Mencari Jati Dari Melalui Berorganisasi

1
563

Pembelajaran dalam kelas yang melibatkan guru dan siswa tidaklah cukup bagi pelajar untuk mendapatkan pengalaman langsung dari penerapan ilmu yang didapatkannya. Ilmu yang diterapkan antara lain adalah sosiologi, ekonomi, wirausaha, dan kepemimpinan, serta kemampuan berkomunikasi dengan pihak penyedia jasa dan perusahaan nasional.

Itulah yang tergambarkan dalam rangkaian penyelenggaraan Moonzher Cup IX oleh siswa SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Perhelatan acara ini merupakan salah satu kegiatan tahunan dari OSIS MPK sekolah yang terletak di kawasan Puspiptek ini.

Oleh dan untuk siswa

“Penyelenggaraan Moonzher Cup IX berdasarkan hasil pemungutan suara oleh seluruh siswa SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Selain menerapkan ilmu sosiologi, ekonomi, entrepreneur, kepemimpinan, panitia dan seluruh warga sekolah juga belajar kehidupan demokrasi,” ujar Mochamad Iqbal, pembina panitia Moonzher Cup IX pada Rabu (31/7/2019). Adapun hal lain yang mendasari mengapa harus diadakan pemungutan suara adalah mengingat bahwa hajat besar ini adalah milik seluruh siswa di sekolah ini.

Sebelum pelaksanaan pemungutan suara, OSIS MPK lebih dahulu membuat surat permohonan kerja sama antar ekstrakurikuler dan pengajuan ijin kepada kepala sekolah. Setelah persetujuan dari berbagai pihak, OSIS MPK mulai membentuk tim kecil yang cikal bakal dari kepengurusan inti dari perhelatan Moonzher Cup IX.

Tim kecil ini harus mempersiapkan detail-detail rangkaian acara mulai dari awal sampai akhir. Tak hanya itu, tim kecil ini harus meyakinkan pengurus OSIS MPK dari siswa serta dewan MPO dari guru sebagai pengawas. Seperti tahun-tahun sebelumnya, keseluruhan panitia beranggota siswa SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing serta pengawas.

Setelah melalui berbagai proses, tema Tabularasa mewakili perjalanan Moonzher Cup IX. Tema ini terinspirasi oleh seorang manusia yang dilahirkan tanpa ada kesalahan bagaikan kertas putih. Seiring berjalannya waktu, kertas putih tersebut diwarnai dengan pengalaman yang didapatkan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Harapannya, seluruh siswa dapat menambah corak dalam kertas tersebut melalui pengalaman di Moonzher Cup IX.

“Sekarang panitianya (Moonzher Cup IX) ada 396, Kenapa 396 orang? Karena (siswa) yang mau dan mereka (siswa) bersedia untuk menjadi volunteer (relawan) kepanitiaan. Mereka mengajukan diri dengan tahapan seleksi dan pakta integritasnya, mulai dari kesediaan waktu untuk mempersiapkan acara ini (Moonzher Cup) sampai kesediaan secara sukarela melakukan pencarian dana,” ujar Iqbal. Hal tersebut menggambarkan bahwa banyak siswa yang ingin menjadi bagian dari Tabularasa untuk meronai pengalaman hidupnya. Selain itu, kepanitiaan ini menjadi wadah untuk mencari jati diri melalui hal yang positif.

Pencarian jati diri juga ditunjukkan melalui gerakan panitia Moonzher Cup IX untuk mengurangi penggunaan kemasan makanan dan minuman sekali pakai. Gerakan panitia ini terbukti telah mengurangi secara signifikan jumlah produksi sampah di SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Harapannya, gerakan ini jangan sampai kandas setelah perhelatan besar ini usai – namun dilanjutkan oleh seluruh warga sekolah tiap harinya,

Rangkaian Tabularasa

Penandatanganan perjanjian agar masyarakat Tangerang Selatan tidak membuang dan memroduksi sampah secara sembarangan oleh Wakil Walikota Tangerang Benyamin Davnie (ketiga dari kanan) dan Kepala SMAN 2 Tangerang Selatan Neng Nurhemah (kedua dari kanan). Foto : Arsip Seksi Dokumentasi Moonzher Cup IX

Tahun ini, Tabularasa melanjutkan nilai jual dari acara Moonzher Cup yang telah diadakan semenjak sembilan tahun yang lalu. Dengan menggandeng berbagai perusahaan yang bersedia melakukan kerja sama, panitia perhelatan Moonzher Cup IX dapat melakukan kegiatan sosial berupa penanaman mangrove di hutan mangrove Anyer dan pelestarian badak bercula satu di Ujung Kulon.

