Berbicara soal lingkungan pasti bahasannya tidak jauh dari sampah. Dimulai dari jenis sampah yang bisa terurai oleh alam dan ada pula yang sulit terurai. Salah satunya adalah plastik, butuh waktu sekitar 50 sampai 100 tahun hingga sampah plastik terurai oleh alam. Begitu pula dengan sampah styrofoam yang disebut pula sebagai sampah abadi, karena perlu waktu ratusan tahun lamanya untuk terurai.
Terbayang bukan jika sampah-sampah ini terus bertambah dan semakin berserakan di muka bumi? National Geographic saja mencatat terdapat lebih dari lima triliun kepingan plastik yang mengambang di lautan. Sebanyak 73 persen sampah pantai merupakan plastik seperti: filter rokok, botol, tutup botol, pembungkus makanan, kantung plastik dan bungkus styrofoam. Tentu angka lima triliun ini bukanlah angka yang sedikit, melainkan angka yang sangat mengkhawatirkan.
Belum lagi dengan berserakannya sampah plastik di lautan ini dapat mencemari ekosistem. Diantaranya ikan-ikan di lautan akan terkontaminasi mikro plastik, karena ikan-ikan tidak bisa membedakan antara makanan dan plastik. Hal yang lebih mengerikan lagi, jika ikan-ikan yang mengandung mikro plastik itu dikonsumsi oleh manusia. Jadi betapa besar dampak negatif yang disebabkan oleh limbah plastik ini, maka dengan hal tersebut saya memutuskan untuk mulai menerapkan gaya hidup zero waste.
Gaya hidup tanpa sampah tersebut, saya pikir banyak sekali manfaatnya. Penganutnya dibiasakan agar dapat mengurangi penggunaan plastik setiap harinya. Dimulai dengan mengurangi, diharapkan kedepan bisa tidak menghasilkan sampah sama sekali.
Dengan langkah kecil untuk dampak besar, gaya hidup zero waste dapat dimulai dengan hal simpel seperti membawa botol minum sendiri dari rumah. Meskipun simpel, namun hal tersebut perlu dibiasakan sehingga kita dapat menerapkannya secara berkelanjutan dan konsisten. Tujuan dari membawa botol minum sendiri dari rumah yaitu mengurangi konsumsi air minum kemasan yang termasuk dalam plastik sekali pakai.
Karena belum umum, gaya hidup “zero waste” di masyarakat, kita sebagai orang yang menerapkannya kerap dianggap aneh dan tidak lazim.
Saya sangat rasakan, di awal-awal menerapkan gaya hidup ini cukup ribet karena harus membawa ini itu. Namun dengan pembiasaan dan komitmen untuk mengurangi konsumsi plastik satu kali pakai. Jika sudah terbiasa serasa tidak ada lagi beban jika harus membawa botol minum sendiri, tempat makan sendiri bahkan sampai sedotan stainless sendiri.
Selain adanya tantangan dari diri sendiri untuk komitmen dan disiplin dalam menerapkan gaya hidup zero waste. Tantangan lain pun datang dari luar, lebih tepatnya tantangan sosial. Karena belum umumnya gaya hidup zero waste di masyarakat, maka kita sebagai orang yang menerapkannya kerap dianggap aneh dan tidak lazim.
Kerap diejek
Sebagaimana pengalaman saya yang kerap diejek oleh teman-teman karena membawa sedotan stainless kemana-mana. Saya anggap itu hal yang seru saja sih, tidak dimasukan ke hati, berharap suatu saat mereka juga dapat mengerti. Ada pula beberapa teman saya yang keheranan karena melihat isi tas saya berisi botol minum, tempat makan, sedotan stainless hingga totebag. “Ya ampun kok kamu kaya anak biologi saja sih…!” ujar salah satu teman saya dengan nada heran.
Meskipun begitu, saya coba terus konsisten dengan menjalankan gaya hidup zero waste ini. Salah satu diantaranya yang menjadi pembiasaan sekarang adalah jajan dengan menggunakan wadah sendiri. Karena kita tahu, jika sudah jajan baik itu di kantin maupun di pasar swalayan banyak sekali penggunaan plastik. Diantara hal yang paling umum adalah penggunaan kantong plastik. Untuk menyiasatinya kita bisa membawa kantong sendiri dari rumah baik itu totebag maupun kantong yang terbuat dari singkong.
Intinya menurut saya, menerapkan gaya hidup zero waste sangat menyenangkan. Kita bisa lebih perhatian kepada lingkungan, yaitu dengan memahami bahwa buang sampah pada tempatnya saja belum cukup. Memang hal itu benar, tetapi dengan mengurangi produksi sampah sedikit demi sedikit kita sudah bersumbangsih untuk menyelamatkan bumi dari tumpukan sampah yang semakin menggunung. Yuk mulai terapkan gaya hidup zero waste, karena langkah kecilmu menghasilkan dampak yang besar!
Moch Rizqi Hijriah – Mahasiswa Jurnalistik, Universitas Padjadjaran