Desa Catur di Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali, Jawa tengah adalah desa yang dikenal dengan keindahan sawahnya yang membentang dan hasil panen yang berlimpah. Tak jarang orang menyebutnya sebagai lumbung padi Indonesia, dan desa itu banyak dikenal dengan sebutan “kampung tani”.
Masyarakat Desa Catur tidak hanya unggul dalam bidang pertanian, namun juga telah memiliki kesadaran tinggi atas lingkungan sekitarnya. Salah satu langkah nyata, adanya tong-tong sampah yang memisahkan sampah organik, non organik dan kaca. Akan tetapi, sampah yang telah dilakukan pemilahan tersebut hanya berakhir di tempat pembuangan akhir atau TPA, dengan membayar retribusi. Atau sekedar dibakar di halaman rumah, seperti yang biasa dilakukan oleh warga sekitar.
Untuk menjawab masalah sampah tersebut, mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat UGM mencoba memberi alternatif cara penanganan sampah selain dibakar, yakni dengan membuat paving blok dan bata dari limbah kertas rumah tangga.
Pelaksanaan upaya alternatif itu dilakukan dengan menggandeng KSM Kampung Asri, yang bergerak dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis komunitas, yang beralamat di Desa Doplang, Teras, Boyolali. Kami ajak mereka untuk bersama-sama menyulap sampah rumah tangga menjadi rupiah.
Paving blok itu merupakan paving ramah lingkungan yang dapat menggantikan fungsi dari paving semen yang terbuat dari campuran kapur dan semen. Kelebihan paving blok terletak pada teksturnya yang tidak mudah patah seperti paving semen dan juga tidak menimbulkan serbuk-serbuk semen yang berbahaya jika terhirup. Selain itu, paving blok yang terbuat dari sampah plastik ini tak hanya sebagai hasil inovasi, melainkan juga bernilai ekonomis dari bahan baku sampah plastik non ekonomis.
Selain dari sisi ekonomis, inovasi ini juga menjadi jalan keluar dari menumpuknya sampah plastik yang sukar diatasi dan menjadi jalan keluar yang efektif serta langkah nyata dalam misi menyelamatkan dunia dari sampah plastik.
Proses Pembuatan
Proses pembuatan paving blok tergolong mudah dan dapat dipraktikan langsung pada lokasi pembuatan. Langkah pertama, mencacah sampah plastik rumah tangga dan sterofoam, kemudian dilebur dengan alat pelebur dan dicampuri dengan pasir dengan komposisi 30:20:60 pada suhu 100 – 1500Celcius selama 30-45 menit.
Dibutuhkan pasir sebagai pemberat, agar saat terendam air paving blok tidak mengapung. Setelah melebur, kemudian “adonan” dimasukan ke dalam cetakan paving dan direndam dalam air dingin. Paving blok dari plastik dinilai lebih kuat dan lentur sesuai dengan massa jenis plastik, sehingga produk ini akan lebih awet dari paving blok dengan bahan semen. Paving blok dari plastik juga tidak terkikis oleh air dan daya tekannya diperkirakan dapat menahan tekanan hingga 30 ton.
Mahasiswa KKN-PPM UGM berharap dengan pengenalan cara pengolahan plastik dengan sentuhan teknologi tepat guna paving blok ini kepada masyarakat Desa Catur, dapat membantu menyelesaikan permasalahan plastik dan menurunkan beban pemakaian plastik.
Selain itu, dapat pula membantu dalam peningkatan ekonomi kelompok ibu-ibu dengan pengolahan sampah plastik yang telah tersedia karena dari sisi ekonomi paving ini cukup menjanjikan. Satu buah paving dapat dijual dengan harga Rp7.000 hingga Rp10.000 per blok, sehingga apabila informasi yang diberikan oleh Mahasiswa KKN-PPM UGM dan KSM Kampung Asri ditindaklanjuti oleh masyarakat Desa Catur, maka akan membuat sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat dan mengangkat perekonomiannya.
Ghiffari Awliya M A, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, masuk dalam Tim KKN PPM UGM Unit JT-157 Tahun 2019 Kecamatan Sambi, Boyolali, Jawa Tengah
Editor: Rizki Fauziyah C, Rr Puspita Narastiti, Evi Yuana
Comments are closed.