Jalan Peneleh Gang VII Surabaya, Jawa Timur ternyata menyimpan kisah menarik para pendiri bangsa Indonesia. HOS Tjokroaminoto mulai tinggal di Peneleh sejak tahun 1907. Di kota pahlawan inilah Tjokroaminoto memimpin salah satu organisasi pergerakan terbesar di Hindia Belanda, SI (Sarekat Islam).
Kepemimpinannya mampu menyatukan para pengikutnya untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Pada masa pergerakan SI, ia terkenal dan disegani banyak orang, sehingga banyak yang ingin belajar padanya. Para pemimpin ingin bertukar pikiran dengan Tjokroaminoto. Rumah sang ketua Sarekat Islam tak pernah sepi dari kunjungan tokoh pergerakan dan agama.
Rumah milik Tjokroaminoto tidak seberapa luas, terlebih lagi rumah ini dijadikan usaha kos-kosan dan tempat tinggal bersama istri dan lima anaknya. Di lantai bawah terdapat dua ruangan yaitu kamar Tjokroaminoto dan istrinya beserta anak-anaknya, dan ruang tamu. Sedangkan di lantai atas adalah kamar kos.
Di kamar tersebut, proklamator yang juga presiden pertama Indonesia Soekarno belajar meniru gaya pidato Tjokroaminoto
Kamar kos yang disediakan sangat sederhana. Hanya beralaskan tikar, tidak ada jendela, sempit dan pengap. Untuk masuk ke kamar kos tersebut, harus menaiki tangga besi kecil sambil membungkuk karena pintunya hanya sekitar tiga perempat tinggi orang dewasa. Namun, di kamar kos ini muncul para tokoh pergerakan Indonesia.
Beberapa diantara mereka yang pernah tinggal dan menjadi murid Tjokroaminoto di rumah ini adalah Ir Soekarno, Semaoen, Alimin, Musso, Kartosoewirjo. Di kamar tersebut, proklamator yang juga presiden pertama Indonesia Soekarno belajar meniru gaya pidato Tjokroaminoto.
Soekarno memang rajin mengamati teknik orasi ketua Sarekat Islam itu. Ia sangat terkesan melihat bapak kosnya berpidato di depan ribuan pendukung Sarekat Islam. Pidatonya yang menggelegar sanggup membangkitkan semangat nasionalisme para pengikutnya. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di Oetoesan Hindia.
Di Gang Peneleh itu pula Soekarno dan teman-temannya banyak bertemu dengan pembaru Islam seperti Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Lingkungan seperti itulah yang menempa anak-anak kos di Gang Peneleh. Tak hanya sekedar belajar di sekolah dan tidur di rumah kos, mereka pun belajar dan berdiskusi dengan bapak kosnya.
Tikar di kamar kos itu hanyalah untuk istirahat sejenak. Istirahat sejenak dari perjuangan bangsa Indonesia. Yang kelak menjadi fondasi Indonesia. Hingga meraih kemerdekaan.
Selamat hari kemerdekaan Indonesia yang ke-74 tahun!
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Melisa Pranata, siswi SMA Santa Maria Surabaya
Comments are closed.