Bersamamu yang Tak Kasat Mata

0
591

Halo Sobat Muda! Apakah kalian masih ingat cerita mistis “KKN Desa Penari” dari sebuah akun Twitter yang sempat menghebohkan dunia maya? Kisah ini menceritakan pengalaman dari enam mahasiswa yang menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa di pulau Jawa yang berujung maut. Kisah tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai kegemaran masyarakat Indonesia seputar cerita dengan tema misteri, mitos, dan dunia lain. 

Selain cerita “KKN Desa Penari” viral di dunia maya, banyak cerita mistis yang sempat menghebohkan masyarakat Indonesia dan kemudian diangkat menjadi buku atau pun film. Mengutip wawancara yang dilakukan oleh tim Kompas.com dengan seorang Psikolog bernama Hening Widyastuti mengenai pendapatnya soal mengapa banyak orang menyukai film horor atau mistis, “Rasa sensasional yang paling dicari saat film horor yang ditayangkan, rasa deg-degan dengan bercampur takut yang luar biasa serta keingintahuan yang besar akan apa yang terjadi di cerita berikutnya”, ujarnya 

Antargata

Maraknya cerita mistis seperti “KKN Desa Penari” menginspirasi tujuh penulis alumni Workshop Writerpreneur Accelerate (WWA) yang diselenggarakan oleh Bekraf Indonesia pada bulan Juni 2019 untuk menulis buku dengan tema serupa. Melalui event WWA, para penulis berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah karya berupa buku fiksi dengan mengusung tema misteri, mitos, dan dunia lain yang diberi judul “Antargata”.

Buku ini disusun oleh tujuh penulis: Wilda Hikmalia (Sumatera Barat), Karian Lin (Lampung), Nunik Utami (Yogyakarta), Dede Hartini (Jawa Barat), Rizanti Kadarsan (Bandung), Joego Herwindo (Bogor), dan Tegar Setiadi (Jawa Tengah). Diluncurkan pada 5 September 2019 dalam acara Indonesia International Book Fair (IIBF) yang berlokasi di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta.

Nama “Antargata” itu sendiri diambil dari bahasa Sanskerta, yang artinya tersembunyi. “Sebelum tercetus nama “Antargata”, ketujuh penulis telah merekomendasikan judul terkait dengan tema yang akan kami angkat, tetapi terlihat datar saja. Akhirnya kami mencari ide melalui bahasa Sanskerta, lalu ketemulah kata ‘Antargata’ yang artinya tersembunyi. Langsung klik dan pas dengan tema ceritanya yang mistis, horor, dan hal-hal yang belum banyak terungkap. Kemudian kami semua sepakat dengan judul ‘Antargata’. Maknanya tersembunyi tersebut kami kerucutkan menjadi tagline yaitu ‘bersamamu yang tak kasat mata’,” ujar Wilda Hikmalia, salah satu penulis novel “Antargata” dalam acara IIBF. 

Proses kreatif

Buku ini memiliki keunikan tersendiri karena diambil dari tujuh daerah di Indonesia sesuai dengan daerah asal masing – masing penulis, yaitu dari Sumatera Barat, Lampung, Yogyakarta, Bandung, Jawa Barat, Bogor, Jawa Tengah. Di balik cerita misteri yang disampaikan dalam buku “Antargata”, para penulis juga mengangkat kearifan lokal dari daerah yang diceritakan.

“Cerita dalam buku ini berdasarkan subjektif dari masing – masing penulisnya, proses kreatif, imajinasi dan bagaimana meramunya supaya cerita itu tetap enak dan mengena saat dibaca,” ujar Karina Lin, salah satu penulis novel “Antargata”.

 Menggugah minat

Dalam wawancara bersama beberapa penulis novel “Antargata” dalam acara IIBF, Joego Herwindo sebagai salah satu penulis novel “Antargata” berbagi kiat untuk menggugah diri sendiri agar dapat membuat sebuah tulisan yang menarik untuk dibaca.

“Pandanglah menulis sebagai sebuah soft skill yang wajib dimiliki oleh hampir semua orang. Dalam menulis dibutuhkan minat, usaha, dan latihan. Jika sudah ada minat untuk menulis maka akan ada usaha yang dilakukan oleh orang tersebut. Setelah itu dibutuhkan latihan untuk menyusun kalimat agar menarik untuk dibaca dan juga diperlukan riset dan wawancara untuk mendapatkan insight dari apa yang akan ditulis,” ujarnya.

 

Teks dan foto : Ratih Mustika Devi dan Siti Sarah, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta