Muda Memilih Untuk Indonesia

0
305

Hari Rabu (17/4/2019) menjadi hari yang besar untuk bangsa Indonesia. Ditandai dengan adanya pesta demokrasi yaitu pemilihan umum serentak untuk calon presiden dan wakil presiden beserta anggota legislatif.

Tidak dipungkiri setiap pemilih yang turut menyumbangkan suara di pemilu tahun ini memiliki cerita unik masing-masing, khususnya dari kalangan anak muda. Mulai dari cerita menyenangkan sampai berita lucu turut mewarnai pemilu tahun 2019.

Yudio Saputra, pria yang baru saja lulus dari Universitas Gunadarma mengatakan, keadaan TPS di daerah rumahnya berlangsung aman dan lancar. Tidak ada kerusuhan ataupun keributan yang terjadi di daerah tempat pemilihannya.

Yang menarik, menurut Yudio, di daerah rumahnya terpecah antara pemilih golongan muda dan golongan tua. Perbedaan pilihan antara golongan tua dan golongan muda ini terjadi pada pemilihan capres dan cawapres tahun ini. Golongan muda di daerahnya memilih pasangan nomor urut 01 sedangkan golongan tua memilih pasangan nomor urut 02.

Baginya pemilihan umum tahun ini masih sama seperti pemilihan pada tahun 2014, ketika semua orang masih terpaku pada pemilihan capres dan cawapres saja. Pemilihan legislatif seakan bukan menjadi prioritas. Akibatnya ketika sampai di TPS, calon pemilih bingung saat dihadapkan pada pilihan-pilihan yang lebih kompleks daripada pemilihan capres dan cawapres.

Fitria Desi Ulfiani, mahasiswa yang baru berusia 19 tahun memiliki pengalaman yang lain. Oleh karena baru pertama kali merasakan ikut pemilihan umum tahun ini, dia mengaku awalnya bingung  ketika mendapat formulir C6. Dia berpikir untuk bisa mencoblos di tempat pemungutan suara cukup dengan menggunakan KTP.

Di pemilihan umum perdananya dia sudah mendapatkan kesan buruk ketika datang ke TPS. Fitria mengatakan KPPS tempat pemilihannya terlambat dalam membuka TPS yang seharusnya sudah buka pukul 07.00 namun pukul 07.30 baru, petugas baru bersiap-siap untuk membuka TPS.

Dia agak menyesalkan KPPS tempatnya yang tidak professional dalam menyelanggarakan pemilu. Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional ini mengatakan kalau dia masih mempunyai tanggung jawab lain yaitu sebagai anggota quick count di salah satu lembaga survey. Awalnya berencana datang pagi ke TPS agar setelah itu bisa menyelesaikan tanggung jawab yang lain namun menjadi terhambat karena kelalaian pihak lain.

Kesulitan

Tidak disangka ternyata kesulitan masih banyak ditemukan oleh pemilih ketika berada di TPS. Kesulitan-kesulitan yang muncul pun beragam mulai dari ukuran kertas untuk pemilihan calon legislatif yang terlalu besar dan minimnya pengetahuan mengenai tata cara pemilihan.

Adji Dwi Saputra, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Jakarta  mengatakan bingung ketika memilih calon legislatif khususnya untuk Dewan Perwakilan Daerah. Hal itu menyebabkan dia kesulitan ketika ingin memilih.

“Mungkin, kalau menurut saya, dari segi publikasi kurang karena memang daerah rumah saya terletak di Ciledug, Kota Tangerang yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Jadi justru saya malah lebih tahu tentang calon legislatif yang ada di dapil orang lain. Yang lain juga karena memang rumah saya di dalam komplek jadi minim spanduk atau baner mengenai calon legislatif,” urai mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan UIN ini.

Pria yang akrab disapa Jikong ini mengatakan kalau dia juga mengalami kesulitan tentang tata cara pemilihan yang benar. Dia menuturkan ketika memilih calon legislatif hanya memilih partainya saja. Karena salah mengira membuatnya tidak memilih nama calon legislatif yang berasal dari dapilnya namun hanya partainya saja.

Donny Erlambang, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta