Jika mendengar pantai Jatimalang di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pasti berkaitan dengan keindahan pantainya dengan pasir hitam yang halus. Di pinggir pantai berjajar restoran yang menjajakan makanan dari bahan dasar hewan laut. Selain dikenal karena pantainya, sepanjang jalan menuju pantai terdapat pula tambak udang.
Tambak udang merupakan kolam yang digunakan untuk budidaya udang. Disayangkan tambak udang di sekitar pantai Jatimalang mempunyai bau yang kurang sedap. Hal tersebut disebabkan limbah tambak udang yang belum dikelola secara tepat.
Limbah tambak udang mampu menyebabkan pencemaran lingkungan seperti bau yang tidak sedap dan mampu menyebabkan tanaman di sekitarnya mati. Untuk mengatasi dampak limbah tambak udang, kami, mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang tergabung dalam Tim KKN PPM UGM JT 224 Unit Nampurejo, Purwodadi, Purworejo periode 2 tahun 2019 memberikan penyadaran kepada masyarakat.
Caranya, dengan melakukan sosialisasi bahwa limbah tambak udang jika dikelola dengan tepat mampu menjadi media tanam dan pupuk organik cair yang bermanfaat bagi petani dan masyarakat.
Sosialisasi mengenai pengelolaan limbah tambak udang ini di sampaikan oleh Agung Setyawan dari Pupuk Organik PT. Natural Nusantara – NASA Yogyakarta. Berkat sosialisasi tersebut masyarakat sadar bahwa limbah udang yang selama ini menggangu ternyata jika diolah dengan tepat bisa bermanfaat bagi petani yaitu dengan dijadikan media tanam dan pupuk organik cair. Selain bermanfaat bagi petani dan masyarakat jika dikembangkan lebih lanjut dapat dijadikan peluang bisnis yang menguntungkan.
Limbah tambak udang yang dihasilkan berupa limbah yang berbentuk lumpur. Agar bisa diolah menjadi media tanam dan pupuk organik cair, limbah tersebut perlu dilakukan pemisahan bagian yang padat dan cairan. Pada bagian padatan dapat dilakukan tahap pengeringan untuk menghilangkan kandungan Amonia yang berlebih.
Kandungan amonia berkurang dengan proses pengeringan dan selanjutnya diberi zeolit atau dolomit. Pada limbah yang berbentuk cair dapat dilakukan pengolahan dengan pemberian air kelapa atau bakteri pembusuk. Pembuatan pupuk organik cair ini dilakukan secara anaerob (tanpa udara) sehingga perlu diletakkan diwadah yang tertutup.
Masyarakat terutama yang berprofesi sebagai petani dan pemilik tambak tampak antusias dengan adanya sosialisasi tersebut. Mereka tidak mengolah limbah tambak udang dan hanya membuangnya ke sungai atau ke laut, karena keterbatasan informasi yang mereka peroleh.
Adanya sosialisasi ini menggerakkan warga desa Jatimalang untuk membentuk badan usaha milik desa atau bumdes yang nanti menjadi penggerak dari pembuatan media tanam dan pupuk organik cair dari limbah tambak udang.
Selain mengadakan sosialisasi mengenai pengelolaan limbah tambak udang, tim KKN juga melaksanakan penanaman mongrove. Seperti kita ketahui tanaman mangrove memiliki kemampuan dalam memperbaiki kondisi air pada lingkungan yang tercemar.
Penanaman mangrove dapat terlaksana berkat bantuan dari Dinas Kehutanan VIII yang menyediakan bibit berupa propagul dari bauh mangrove sebanyak 12.000 propagul. Penanam mangrove dilakukan di tepi sungai dan di sekitar tambak yang dilakukan selama dua hari yaitu tanggal 5 Agustus- 6 Agustus 2019 lalu.
Nastiti Paramasanti, mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, melakukan kegiatan KKN PPM UGM di Desa Nampurejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah