Siaga Menghadapi Tuberkulosis Atau TB Sejak Dini

0
181

TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan penyakit yang menular melalui media udara ketika penderita batuk, bersin, dan mengeluarkan dahak.

Menyadari pentingnya penanganan tuberkulosis, dosen dan mahasiswa Program Studi Doktor Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang terdiri dari Mokhamad Fathoni, Eka Misbahatul M, Elida Ulfiana, dan Ilya Krisnana, menggelar pengabdian masyarakat dengan tema Pagar Besi (Pendampigan Keluarga Siap dan Siaga Tuberkulosis) bertempat di Balai RW 1 Kelurahan Gebang Putih, Sukolilo, Surabaya. Para mahasiswa juga bekerjasama dengan Puskesmas Klampis Ngasem Surabaya pada Senin (23/9/2019).

Program tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait pencegahan dan pemutus rantai kuman mycobacterium tuberculosis. Masyarakat dianjurkan secara rutin memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat, terlebih jika terdapat indikasi terserang TBC.

Fathoni menyarankan kepada warga, jika dalam keluarga ada yang menderita batuk-batuk lebih dari dua minggu segera periksakan ke puskesmas, keluarga harus peka terhadap gejala penyakit yang terjadi. Saat ini Indonesia menempati posisi kedua penderita TBC di dunia.

“Tuberkulosis dapat menyerang kaum muda hingga tua, gemuk bahkan kurus juga tidak menjadi acuan, tidak pandang bulu intinya. TBC bukan penyakit genetik dan sangat bisa disembuhkan secara medis,” jelasnya.

Ia menambahkan, penderita TBC yang tidak di obati dalam jangka waktu lima tahun  presentase yang bersangkutan meninggal mencapai 50 persen. Sebanyak 25 persen sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh, dan 25 persen lagi karena kasus kronik.

Sejak bayi 

Mengingat bahaya yang ditimbulkan, penanganan TBC diwajibkan sejak bayi dengan pemberian vaksin imunisasi Bacile Calmette-Guerinn (BCG) untuk mencegah terjangkitnya penyakit tersebut. Namun sebenarnya ada cara pencegahannya.

Pencegahan secara sederhana TBC dengan cara mengonsumsi makanan sehat seperti sayur, buah-buahan, dan susu secara teratur. Menjaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, membuka ruang ventilasi yang cukup, hal ini juga akan menjauhkan dari kuman TBC.
Pada kesempatan itu Elida Ulfiana menyatakan, penerapan rutin berolahraga juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Menggunakan masker ketika berkendara, berada ditempat umum, di keramaian, dan berinteraksi dengan orang sakit juga faktor yang harus diterapkan untuk mencegah TBC.

“Jika sedang berinteraksi dengan penderita TBC gunakanlah masker dan jaga jarak komunikasi minimal sejauh 1,5 meter. Anjurkan juga pada penderita TBC untuk memakai masker supaya tidak menularkan penyakitnya,” kata Elida memberi saran.

Satu hal yang tak kalah penting, soal etika ketika batuk. Saat kita batuk, gunakan tisu, sapu tangan, atau lengan untuk menutup mulut ketika batuk, lalu buang tisu pada tempat sampah dan cuci tangan dengan sabun. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir penularan kuman mycobacterium tuberculosis.

Bagi penderita TBC tentu saja wajib berobat ke puskesmas atau rumah sakit dan dilakukan secara rutin selama 6-8 bulan sampai dokter menyatakan penderita sembuh dari penyakitnya. Keluarga juga harus mendampingi penderita saat minum obat. Pendamping yang biasa disebut pengawas minum obat (PMO) harus memastikan bisa mengawasi penderita minum obatnya hingga tuntas untuk menunjang kesembuhan.

Muhammad Wildan Suyuti, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga