“Aku sudah lupa betapa mendebarkannya “Snow Day” sampai anakku mulai sekolah, dan dia sangat menyukainya. Dia sampai terkejut karena hari libur datang tak terduga, seperti hadiah.” – Sarah Orleans
Hai kawan! Aku mau berbagi cerita nih sama kalian tentang salah satu pengalamanku di tanah perantauan. Banyak kisah teruntai yang tak dapat diceritakan satu per satu saking banyaknya. Kisah yang pastinya seru banget dan asyik. Nah, berhubung di Amerika lagi musim dingin kayaknya pas deh kalau aku cerita soal pengalaman sekolah di Amerika Serikat yang jadi favorit tiap siswa yaitu, Snow Day!
Snow Day bisa dibilang sebagai most wanted day buat anak-anak sekolah di Amerika. Bukan cuma siswanya doang loh yang excited sama snow day, guru dan staf sekolah pun lebih excited menunggu kehadiran snow day! Memetakan kapan snow day akan datang menjadi salah satu rutinitas umum masyarakat Amerika saat musim dingin datang. Aku sendiri punya pengalaman unik soal snow day ini, maklum baru pertama kali mengalami.
Tepat hari Jumat(19/1) yang lalu, badai salju menghampiri tempat tinggalku di Highland, Wisconsin. Semua orang selalu membahas topik ini sejak beberapa hari sebelumnya. Seperti misalnya diskusiku dengan hostmom membahas tentang ‘indah’-nya snowday. Kami bercakap tentang kemungkinan sekolah libur ataupun delay start. Hal yang sangat disukai anak-anak sekolah pada umumnya.
Di sekolah pun topik ini menjadi perbincangan hangat. Saat pertama kali masuk kelas pun aku mendapati beberapa teman yang sudah mengecek website forecasting terpercaya sembari meluapkan kegembiraannya karena kemungkinan pulang lebih cepat karena adanya badai salju. Kebetulan kelas pertamaku adalah psikologi. Guru mata pelajaran ini pun jelas tahu akan ada badai salju dan kemungkinan siswa pulang lebih cepat.
Ia berseloroh begini, “Sampaikan kepada Mr. Tarell (Kepala Sekolah), kami ingin mendapat pendidikan yang utuh hari ini, kami enggak mau pulang cepat.” Sontak sekelas langsung protes dan serempak mengatakan itu bohong. Si guru pun menjawab dengan enteng, “Ini namanya sarkasme.”
Rutinitas sekolah tetap berjalan sebagaimana biasanya. Jam kedua, ketiga, dan keempat terlewati dengan cepat seperti biasanya. Saat pergantian jam keempat aku merasa seperti melihat salju dan aku bertanya kepada kawanku apakah salju sudah turun?
Dan ia menjawab salju sedang turun dan menyatakan kemungkinan sekolah akan berakhir lebih cepat. Aku sangat bahagia! Dan terjadi chitchat standar untuk siswa pertukaran pelajar asal Asia. Pertanyaannya pasti sama, “sudah pernah lihat salju, belum?”.
Entah berapa kali aku ditanya seperti itu dan terus menjawab aku pertama kali melihat salju di sini. Dan pertanyaan turunannya pasti gini, “turun salju enggak di negara kamu?” jawabannya pun bisa negaraku negara tropis, negaraku ada di garis khatulistiwa, atau sesederhana di negaraku enggak ada salju.
Pelajaran kelima pun berjalan normal sebab sepanjang pelajaran ada presentasi tugas dan kami diwajibkan untuk bertanya minimal empat pertanyaan yang membuat kami suka tidak suka berkonsentrasi penuh terhadap pelajaran. Ketika pergantian jam kelima dan keenam suasana lorong sekolah riuh sekali, seperti ada hal yang sangat menggembirakan buat semua orang.
Aku bertanya kepada salah seorang temanku, ada apa ini ? Ia menjawab sekolah dibubarkan pukul 1.30, kami akan pulang cepat! Sontak saja aku juga berteriak kegirangan dan memancarkan senyum bahagia. Kelasku jam keenam adalah hortikultur.
Saat masuk kelas aku bertanya kepada guruku, bener enggak sih kita pulang cepet? Ia pun menjawab agar saya tidak percaya dengan apa yang teman-temanmu katakan. Sontak aku lesu dan tidak bersemangat menyiram tanaman yang kami budidayakan. Kemudian, ia tiba-tiba mengubah mimiknya dan mengatakan sekolah akan rampung jam 1.30.
Sontak saja aku senang sekali, sampai tak sadar aku senyum begitu lebar. Guruku pun berseloroh sambil menatapku, “Oh lihat bujang ini. Bahagia sekali mendengar kabar sekolah pulang lebih cepat seperti anak kecil diberi permen.” Sontak seisi kelas tertawa mendengar guyonannya.
Selesai kelas, waktu makan siang tiba dan sebagaimana biasanya cepat berlalu. Menjelang pukul 1.30 kami mesti masuk kelas lagi untuk sekadar absen saja. Seusai kelas kami langsung bergegas pulang. Saat bergegas di lorong sekolah aku sempat chitchat tentang sliding dengan salah seorang teman.
Dia bertanya sudah pernah sliding belum? Tentu saja jawabanku belum! Kemudian ia jelaskan apa itu sliding. Sliding itu semacam bermain perosotan menggunakan papan di es. Setelah mendengar penjelasan itu,aku berujar itu menarik juga, akan kucoba nanti.
Saat berjalan pulang, aku mendapati hal yang pertama kali aku alami. Salju yang begitu deras menghujam wajah dan jalan yang tertutup salju, semua putih! Sembari berjalan aku sempatkan mengambil foto situasi dan kondisi sekitarku. Aku sampai rumah dengan selamat dan menjalankan aktivitasku sebagaimana biasanya. Nah, sebenarnya selain sliding ada lagi rutinitas yang seru saat snow day. Apa itu? Ice Shoveling!
Ice shoveling adalah rutinitas membersihkan parkway dan gateway dari sisa-sisa salju yang turun saat badai salju. Aktivitas ini menjadi aktivitas favoritku entah mengapa. Aku hanya suka melakukannya. Itu mengasyikkan asli.
Nah, itu dia kisahku kemarin saat pertama kali merasakan snow day. Sangat seru dan mengasyikan! Tentu snow day ini bukan yang terakhir, masih akan ada hari-hari esok yang penuh dengan kejutan dan kejadian tak terduga. Dan pada akhirnya akan sampai sebuah frasa dari lisanku, aku menikmati semua ini.
Satrio Alif Febriyanto, pelajar Kelas XII Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong, Banten yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar Nacel Open Door Indonesia di Highland, Wisconsin (AS) dan magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch X