“Selamat datang di Main Getah atau Rubberscape karya Shooshie Sulaiman, seorang perupa asal Malaysia,” sambut Atika Dewi (26), staf komunikasi Museum MACAN. Museum seni modern dan kontemporer ini terletak di AKR Tower Level M, Jl. Panjang No. 5, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Bertemakan Main Getah, Ruang Seni Anak berubah menjadi lingkungan yang merangsang panca indera melalui bentuk, tekstur, dan bunyi. Sebelum memasuki ruangan, pengunjung harus melepas sepatu agar dapat sensasi menginjakkan daun pohon karet yang berserakan di lantai. Tekstur daun pohon karet yang sedikit kasar, menggelitik telapak kaki pengunjung yang terdiri dari anak-anak, remaja, dan orang tua.
Sebagian besar pengunjung adalah anak-anak dan remaja berlari masuk ke Ruang Seni Anak Main Getah pada Rabu (10/7/2019). Mereka sangat semangat dan tidak sabar untuk bermain. Pohon karet dan suara yang seolah-olah berasal dari perkebunan pohon karet memenuhi ruangan.
“Rasanya seperti benar-benar masuk ke dalam kebun. Wah ini keren banget,” ujar Mutiara (16) seraya mengabadikan momen lewat ponselnya. Aroma getah karet yang kuat tercium olehnya dan membuatnya betah.
Terlihat balon-balon mengudara sampai ke atap ruangan. “Ayo coba tebak balon itu terbuat dari bahan apa?” tanya Atika kepada anak-anak.
“Balonnya dari bahan semacam karet sepertinya,” kata salah satu anak yang mencoba menebak.
“Wah hampir betul, balon-balon ini terbuat dari lateks yang limbahnya mudah terurai dan mendukung keberlanjutan,” tutur Atika.
Berkarya
Selain melihat balon yang terbuat dari getah karet, anak-anak diberi kesempatan untuk membuat karya yang terinspirasi oleh pohon karet. Salah satunya stempel yang juga terbuat dari karet berbentuk telinga, mata, mulut, dan hidung untuk mendesain wajah diri sendiri atau membuat objek dari daun pohon karet yang telah dikeringkan. Aktivitas lainnya juga menawarkan membuat rangkaian untaian karet gelang berwarna-warni.
Tak hanya melihat dan mendesain saja, anak-anak pun diajak mengenal permainan populer di Asia Tenggara seperti congklak atau adu biji karet. Bersama teman-teman, rasanya congklak sangat asyik dimainkan.
Sang perupa asal Negeri Jiran, Shooshie Sulaiman, sudah lama tertarik pada pohon karet. Pohon karet mengingatkannya pada masa kecil yang indah. Dahulu semasa kecil, ayahnya sering mengajak menjelajahi perkebunan pohon karet. Ia pun menuangkan memori indah masa kecil ke dalam proses investigasi kreatif dan hasilnya adalah Ruang Seni Anak Main Getah
Main Getah mengangkat dua isu penting yang menjadi dasar proses berkarya Shooshie. Pertama, sejarah Asia Tenggara, khususnya sejarah karet yang merupakan tanaman penting bagi negara-negara di wilayah tesebut termasuk Malaysia dan Indonesia, dalam konteks sejarah ekonomi.
Kedua, memori masa kecil sang perupa saat menjelajahi perkebunan karet di Malaysia bersama ayahnya. Karya Shooshie pun menjelajahi tema identitas dan kenangan pribadi yang ia ekspresikan lewat berbagai medium. Tujuan karyanya adalah untuk membuka diskusi tentang sejarah Asia Tenggara dan mengeksplorasi hubungan antara manusia, lingkungan, dan seni.
Sang perupa berhasil menuangkan memori masa kecil yang indah ke dalam Ruang Seni Anak Main Getah yang membuat anak-anak betah bermain. Tak hanya bermain, anak-anak pun juga bisa belajar sejarah dari karya tersebut. Asyiknya belajar sambil bermain.
Maria Oktaviana, siswi SMA Negeri 7 Tangerang Selatan dan Magangers Batch X Kompas Muda