Isu kerusakan lingkungan menjadi perhatian belakangan ini, bahkan pada awal tahun 2019 muncul gagasan dari pemerintah daerah DKI Jakarta untuk menggalakkan gerakan pembatasan kantong plastik. Namun, isu lingkungan tidak terbatas hanya persoalan plastik, melainkan juga pembangunan berkelanjutan, keanekaragaman hayati, konservasi hutan, perlindungan satwa, hingga mitigasi perubahan iklim.
WWF Indonesia merespons hal ini dengan menyelenggarakan acara bertajuk “Nature and Youth Collaboration” pada Sabtu (16/3/2019) di Ice Palace Concert Hall, Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan. Paparan cerita dari praktisi dan aktivis hingga showcase dari komunitas-komunitas peduli lingkungan menjadi bagian dari serangkaian kegiatan yang memeriahkan acara.
Peluncuran situs baru WWF Indonesia dengan alamat www.wwf.id menjadi puncak acara yang dinanti. Situs baru ini memiliki tampilan visual interaktif, terintegrasi dengan media sosial, serta memiliki tombol program donasi yang lebih mudah diakses. Kebaruan situs ini diharapkan menjadi media utama bagi publik, khususnya anak muda, untuk meningkatkan kesadarannya terhadap informasi keanekaragam hayati dan pengelolaan sumber daya alam.
Anak muda dipilih menjadi audiens utama WWF Indonesia karena dianggap sebagai generasi penentu yang selanjutnya akan menjadi pemimpin negara yang mampu menentukan bagaimana sumber daya alam akan dikelola.
“Mengingat pentingnya kelompok usia muda ini, WWF merangkul dan mengajak milenial agar memiliki pemahaman dan kepedulian mengenai pengelolaan sumber daya secara lestari. WWF berusaha menyediakan informasi dan solusi untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan dan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kanal digital adalah pilihan media yang tepat untuk itu, mengingat generasi muda terus terkoneksi dengan digital tiap harinya,” ujar Elis Nurhayati, Direktur Komunikasi WWF Indonesia.
Dalam acara itu hadir pula Putri Indonesia 2010 Nadine Alexandra, perwakilan Hutan Itu Indonesia Gita Syahrani, dan aktivis perlindungan satwa Davina Veronica. Mereka berbagi pengalaman dan pandangan terkait alam di segmen Nature x Nature. Hal utama yang disampaikan terkait eksistensi hutan yang harus dijaga, bukan hanya sebagai sumber daya alam bagi manusia juga habitat bagi satwa.
Solusi daur ulang
Selain festival lingkungan, WWF Indonesia juga menggelar tantangan #SepekanUntukAlam yang mendorong anak muda untuk mengunggah pengalaman, pendapat, dan keinginan tentang kondisi alam Indonesia selama seminggu berturut-turut lewat akun media sosial. Tujuannya, agar anak muda ikut berbicara dan peduli dari lingkungan sekitar yang paling dekat dengan mereka.
Dorongan pada anak muda untuk peduli lingkungan ini juga dilakukan Harian Kompas pekan lalu (15/03/2019) dengan menggelar workshop Kampung Koran. Workshop yang terbuka bagi umum ini, banyak dihadiri anak muda. Para peserta dilatih untuk mendaur ulang sampah kertas, khususnya koran bekas untuk dijadikan kerajinan yang bernilai guna. Harapannya seusai workshop tersebut, anak muda memiliki keterampilan baru dalam mengolah limbah kertas dan menjadikan daur ulang sebagai solusi.
“Kampung koran adalah program CSR yang dibentuk Kompas Gramedia, yang mencetak para penganyam koran untuk berkontribusi positif terhadpa lingkungan dengan cara mendaur ulang koran bekas. Kami berharap komunitas ini kian berkembang sebagai salah satu gerakan cinta lingkungan yang memperlakukan alam secara hormat, arif, dan bijaksana,” ujar Nurmala, salah satu anggota, sekaligus pengajar di komunitas Kampung Koran.
Yuk, lebih sayang sama alam. Karena tanpanya, kita bukan apa-apa. Jadilah sosok anak muda penjaga lingkungan, yang bergerak bersama melindungi alam dari kerusakan!