Pasca pemilu serentak 2019 kita disuguhi oleh saling klaim kemenangan antar dua kubu capres-cawapres. Baik kubu 01 dan 02 berlomba-lomba untuk mendeklarasikan kemenangannya dalam pemilihan presiden. Dari berbagai klaim kemenangan tersebut, kemudian masyarakat bertanya-tanya “siapa sesungguhnya pemenang Pilpres 2019?”.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemenang sesungguhnya dari sebuah kontestasi adalah rakyat itu sendiri. Mengapa demikian? karena pada hakikatnya demokrasi adalah produk yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pada pemilu lalu rakyat telah menentukan pilihannya masing-masing. Apakah pilihannya itu menang atau tidak, rakyat tak perlu risau, karena sudah selayaknya para capres dan cawapres bekerja untuk seluruh rakyat Indonesia.
Polemik tentang saling klaim kemenangan tersebut mustinya tak perlu diperpanjang, karena KPU sebagai penyelenggara pemilu akan mengumumkan hasil rekapitulasi suara pada 22 Mei nanti. Pemilu telah usai. Mari sebagai warga negara yang baik kita harus bijak dalam menerima segala informasi, tak perlu ikut larut dalam polemik saling klaim. MariĀ kembali merajut tenun kebangsaan.
Partisipasi
Apresiasi patut diberikan kepada masyarakat, pasalnya pada pemilu serentak yang digelar pada 17 April lalu, partisipasi pemilih mengalami kenaikan dibanding pemilu sebelumnya. Dari naiknya partisipasi masyarakat dalam pemilu tersebut kita dapat melihat bersama, mulai tumbuhnya kesadaran akan (sangat) penting memberikan satu suara dalam menentukan nasib bangsa untuk lima tahun mendatang.
Pemilu kemarin juga membuka mata kita bersama, bahwa kesadaran tentang demokrasi tidak hanya dimiliki oleh mereka yang telah berulang kali mengalami pemilu. Para anak muda yang sering kali disebut sebagai generasi milenial, juga turut serta dalam menyalurkan hak suaranya. Keikutsertaan mereka yang sering kali mendapat cap negatif, sebagai kaum apatis mulai menggugurkan pandangan tersebut.
Tidak hanya anak muda, para lansia yang sudah renta juga tidak mau kalah dengan anak muda. Mayoritas masalah utama lansia adalah buta huruf, terutama bagi mereka yang berada di pedesaan. Namun buta huruf tidak kemudian menyurutkan kemauan mereka untuk mencoblos. Dengan bantuan petugas TPS para lansia didampingi untuk mencoblos.
Pemilu telah usai, rakyat telah menunaikan tugasnya kini giliran para wakil rakyat yang harus mempertanggungjawabkan kepercayaan rakyat. Bekerjalah dengan tujuan untuk kemakuran rakyat, maka rakyat akan mengingat namamu. Terjunlah ke tengah masyarakat, pahami masalah rakyat jangan gunakan kekuasaan untuk kepentinganmu karena jabatanmu adalah suara rakyat.
Rifky Sutanto, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta