Bonus Demografi, atau Bencana Demografi ?

59
4142

Apa itu bonus demografi? Sebelum memahami arti dari istilah tersebut perlu diketahui arti dasar dari demografi itu sendiri. Demografi dalah sebuah ilmu kependudukan yang mempelajari dinamika kependudukan manusia.

Istilah bonus demografi muncul apabila suatu wilayah atau negara dalam kondisi tertentu memiliki jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) secara dominan atau lebih banyak. Dengan kata lain, negara akan menerima ledakan masyarakat usia produktif. Kondisi ini merupakan kondisi langka dan tidak bisa terjadi secara terus-menerus dan saat ini sedang dirasakan oleh Indonesia.

Berdasarkan infromasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi warga Indonesia pada tahun 2018 mencapai 265 juta jiwa dengan proporsi jumlah penduduk usia produktif lebih banyak 68 persen dari total populasi seluruhnya. Dari presentase tersebut jumlah generasi milenial (usia 20-35 tahun) mencapai 25 persen. Diperkirakan bonus demografi ini akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada rentang tahun 2020 hingga 2030.

Tingginya tingkat penduduk usia produktif atau bonus demografi sendiri ibarat pisau bermata dua. Disisi lain bisa membawa dampak positif, jika diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai atau sebaliknya akan membawa dampak negatif lebih dominan atau yang disebut bencana demografi.

Hal tersebut direspon positif dengan munculnya beberapa ide kreatif anak bangsa yang sukses mendirikan beberapa usaha yang bergerak di bidang jasa berbasis teknologi. Semisal aplikasi ojek daring (GO-JEK), marketplace (Tokopedia) atau forum belajar online (RuangGuru). Sebagaimana kita ketahui bahwa generasi milenial sekarang dihadapkan  pada era revolusi industri 4.0.

Parameter keberhasilan

Untuk mengukur apakah suatu negara dalam hal ini Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi atau sebaliknya, ada beberapa parameter yang menjadi dasar keberhasilan tersebut. Parameter tersebut diantaranya, pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang vital sekaligus investasi jangka panjang untuk menciptakan sebuah generasi berkualitas dimasa yang akan datang. Kemudahan akses pendidikan, dukungan prasarana penunjang yang memadai serta tenaga pendidik yang berkualitas merupakan bekal utama menciptakan generasi yang berkualitas yang menjadi tolak ukur utama keberhasilan memanfaatkan bonus demografi.

Yang kedua, kesehatan yang merupakan suatu hal yang mahal harganya dan menunjukkan ciri dari suatu bangsa. Karakteristiknya tidak berbeda jauh dengan pendidikan yang merupakan instrumen investasi jangka panjang suatu bangsa. Peningkatan kesehatan serta tindakan preventif perilaku menyimpang dianggap perlu karena generasi berkualitas didapatkan melalui generasi yang sehat.

Parameter berikutnya, lapangan kerja. Parameter ini amat berperan karena merupakan lahan dan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Di era revolusi industri 4.0, generasi milenial dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan ide guna menciptakan lapangan pekerjaan sendiri (entrepreneur).

Hal itu muncul karena persaingan kerja yang semakin ketat akibat ledakan populasi usia produktif ditambah lapangan perkejaan yang tidak bertambah signifikan setiap tahun.

Faktor berikutnya adalah pertumbuhan penduduk. Ini berpengaruh terhadap bonus demografi dan pembangunan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menekan pertumbuhan penduduk misalnya melalui program keluarga berencana atau KB, karena dikhawatirkan meledaknya populasi warga yang tidak terkontrol menyebabkan biaya social yang lebih tinggi bagi pemerintah.

 

Ilustrasi Sebaran Bonus Demografi

Dari beberapa parameter tersebut, kunci utama dari keberhasilan memanfaatkan bonus demografi di Indonesia adalah membekali usia produktif dengan edukasi di bidang kemampuan digital melalui kemampuan atau keahlian. Dengan demikian maka muncul wirausahawan baru di era revolusi industri 4.0.

Yang harus diwaspadai dari keadaan tadi adalah sisi bahayanya. Tak tercapainya parameter-parameter di atas, bisa berakibat bonus demografi bisa menjadi bencana demografi. Ketidakmampuan bersaing akan menyebabkan SDM hanya menjadi konsumen atau penonton bukan pelaku digital bahkan dampak ekstrimnya dapat memunculkan ledakan pengangguran yang menjadi akar dari masalah lain seperti meningkatnya kriminalitas.

Akankah bonus demografi mampu dimanfaatkan? Atau sebaliknya bakal menjadi bencana demografi?

Rizky Bayu Putranto, mahasiswa Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)

59 COMMENTS