PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Kawasan Asia–Oseania berhasil mengadakan agenda tahunannya yakni Simposium Internasional pada 17 – 19 Mei 2019 yang dihadiri oleh perwakilan 12 PPI Negara, 25 Cabang PPI Tiongkok, dan 53 Ranting PPI Tiongkok di Universitas Tianjin, Tiongkok. Acara ini tidak hanya dihadiri oleh para delegasi ataupun peninjau dari berbagai negara se–Asia Oseania tetapi juga dihadiri Duta Besar Republik Indonesia untuk RRC & Mongolia.
Simposium Internasional pada hari pertama, 17 Mei 2019, berisi kegiatan RKTP (Rapat Kerja Tengah Periode) PPI Tiongkok 2018 – 2019 beragendakan 4 Sidang Pleno yaitu penyampaian Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) pengurus PPIT Pusat periode 2018-2019 disertai pandangan umum seluruh ketua cabang PPIT, penyampaian evaluasi Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) serta pemilihan ketua DPO di periode selanjutnya, Pembahasan dan pengesahan AD/ART, dan ditutup dengan presentasi dan pemilihan Tuan Rumah Kongres tahun 2020. Dalam pemilihan Tuan Rumah di tahun selanjutnya terdapat 2 cabang yang mencalonkan, yakni PPI Cabang Guangzhou dan PERMIT Shanghai dan berdasarkan pemilihan menggunakan sistem voting, PPI Cabang Guangzhou terpilih sebagai Tuan Rumah Kongres Tahun 2020.
Pada hari yang sama dalam Simposium Internasional digelar pula Asia Young Scholar Summit (AYSS) yang mengangkat topik economic & management, information technology and educational science, dan engineering and medical science. Dihadiri oleh lebih dari 70 orang dari berbagai universitas, para mahasiswa dapat mempublikasikan hasil penelitiannya di Jurnal Internasional dengan syarat, minimal akan melanjutkan jenjang S2 ataupun S3. Acara ini dibuka oleh Putra Wanda sebagai Chief of AYSS dan Fadlan Muzakki sebagai Ketua Umum PPI Tingkok, juga sambutan dari Prof. Meng Xianyong Mewakili Tuan rumah Universitas Tianjin.
“Ini adalah kali pertama bagi saya mengikuti acara Simposium Internasional untuk berpartisipasi sebagai speaker di acara AYSS ini, dan dari penelitian yang saya buat ini saya ingin satu dengan yang lainnya dapat belajar sebagai seorang wirausahawan, serta pemerintah aktif turut serta dalam hal kewirausahawan” ungkap Gatot Gunarso, Mahasiswa PhD di University of International Bussiness and Economics, Beijing, Tiongkok.
Pada hari kedua, Simposium Internasional melakukan Kongres PPI Kawasan Asia–Oseania dengan topik bahasan “Praktek Kuliah Kerja tidak Proporsional di Dua Negara Asia Timur” dan dihadiri oleh perwakilan dari PERMITHA Thailand, PPI Australia, PPI Jepang, PPI Tiongkok, Permias Amerika. “Satgas telah menemukan praktek kuliah kerja tidak profesional di Taiwan serta Tiongkok. Temuan ini cukup mengejutkan kami karena disaat antuasisme kuliah ke luar negeri begitu tinggi, ada pihak yang tidak bertanggung jawab dan menyesatkan calon mahasiswa. Kami menghimbau kepada para mahasiswa Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam menentukan program kuliah ke luar negeri” papar Nikko Ali Akbar, anggota Satgas Anti Kerja Paksa dari Tiongkok, dalam kegiatan Simposium PPI Kawasan Asia-Oseania 2019 di Kota Tianjin, RRT.
Kongres ini menghasilkan rekomendasi agar pemerintah Indonesia melakukan kunjungan langsung ke daerah Taiwan yang disebut menjadi salah satu tempat diberlakukannya kerja paksa bagi mahasiswa Indonesia. Selain itu juga perlunya edukasi berkelanjutan bagi setiap calon mahasiswa Indonesia yang akan melanjutkan studi di luar negeri, khususnya negara-negara yang terindikasi melakukan tindakan kerja paksa.
“Sangat disayangkan bisa terjadi kasus seperti ini, kami mendesak pemerintah Indonesia untuk turun tangan langsung. Juga mendesak Kemenristek Dikti untuk memverifikasi agen-agen pendidikan yang memberangkatan mahasiswa ke luar negeri, khususnya ke daerah Asia Timur”, ungkap Galant Al Barok, Koordinator PPI Kawasan Asia-Oseania.
Dilangsungkan juga Festival Budaya pada sore hari di Stadium Olahraga Universitas Tianjin yang dihadiri oleh kurang lebih 1000 penonton dari berbagai negara dan puluhan penampil dari berbagai kota di Tiongkok. Sesuai dengan temanya “Mesmerizing in Diversity”, Festival Budaya ini menyuguhkan banyak sekali kejutan seperti penampilan yang memukau seperti tari piring, tari mappadendang, dan ragam atraksi yang mewakili keindahan Indonesia.
Acara puncak Simposium Internasional PPI Kawasan Asia – Oseania 2019 adalah seminar yang mengusung tema “Resolusi Millennials dalam Akselerasi Revolusi Industri Nasional 4.0”. Seminar terbagi menjadi 3 panel dengan menghadirkan para penelis seperti Rocky Gerung (Pendiri Setara Institute), Budiman Sudjatmiko (Pendiri Inovator 4.0 ID), Lisa Widodo (SVP Blibli.com), Tyovan Ari Widagdo (Pendiri Bahaso.com), Arief Hartawan (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Beijing) serta Djauhari Oratmangun (Dubes RI untuk RRC & Mongolia) sebagai keynote speech dan Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius M.H. (Kepala BNPT) sebagai special guest.
Revolusi Industri 4.0 dapat memberi peluang besar, walaupun demikian tetap harus berhati–hati dalam pengembangannya seperti yang dipaparkan oleh Suhardi Alius, kepala BNPT, mengenai radikalisme & terorisme, “Paham radikalisme yang berujung ke terorisme sebab utamanya berasal dari pengunaan media sosial yang tidak bijak. Dari kejadian ini tidak hanya pihak BNPT yang akan turun tangan, namun pihak pemerintah, diaspora, serta kesadaran masyarakat atau pelaku itu sendiri, meskipun kita hidup bergantung dengan teknologi tapi bijaklah dalam menggunakan, pilah dan saring terlebih dahulu sebelum menggunakan”.
Agenda tahunan PPI Kawasan Asia – Oseania Ini ditutup dengan pemberian plakat penghargaan ke setiap sponsorship yang ikut mendukung acara ini sampai dengan selesai, dan diakhiri dengan foto bersama semua pihak yang hadir dalam acara.