Pesta Patah Hati Didi Kempot di Synchronize Festival 2019

0
387

Ungkapan “dangdut is the music of my country” rasanya bukan sekadar slogan. Dangdut yang identik dengan masyarakat kelas bawah saja kini sirna. Dangdut masih ampuh jadi pemersatu masyarakat lintas budaya, gender, asal daerah, hingga strata kelas sosial. Panggung keroncong dangdut dan campursari musisi Didi Kempot di Synchronize Festival,   menjelang Sabtu (5/10/2019) dini hari jadi salah satu buktinya.

Dangdut dan campursari memang diciptakan membuat siapa saja yang mendengarnya turut bernyanyi atau minimal berjoget. Irama penuh hentak dan iringan musik yang meriah sering jadi cara bagi masyarakat untuk bersenang-senang. Mungkin hal ini yang membuat Dynamic Stage Synchronize Festival sudah mulai dipadati calon penonton Didi Kempot setengah jam sebelum jadwal. Berbagai atribut yang nyeleneh dan unik juga dipakai oleh para penonton ini. Mulai dari spanduk bertuliskan sadboi sadgirl hingga baju bergambar sang idola, Didi Kempot.

The Godfather of Broken Heart baru muncul di panggung pada Jumat (4/10/2019) pukul 23.44 dan langsung disambut meriah oleh para penonton. Dengan busana hitam sederhana, ia membuka malam itu dengan lagu “Stasiun Balapan”, lalu disusul dengan lagu “Layang Kangen”, dan “Pamer Langit”. Pesta patah hati pria asal Surakarta ini terus dirayakan dengan lantunan lagu-lagu lainnya seperti “Cidro”, “Bojo Galak”, “Banyu Langit”, “Kalung Emas”, “Pantai Klayar”, dan “Kangene Keri”.

“Ternyata enak ya keluar setelah jam setengah 12 malam. Rasanya lebih akrab,” ujar Didi disambut tawa ringan dari para penonton.

Tak hanya berjoget, penonton ternyata turut menyanyikan lantunan patah hati Lord Didi dengan suara nyaring. Bahasa Jawa tak menjadi penghalang para sobat ambyar larut dalam suasana riuh malam itu. Ada yang memang hafal di luar kepala, ada juga yang terlihat mencari lirik lagu yang dibawakan Didi malam itu dalam gawainya.

“Saya enggak nyangka Jakarta masih bisa menerima lagu tradisional, terima kasih semuanya. Daripada sakit hati, mending dijogetin!” tutur pelantun lagu “Cendol Dawet” tersebut.

Penyanyi asal Kota Solo Didi Kempot tampil dalam acara Synchronize Fest di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (4/10/2019). Fotografer Bima Gunawan

Sebutan sobat ambyar bagi para penikmat musik Didi Kempot nampaknya memang tidak berlebihan. Mereka penuh energi merayakan patah hati atau sekadar melepas penat lewat lagu-lagu pria kelahiran tahun 1966 itu. Ada yang terlihat berjoget riang bersama kawan-kawannya, ada yang hanya mengangkat tangan atau menunjuk-nunjuk ke arah panggung ketika liriknya mirip dengan apa yang dialami, bahkan ada juga yang berjoget di atas pundak sembari memegang spanduk bertuliskan sadboi.

Dandanan sederhana, karyawan baru pulang kantor, hypebeast, hingga punk rock semua ada di keramaian penonton panggung Didi Kempot malam itu. Semuanya bersenang-senang seolah lupa sejenak dengan carut-marut kehidupan. Terlebih, semuanya berbahagia tanpa memandang perbedaan yang lekat pada pribadi masing-masing. Indonesia beruntung memiliki Didi Kempot, campursari, dan dangdut karena ketiganya hadir untuk mempersatukan.

Diana Valencia, jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara, sedang magang di Harian Kompas