Sobat Muda, tahu nggak di bulan April tahun ini, Indonesia akan mengadakan perayaan apa?
Yap, Indonesia akan kembali mengadakan pesta demokrasi besar di bulan April mendatang, yaitu pemilihan umum! Kali ini, pemilih muda dikatakan akan memberikan jumlah suara yang sangat menentukan siapa yang memenangkan Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019.
Dalam rangka mengedukasi para pemilih muda untuk lebih menyadari hak politik dan peran mereka sebagai warga negara di pemilu mendatang, komunitas pemuda ‘Youth of Indonesia’ (YOI) menggelar seminar dan temu wicara bertajuk ‘Seminar YOI Hak Politik 101: #MEMILIHBERSAMAYOI’.
Acara yang diselenggarakan pada Sabtu (23/02/2019) itu berlokasi di Kantin Diplomasi, Kompleks Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta Pusat.
Dengan menempatkan Dewan Pembina YOI Gustika Fardani Jusuf sebagai moderator, komunitas yang digagas oleh Chelsea Islan ini mengundang peneliti Departemen Politik dan Perubahan CSIS Arya Fernandes, Direktur Eksekutif We The Youth Ratu Dyah Ayu Widyaswari, dan aktor muda Jefri Nichol yang adalah pemilih pemula di pemilu 2019.
Gustika menyampaikan, menurut data Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), jumlah pemilih muda untuk periode pemilu tahun ini ditaksir mencapai angka 50 persen, jika dihitung sampai calon pemilih yang berusia 35 tahun.
Berangkat dari data tersebut, YOI sebagai komunitas yang fokus menyuarakan pengembangan anak muda Indonesia merasa memiliki peran untuk memperkaya pengetahuan anak muda Indonesia, khususnya calon pemilih muda mengenai pentingnya menyadari hak dan kewajiban politik mereka.
“Sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa tanggung jawab kita sebagai warga negara Indonesia sebelum memilih wakil di pemerintahan,” ujar Gustika mengenai fokus seminar dan temu wicara yang diselenggarakan.
Pada sesi seminar Arya menjelaskan mengenai alasan bagi para pemilih untuk memanfaatkan hak politiknya dalam pemilu. Ia juga memaparkan secara singkat sistem pemilihan umum di Indonesia.
Menurut Arya, selain sebagai bentuk partisipasi politik dan memanfaatkan hak dasar politik, memilih saat pemilu berarti berkontribusi dalam menentukan arah kebijakan yang berlaku di negara kita.
“semakin tinggi angka partisipasi tentu akan membuat pemerintahan terpilih itu menjadi percaya diri, karena tingkat partisipasinya naik apalagi diiringi dengan tingkat keterpilihannya,” katanya.
“Karena kita akan memilih di legislatif, kita akan menentukan bagaimana anggota DPR terpilih bekerja, bagaimana mereka memproduksi Undang-Undang, bagaimana mereka mengontrol pemerintah terpilih, dan bagaimana mereka mengalokasikan budget untuk publik,” jelas Arya. Pilihan juga menentukan legitimasi pemerintahan terpilih. “Nah, semakin tinggi angka partisipasi, tentu akan membuat pemerintahan terpilih itu menjadi percaya diri,” sambungnya mengenai pentingnya partisipasi dalam pemilu 2019.
Dalam kesempatan itu pula, Ratu Dyah Ayu Widyaswari yang sudah memulai gerakan ‘100% Indonesia Nyoblos’ turut mengutarakan pendapatnya mengenai fenomena golput. Selain suara golput rawan untuk dimanipulasi, golput juga bisa mengurangi kemungkinan membaiknya tingkat kesejahteraan di Indonesia.
“Mungkin kita ngerasa, kayaknya gue baik-baik aja deh. Enggak bakal bawa perubahan juga. Tapi mungkin ada beberapa orang di suatu daerah yang sebenarnya bisa terbantu jika kita menggunakan hak pilih,” ujar perempuan yang akrab dipanggil Widy ini.
Jefri sebagai pemilih pemula juga tidak ingin ketinggalan menyuarakan keyakinannya untuk menghindari golput. Ia percaya bahwa suara pemilih muda berpengaruh untuk menentukan siapa yang akan duduk di kursi pemerintahan, dan berpotensi untuk membawa kemajuan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Nah, Sobat Muda, melihat ternyata suara kita di pemilu dapat membawa dampak yang signifikan bagi tanah air kita, jangan sampai kita ketinggalan untuk ikut memilih di Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019, pada 17 April 2019 mendatang, ya!
PENULIS: Kompas Corner UMN / Meiska Irena Pramudhita
FOTO: Kompas Corner UMN / Meiska Irena Pramudhita