Untuk meningkatkan rasa persaudaraan antar sekolah setingkat atau sederajat di kawasan Jabodetabek, Moonzher Cup mengadakan sebuah rangkaian perlombaan dalam berbagai bidang. Secara umum cabang lomba dibagi menjadi tiga, yaitu bahasa, olahraga, dan kesenian. Perhelatan itu dilaksanakan sejak April 2019. Empat bulan setelah upacara pembukaan, acara ini resmi ditutup melalui upacara penutupan pada 27 Juli 2019. Upacara penutupan diawali dengan pengumuman dan pembagian hadiah pemenang lomba serta dimeriahkan dengan pentas seni.

Seperti tahun sebelumnya, perhelatan Moonzher Cup hanya ingin mencapai hasil akhir berupa pengalaman yang tak terlupakan semasa SMA. “Kita buat (menyelenggarakan) Moonzher Cup tidak mencari keuntungan, kita hanya ingin siswa mendapatkan ilmu dan pengalaman sekaligus mempromosikan sekolah,” tandas Tasrief Rachmanudin, selaku pembina OSIS SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan.

“Closing Moonzher Cup”

Sudah tiga tahun berturut-turut upacara penutupan Moonzher Cup IX dilaksanakan di lapangan parkir Summarecon Digital Center (SDC). Tahun ini, panitia berkesempatan mengundang musisi papan atas Indonesia, seperti Feast, Sydera, Naif, Raisa, Padi, dan Dipha Barus.

Sebelum penampilan musisi tersebut, hal bersejarah dari acara penutupan ini adalah penandatanganan perjanjian agar masyarakat Tangerang Selatan tidak membuang dan memproduksi sampah secara sembarangan. Penandatanganan perjanjian tersebut merupakan bagian dari sambutan dari Benyamin Davnie, Wakil Walikota Tangerang Selatan. Benyamin Davnie, akrab dipanggil Pak Ben, ditemani oleh Kepala SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, Neng Nurhemah.

Panjangnya antrean pembelian dan penukaran tiket tak menghalangi animo pengunjung untuk mengikuti “Closing Ceremony Moonzher Cup IX “. Foto : Tristan Jachremi Caesarius

Tak heran jika ada sekitar 12.000 hadirin memenuhi ruangan terbuka yang beralaskan paving blok. Dua jam sebelum matahari terbenam, lahan parkir kendaraan bermotor yang telah disediakan pengelola sudah terlihat penuh dan bahkan menjalar hingga bahu jalan. Antrean pengunjung tak dapat dibendung. Suara klakson mobil untuk menegur pengunjung yang mengantre menghiasi sore hari yang cerah.

Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa animo masyarakat terhadap penyelenggaraan upacara penutupan Moonzher Cup tak pernah surut. Pengunjung pentas seni di malam minggu ini umumnya berasal dari kalangan sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Alasan kedatangan mereka beragam, mulai dari ingin berkumpul dan menari keseruan bersama teman, mengikuti ajakan teman untuk datang ke pentas seni, sampai menikmati hasil karya musisi idolanya. Pengunjung yang ingin melepas lapar dan dahaga juga dapat memanjakan diri dengan mengunjungi bazaar makanan. Bagi pengunjung yang ingin melepas jenuh, panitia menyediakan tempat permainan layaknya sebuah pasar malam.

Tenda permainan akan mengajak pengunjung untuk melatih kesabaran dan keuletan untuk mendapatkan hadiah. Salah satunya adalah permainan Ring Toss. Pemain diharuskan untuk melemparkan sebuah cincin besar agar masuk ke leher botol dari jarak tiga meter. Adapula permainan Angry Birds yang bertujuan untuk memecahkan balon dengan lemparan sebuah benda dengan ujung tumpul.

Kegiatan penonton sambil menunggu hari menjelang malam, mulai dari menjajal jajanan yang tersedia sampai duduk bersenda gurau bersama. Foto : Tristan Jachremi Caesarius

Selain tenda permainan, tenda bazaar makanan tak luput dari keramaian pengunjung yang mengantre untuk membeli makan atau minuman. Seperti Florence Agatha (15), siswi kelas 10 dari SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, sambil menunggu waktu penampilan artis bersama temannya, Clarissa, menjajal berbagai jajanan yang tersedia. Menurut mereka, harga yang ditawarkan terjangkau.

