Perjuangan RA Kartini

4
141736

Raden Adjeng Kartini adalah anak perempuan dari seorang patih yang kemudian diangkat jadi bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Puteri bupati tersebut dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia

Awal perjuangan Kartini itu dimulai sejak ia berusia 12 tahun. Ia dilarang melanjutkan studinya setelah sebelumnya bersekolah di Europese Lagere School (ELS) dimana ia bisa belajar bahasa Belanda.

Nah, larangan buat mengejar cita-citanya bersekolah yang muncul dari keluarganya serta berita tentang kemajuan wanita-wanita di Eropa inilah yang menyulut hatinya untuk memperjuangkan hak wanita di Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan.

Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini oleh bangsa Indonesia. Tanggal tersebut merupakan tanggal lahir R.A. Kartini, pahlawan nasional  yang berjuang untuk emansipasi wanita. Meskipun terlahir dari keluarga bangsawan, namun R.A. Kartini rela berkorban dan berjuang untuk kaum wanita. Itulah yang membuat pemerintah Indonesia memberi penghargaan kepada Kartini.

RA Kartini memiliki semboyan Habis Gelap Terbitlah Terang yang berarti setelah ada kesulitan, pasti ada jalan atau kemudahan. Seperti kesulitan kaum wanita pada zaman dahulu. Mereka diperlakuan sebelah mata, direnggut hak untuk mengenyam pendidikan, dipaksa menjalani pernikahan di usia belia, dan hanya diperbolehkan untuk tinggal di rumah mengurus anak.

Kesulitan dan ketidakadilan tersebut membuat R.A. Kartini berjuang untuk menyamakan hak antara kaum wanita dengan kaum laki – laki, salah satunya dalam hal pendidikan. Ia berusaha mengajarkan cara membaca dan menulis bagi kaum wanita dari usia anak – anak hingga dewasa.

Meskipun banyak yang menentang usahanya, R.A. Kartini tidak pernah patah semangat. Akhirnya perjuangan bangsawan perempuan itu membuahkan hasil yang dapat kita rasakan hingga saat ini, yaitu persamaan hak antara kaum wanita dan laki – laki.

Dina Fahira, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 

Comments are closed.