Ise Kabar Taka (apa kabar)?
Alhamdulillah buenn (baik).
Saya Zainal Ilmi, salah satu song (putera) Benuo Taka yang menjabat pada tahun 2017. Kali ini saya akan mengenalkan salah satu kebudayaan yang ada pada daerah calon ibu kota negara Indonesia, salah satunya Festival Adat Budaya Belian Paser Nondoi.
Kegiatan itu dilakukan selama tujuh hari. Pada tahun 2019 ini sangat berbeda dari biasanya, karena pada tahun sebelumnya kegiatan adat ini dilakukan di depan halaman pasar induk Penajam yang berada di Km.04 kelurahan Nenang. Sedangkan tahun ini kegiatan adat bertempat di rumah adat yang baru dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara di KM 09 Nipah-nipah, Kalimantan Timur.
Dilihat dari sisi sejarah, upacara Nondoi pertama kali dilaksanakan oleh Nalau Raja Tondoi, salah satu raja di Kesultanan Paser tempo dulu. Dalam acara Nondoi akan ada ritual yang disebut belian.
“Belian itu sendiri dalam kosa kata kami, berasal dari kata beli artinya dalam bahasa Paser itu taring. Kemudian kosa kata kedua itu kelian. Kelian itu bahasa kami untuk sembuh, mampu bangkit. Nah kalau diterjemahkan, beli dan kelian jadi belian artinya taring yang bisa menyembuhkan,” kata Paidah Riansyah, Ketua Laskar Pertahanan Adat Penajam Paser Utara.
Ritual Belian dipimpin oleh mulung alias dukun adat. Dalam rangkaian prosesi belian, sang Mulung (Dukun belian) akan mengenakan taring, sabang sambit namanya. Selain taring, Mulung juga mengenakan gelang kuningan bernama gitang.
Gitang kuningan ini berat sekali, lebih dari dua kilogram per gelangnya. Masing-masing di tangan Mulang, ada dua gelang kuningan tadi. Gelang ini harus masuk seluruhnya ke tangan Mulang, jika tidak masuk maka ritual tersebut tidak direstui oleh leluhur.
Baru setelahnya, Mulung akan memanjatkan doa-doa kepada leluhur. Iringan musik petep, sejenis gamelan/kenong, mengalun bertalu-talu sepanjang ritual ini dilaksanakan. Ritual bisa berlangsung semalam suntuk, biasanya selesai pada pukul 04.00 pagi.
Nah, ritual Nondoi dan Belian ini dilaksanakan untuk berbagai tujuan. Bisa untuk ritual bersih-bersih kampung dari hal-hal yang tidak diinginkan, bisa untuk pengobatan, hingga pembangunan rumah adat. Semua tergantung kepada si empu yang punya hajat.
Nanti setelah ritual selesai diadakan, ditutup dengan acara makan bareng oleh semua yang hadir di acara tersebut. Acara Nondoi ini bisa juga dilihat oleh wisatawan dan dapat ikut bergabung dalam rangkaian ritual tapi hanya sebatas memainkan musik petep sedangkan untuk kenong hanya bisa dimainkan untuk mereka yang mewarisi dari leluhurnya.
Selain ritual adat, banyak juga penampilan kesenian dari berbagai sanggar seni daerah dan bintang tamu. Contohnya penampilan dari Sanggar Seni Entero yang menampilkan Tari Uwok Botung yang artinya hantu bambu, kemudian ada Sanggar Seni Taka, Sanggar Seni Botung dan hiburan lainnya, karena ritual adat biasanya dilakukan pukul 22.00 sampai dengan selesai.
Sebagai kota baru, Penajam Paser Utara pasti mau tidak mau akan terpapar oleh modernitas dan hiruk pikuk kehidupan perkotaan. Semoga upacara Nondoi ini akan tetap lestari sebagai bagian dari kebudayaan asli setempat meski Penajam Paser Utara kelak akan menjadi ibu kota baru Indonesia.
Zainal Ilmi
Comments are closed.