Rabun membaca dan lumpuh menulis merupakan sebab akibat dari sikap dan perilaku seseorang ketika mereka malas untuk membaca dan akhirnya tidak bisa menulis, seperti seorang guru. Ketika seorang guru yang merupakan contoh bagi murid-muridnya mendapatkan kesulitan untuk menulis, mungkin itu disebabkan oleh rabun membaca karena guru tersebut malas untuk membaca.
Bila seorng guru sudah rabun membaca, secara otomatis dia akan menjadi lumpuh menulis dan bila sudah begitu, maka ilmu pengetahuan yang dia miliki menjadi tidak beragam dan tidak berguna lagi. Ketika seorang guru sangat senang untuk membaca maka dia akan mendapatkan pengetahuan dan informasi baru, selain itu dia akan dapat merangkai sebuah tulisan sehingga tulisan tersebut memiliki manfaat untuk orang lain dan dia tidak lumpuh menulis serta dapat membagikan pengetahuan dan informasi yang ia dapatkan kepada orang lain.
Membaca merupakan jendela ilmu pengetahuan dan menulis merupakan media atau sarana untuk berbagi informasi ke orang lain. Dalam menulis, seseorang akan hebat untuk menulis yaitu dengan memulai untuk menulis sesuatu. Dengan kita sering untuk belajar menulis sesuatu maka kita semakin bisa mengembangkan tulisan kita dan mengetahui dimana kekurangan kita pada saat menulis.
Membaca dan membaca
Dalam mengembangkan tulisan, kita harus dan wajib menyediakan waktu untuk selalu membaca dan membaca. Membaca sendiri merupakan asupan nutrisi yang nantinya akan membuat tulisan kita menjadi berkualitas. Semakin banyak buku yang kita baca, semakin banyak pula ilmu dan kosakata yang kita miliki untuk dapat mengolah tulisan.
Rabun membaca dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu faktor determinisme genetik dan determinisme lingkungan. Faktor determinisme genetik disebabkan seorang anak tidak dibiasakan sejak kecil untuk membaca karena orang tuanya pun tidak suka bahkan sama sekali tidak membaca. Lalu faktor determinisme lingkungan disebabkan orang di sekitar ruang lingkup kita baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah tidak menyukai membaca.
Jepang merupakan negara yang tidak akan terkena rabun membaca dan lumpuh menulis karena penduduknya sudah terbiasa membaca dan menulis
Dari semua negara di dunia, Jepang merupakan negara yang tidak akan terkena rabun membaca dan lumpuh menulis karena penduduknya sudah terbiasa membaca dan menulis. Bahkan sudah menjadi budaya dan menulis pun sudah dibudayakan dan ditekankan sedini mungkin dengan selalu diberikan tugas “sakubun”.
Artinya, mengarang di setiap liburan musim panas, musim dingin, atau liburan kenaikan kelas. Selain itu setiap karya anak-anak di negara Sakura tersebut sangat dihargai oleh guru dan orang tuanya. Hal tersebut membuat mereka menjadi senang ketika melakukan apapun termasuk membaca dan menulis.
di Indonesia, rabun membaca dan lumpuh menulis menjadi sebuah derita bagi bangsa. Sistem pendidikan sekarang hanya berpatokan kepada bagaimana anak tersebut harus bisa menguasai suatu pelajaran, namun tidak membiasakan mereka untuk membaca dan menulis informasi. Akibatnya anak-anak manjadi rabun membaca dan lumpuh menulis. Para siswa akhirnya menjadi generasi yang disebut sebagai “generasi 0 buku”.
Bagi kita sendiri agar bisa keluar dari penyakit menular yang berkepanjangan, rabun membaca dan lumpuh menulis harus sering membaca dan berlatih menulis agar kita bisa berdaya dan membaca dan menulis bisa menjadi budaya.
Kemal Seno Radhoto, mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Yarsi Jakarta
Dalam website milik saya dan teman-teman saya terdapat postingan mengenai fakta dibalik membaca, ini sangat bermanfaat sebagai salah satu upaya meningkatkan minat baca di Indonesia, mengingat masih rendah minat baca di negara kita. Berikut linknya http://bulubook.com/funfact/fakta-di-balik-membaca/
Comments are closed.