Sejujurnya memiliki toxic people di sekitar kita sangat mengganggu. Gesha, gadis berusia 17 tahun pernah mengalami hal tersebut. Ia sempat memiliki kekasih bernama Tama yang umurnya juga 17 tahun. Mereka sudah berpacaran kurang lebih tiga tahun. Tama dan Gesha saling mengenal ketika satu Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Awalnya mereka berteman baik atau bisa dibilang mereka sahabat dekat. Gesha selalu menceritakan kesehariannya kepada Tama, entah itu tentang temannya, keluarganya dirumah, dan lain-lain. Begitu pun sama yang dilakukan oleh Tama. Mereka tidak mengira jika akhirnya mereka bisa saling jatuh cinta.
Hingga pada akhirnya, Tama menyatakan perasaannya kepada Gesha jika ia mencintai Gesha dari semenjak hari pertama ospek di sekolahnya. Ternyata Tama sudah memendam perasaan sejak lama tanpa diketahui oleh Gesha.
Ketika mereka berteman baik, Tama memang selalu memberikan perhatian yang lebih kepada Gesha. Dia akan selalu melindungi Gesha dimanapun dan kapanpun. Itu pun yang dilakukan Tama ketika mereka sudah berpacaran.
Gesha selalu merasa senang jika diperlakukan layaknya “wanita spesial” oleh Tama. Dan Tama tidak akan membiarkan Gesha dekat atau pun sekedar ngobrol biasa dengan pria lain. Setelah mereka berpacaran selama dua tahun, masalah selalu bermunculan dan membuat hubungan Gesha dan Tama tidak semulus dulu. Tama yang dulu sangat mencintai Gesha, kini sudah berubah. Ya, dia mencintai wanita lain. Wanita yang lebih cantik dan seksi membuat Tama yang setia menjadi berpaling.
ATM berjalan
Gesha memohon pada Tama agar Tama tidak mengakhiri hubungannya karena Gesha sangat mencintai Tama. Gesha yang sangat polos rela memberikan apapun pada Tama seperti waktu, tenaga, dan uang. Ya, uang untuk memberikan apapun yang Tama inginkan.
Pada saat itu Tama ingin membeli sebuh jam tangan dan Gesha memberikannya dengan uang tabungannya sendiri. Tama selalu memanfaatkan kebaikan Gesha, ia memperlakukan pacarnya itu layaknya ATM berjalannya, tetapi gadis tersebut selalu menangis setiap malam karena sikap Tama yang seperti tidak menginginkan kehadirannya.
Orang tua Gesha yang mengetahui masalah tersebut akhirnya ikut campur tangan dan meminta Gesha untuk memutuskan kekasihnya itu karena orang tuanya kemudian tidak menyetujui hubungan anaknya dengan Tama. Mereka memberikan pengarahan kepada Gesha bahwa hubungannya sudah tidak sehat dan tidak baik jika harus diteruskan.
Karena Gesha yang sudah amat mencintai Tama, ia tak menghiraukan nasihat orang tuanya. Ayah-ibu Gesha tidak pantang menyerah untuk selalu memberikan pengarahan kepada anak gadisnya itu. Beruntung akhirnya Gesha membuka pikirannya. Rupanya ia juga sudah lelah untuk menangisi Tama.
Ia menyadari bahwa hubungannya sudah tidak layak untuk dipertahankan dan di perjuangkan dengan toxic people. Gesha merasa rugi dan sudah membuang-buang waktu untuk hal yang tidak penting. Sejak saat itu, Gesha memutuskan hubungannya dengan Tama. Ternyata tanpa Tama hidup Gesha bahagia.
Menjadi beban
Toxic people memang sangat merugikan kita sendiri, walaupun kadang-kadang kita tidak menyadarinya. Jika kita terus berada di kondisi tersebut, sebaiknya kita menjaga jarak agar kita tidak dirugikan. Saya pikir benar juga kutipan kata yang ada di media sosial saya. Kutipan itu berbunyi, “if you walked away from the toxic, negative, abusive, one-sided, dead-end, relationship or friendship, you won.”
Jika kita mampu menjaga jarak dengan toxic people, hidup kita akan jauh lebih bebas, tidak melelahkan, dan tidak melakukan hal yang negatif. Sebaliknya hidup dengan si toxic people, akan menjadi suatu beban yang kita miliki di dalam hidup yang berdampak negative pada diri kita sendiri.
Wanda Maulina, mahasiswa jurusan Marketing Communication, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Binus University.