan lebih rentan terkena depresi, alkoholisme, gangguan bipolar, skizofrenia, dan obsesif kompulsif.

Acara HUT Ke-13 Kompas Muda di Gedung Kompas Jalan Palmerah, Jakarta pada Sabtu (15/2/2020) lalu mengangkat tema “Merayakan Aku, Merayakan Kamu, Merayakan Kita” diisi dengan materi kesehatan mental. Materi itu dibawakan oleh Asta Dewanti, konselor lulusan Universitas Airlangga, dan finalis Puteri Indonesia Jawa Timur tahun 2005.

Selain menjadi konselor, Asta Dewanti merupakan founder dari ruang diskusi berbasis awareness dan mindfulness yang fokus pada kesehatan mental bernama “Ada Di Kamu”. Ruang diskusi tersebut didirikan karena tingginya keinginan untuk bunuh diri pada remaja usia SMP. Menurut Asta, usia SMP merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan sesuatu pada diri.

Diskusi dimulai dengan Asta menanyakan perasaan para Sobat Muda saat itu. Marley, seorang siswa kelas 12 (SMA kelas 3), sedang gelisah karena hari itu akan mengikuti tes untuk masuk perguruan tinggi di luar negeri. Ada juga Sobat Muda yang merasa galau dalam menentukan alur kerja kedepannya.

Asta Dewanti melakukan sebuah terapi dengan teknik expressive writing. Teknik ini bermanfaat untuk meredakan kecemasan. Sobat Muda diminta untuk menulis perasaan dan pikiran mereka saat itu di sebuah catatan selama lima menit dengan alat tulis tidak boleh diangkat. Terapi itu bertujuan agar kita bisa tahu perasaan kita sendiri.

Sobat Muda melaksanakan terapi dengan teknik expressive writing yang dipimpin oleh Asta Dewanti. Foto: Kevin Chandrico Ulaan

Mengetahui perasaan diri sendiri sangatlah penting. Ada 54 emosi yang sudah teridentifikasi dapat dirasakan manusia. Dengan mengetahui perasaan diri sendiri, kita bisa menerima perasaan tersebut. Seperti kata Asta, “What you resist, persist” yang maksudnya apa yang kita tolak akan tetap ada. Kita tidak bisa menolak perasaan yang kita alami, kita harus menerima perasaan tersebut. Seperti di saat kita marah, kita tidak boleh menolak perasaan itu, kita harus memahami bahwa kita mengalami emosi itu.

Setelah dilakukan terapi ini, Sobat Muda mengaku merasa lebih lega. Apa yang dilakukan di terapi ini merupakan tindakan self-awareness. Self-awareness merupakan tindakan dimana kita melihat diri kita sendiri secara utuh, tidak menghakimi diri sendiri, dan melakukan segala sesuatu sesuai porsinya (memperlakukan diri kita sendiri sama saat senang atau saat sedih).

“Self-aware”

Jika self-aware, maka kita sadar dengan apa yang terjadi. Akan terasa lebih nyaman dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ketika kita self-aware, kita bisa mengungkapkan perasaan kita ke orang lain. Contohnya ketika sedang sedih dan butuh waktu, kita dapat memberitahukan hal tersebut.

Terapi ini merupakan salah satu penerapan teori “Jin Shin Jyutsu”. Ketika menulis, bagian dari badan kita bisa terasa sakit sebagai bentuk komunikasi tubuh kita dengan perasaan kita. Jika bagian kanan bereaksi, berarti kita sedang cemas dengan apa yang ada di masa depan, sedangan ketika bagian kiri bereaksi, berarti kita sedang cemas dengan apa yang terjadi di lalu.

Bagian tubuh juga berbicara. Ketika bagian atas sampai pundak bereaksi, kita sedang memiliki beban pikiran. Ketika bagian dada bereaksi, itu berarti kita sedang merasa sedih. Jika bagian tangan bereaksi, kita sedang berambisi untuk meraih sesuatu namun terhalang. Ketika bagian kaki yang bereaksi, berarti bahwa kita sedang lari dari suatu masalah.

Ketika kita sudah mengetahui perasaan apa yang dialami, kita bisa memahami perasaan tersebut dan me-manage-nya. Apa yang terjadi pada kita memang bukan salah kita, tetapi kita bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.

Salah satu manfaat dari self-aware adalah kita dapat lebih mudah menentukan tujuan hidup. Untuk itu, tujuan hidup dan nilai hidup menjadi bahasan Asta selanjutnya. “Semua pertanyaan di dalam diri kita terhalang oleh emosi, agar lebih terarah, kita perlu menentukan tujuan hidup,” ujar Asta. Tujuan hidup adalah hal-hal yang ingin kita wujudkan di masa depan, sedangkan nilai hidup merupakan pandangan yang menjadi dasar atas tindakan-tindakan kita.

“Nilai hidup saya adalah bagaimana saya bisa menjadi bermanfaat untuk orang lain. Tujuan hidup ingin jadi pengusaha dan membuka lapangan pekerjaan bagi orang,” ujar salah satu Sobat Muda. Asta senang ketika Sobat Muda sudah mengetahui nilai dan tujuan hidupnya. “Karena setelah tahu tujuan hidup, kita bisa nge-setting apa yang harus dilakukan,” kata Asta.

Selanjutnya. Asta mengajak Sobat Muda untuk melakukan self-reflection. Sobat Muda diminta untuk duduk tenang, rileks, dibawa ke masa yang lalu, diajak untuk berbicara dengan diri kita dulu atau sesosok di masa lalu. Sobat Muda diajak untuk meyakinkan diri bahwa semua sudah terjadi, masalah-masalah sudah terlewati, semua emosi berat akan berlalu, semuanya akan baik-baik saja. Asta menutup sesi dengan berpesan “Aware, Accept, Heal. Sadar, Terima, Sembuh”.

Konselor Ada Di Kamu, Asta Dewanti, menjelaskan tentang pentingnya kesehatan mental kepada Sobat Muda. Foto: Kevin Chandrico Ulaan

Tonton video keseruan acara #Muda13thAnn di Youtube Kompas Muda.

https://youtu.be/ifzLv-YEqho 

Penulis: Dheamyra Aysha Ihsanti, Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch X, mahasiswi Sekolah Arsitektur Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) Institut Teknologi Bandung.

Foto: Kevin Chandrico Ulaan, siswa SMAN 44 Jakarta, Magangers Batch XI.