Hari makin larut, ribuan pasang mata tertarik menuju panggung. Penonton terburu-buru untuk mendapatkan posisi yang diinginkan agar dekat dengan posisi panggung yang menjadi magnet perhatian. Ketika bintang tamu mulai menaiki panggung, sorakan penonton pun tak dapat dihiraukan. Semangat membara dari penonton untuk ikut bernyanyi bersama tak pernah padam sampai bintang tamu harus turun panggung. Jarak waktu pergantian penampilan antar bintang tamu dipakai pengunjung untuk menyiapkan energi dengan duduk atau menuju tenda bazaar makanan dan minuman.

Setelah empat jam lamanya, penampilan Dipha Barus menutup kemeriahan pentas seni ini. Lampu sorot dan semburan meriam air mewarnai semarak pada tengah malam itu. Tak sedikit penonton yang basah kuyup melanjutkan menyaksikan penampilan yang dibintangi oleh Dipha Kresna Aditya Barus, ada pula yang meninggalkan arena.

Dari ribuan pengunjung yang datang, ada pula yang baru datang untuk pertama kali dan juga datang untuk kali berikutnya. Seperti Amanda Kayla (15), siswi asal SMA Al-Azhar BSD ini datang bersama temannya Khanza Citra (16), dan sepupunya Marsha. Menurut mereka, acara pada tahun ini diadakan lebih meriah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya dan melampaui ekspektasi yang mereka bayangkan.

Baginya posisi pintu masuk dan keluar acara ditempatkan lebih nyaman, karena membuat pengunjung dapat memutar bazaar terlebih dahulu untuk menuju pintu keluar acara. Khanza, siswi asal SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, menambahkan bahwa daya dari acara ini terpusat pada Raisa yang baru kembali ke panggung industri hiburan nasional serta album yang baru dirilis, Kembali.

Lautan penonton memeriahkan lokasi acara saat Dipha Barus tampil meskipun waktu telah menunjukkan tengah malam. Foto : Tristan Jachremi Caesarius

Namun dibalik kemeriahan acara tersebut, Amanda mengatakan bahwa regulasi peraturan tahun ini lebih ketat dan kurang adanya sosialisasi yang jelas. Dia mengeluhkan mengapa kosmetik dilarang dibawa ke dalam kawasan lokasi, padahal kosmetik menurutnya tak bisa dipisahkan dalam kehidupannya.

Selain keluhan regulasi peraturan, Monica Isabella (16), siswi asal SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, mengeluhkan pada saat ingin mengambil barang yang diamankan di tempat penitipan. Pengklaiman barang yang lama membuatnya harus mengeluarkan waktu menunggu yang cukup lama. Masalah kebersihan pun tak luput dari kekecewaan yang diungkapkannya. Salah satunya adalah keberadaan tempat sampah yang minim dan tidak diletakan di tempat yang strategis.

Harapan pun banyak disampaikan oleh pengujung terhadap Moonzher Cup IX, baik secara tertulis melalui media yang telah disediakan hingga secara lisan. “Acara ini patut diadakan di tahun depan karena meningkatkan kerja sama antar siswa untuk mencapai kesuksesan bersama dan adanya kegiatan sosial berupa charity,” ujar Florence. Sementara Amanda dan Khanza berharap tahun depan harus diadakan Moonzher Cup X yang lebih meriah lagi.

Namun, pendapat Monica Isabella (16), siswi kelas XI dari SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, berbalik 180 derajat dengan pendapat sebelumnya. Monica mengungkapkan bahwa acara tahun ini tak semeriah tahun sebelumnya. Keberadaan permainan lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. “Menurut aku, karena Moonzher Cup perlu persiapan yang besar, jadinya lebih baik diadakan dua tahun sekali,” tandasnya.

Perhelatan acara ini telah usai setelah upacara penutupan berlangsung dengan meriah. Kemeriahan acara tak sampai pada malam minggu itu saja. Banyak hal positif yang dapat dipetik dari kegiatan ini, mulai dari pencarian jati diri, pengalaman, dan kesuksesan penyelenggaraan acara telah tercapai.

Kegiatan berorganisasi, ikut kepanitiaan, dan turut serta dalam aksi sosial adalah salah satu jalan yang tepat bagi remaja untuk mendapatkan jati diri. Kebanggaan dan kebahagian tersendiri bagi panitia seusai menuangkan seluruh jerih payah dalam persiapan suatu perhelatan. Kesuksesan acara tak luput dari sinergi seluruh siswa dan dukungan dari guru sebagai pembina dan pengawas. Kesatuan dalam perbedaan dalam segala tahap persiapan dan pelaksanaan adalah kunci kesuksesan suatu perhelatan.

Tristan Jachremi Caesarius, siswa SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch XI 2019