Penyair Indonesia Puisikan Perdamaian Dunia

0
1395

World Festival of Poetry (WFP) pada Jum’at (21/06/2019) lalu menggelar acara pembacaan puisi dengan mengundang para penyair Indonesia di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin, Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Ini merupakan kali pertama WFP Continental Director untuk Asia Aminur Rahman menugaskan Indonesia untuk turut berpartisipasi dalam acara pembacaan puisi ini. Dalam menyusun perhelatan perdana WFP di Indonesia, Aminur Rahman menunjuk penyair Lily Siti Multatuliana sebagai poet coordinator untuk Indonesia.

WFP merupakan jaringan penyair seluruh dunia yang melibatkan para penyair dari kurang lebih 160 negara di dalamnya. Jaringan penyair ini memang secara rutin mengadakan acara pembacaan puisi untuk mendukung suatu agenda tertentu. Kali ini, agenda yang diisukan adalah perdamaian dunia yang terancam dengan konflik kekuasaan.

Penyair Asrizal Nur yang ditunjuk sebagai advisor, dalam pemberian kata sambutannya mengajak semua yang hadir di dalam gedung PDS H.B. Jassin untuk membuktikan kekuatan puisi sebagai peneduh di tengah kekacauan sosial, melalui puisi-puisi bertema perdamaian yang dibacakan.

“Kita jadi ingat dengan kata John Kennedy. “Bila politik itu bengkok, maka puisilah yang meluruskan”. Begitupun ketika kondisi sedang caruk- maruk, maka puisilah yang memberikan keteduhan. Hari ini, lanjutnya, kita bersama dengan kawan-kawan jaringan penyair dunia, secara serentak menyuarakan nurani puisi-puisi perdamaian untuk memberi keteduhan pada negeri kita,” sambut Asrizal.

Julia Daniel Kotan membaca puisi untuk World Festival of Poetry. Foto: Kompas Corner UMN / Meiska Irena Pramudhita

Acara yang dikerjakan bersama dengan Rumah Seni Asnur dan PDS H.B. Jassin ini mengundang 21 penyair Tanah Air. Setiap penyair maju satu per satu untuk membacakan puisi karangan mereka dengan penuh penjiwaan.

Di antara sekian puisi, ada pembacaan puisi oleh Julia Daniel Kotan yang berpuisi mengenai suasana usai berakhirnya perang di suatu wilayah. Ada pula pembacaan puisi oleh penyair sekaligus wartawan Fanny Jonathans Poyk, yang membuka penampilannya dengan lantunan lagu sebelum membacakan puisi tentang kerinduan akan kedamaian.

Kegiatan yang diadakan oleh WFP selain pembacaan puisi adalah temu wicara. Sesi temu wicara ini diisi oleh Lily Siti Multatuliana dan sastrawan Indonesia Kurnia Effendi sebagai narasumber. Penulis Rini Intama sebagai moderator. Diadakannya sesi temu wicara adalah untuk mengenalkan lebih jauh tentang WFP, mengingat ini merupakan kali pertama WFP diadakan di Indonesia.

Selain mampu menyebarkan pesan perdamaian dunia, Lily berharap terlibatnya Indonesia dalam acara besutan WFP dapat melambungkan nama-nama penyair Indonesia lebih tinggi lagi. “Mungkin sekarang juga sudah dikenal ya (penyair) Indonesia. Tapi maksudnya dikenal luas, kita ikut berpartisipasi di dunia dalam acara-acara seperti ini,” ujar Lily ketika ditemui usai berlangsungnya acara.

Para penyair berkumpul untuk menyuarakan slogan “No War-Hug Peace” usai berlangsungnya acara. Foto: Kompas Corner UMN / Meiska Irena Pramudhita

Setelah seluruh rangkaian acara selesai, para pembaca puisi berkumpul untuk menyerukan slogan acara, “No War-Hug Peace”, sebagai bentuk deklarasi dukungan para penyair untuk terwujudnya perdamaian dunia dan penolakan terhadap perang sebagai solusi atau hasil atas konflik.

Indonesia bukan satu-satunya negara yang pada tanggal 21 Juni 2019 mengadakan acara pembacaan puisi ini. Negara-negara lain yang turut tergabung dalam WFP juga mengadakan acara serupa pada tanggal yang sama, dengan menyesuaikan zona waktu masing-masing negara. Negara-negara tersebut di antaranya adalah Tunisia, Bangladesh, dan Italia.

PENULIS: Kompas Corner UMN / Meiska Irena Pramudhita

FOTO: Kompas Corner UMN / Meiska Irena Pramudhita