Literasi Dari Ubud untuk Negeri

0
458

Literasi menjadi hal yang lekat dalam dunia pendidikan. Literasi adalah kegiatan untuk lebih membudidayakan gerakan membaca dan menulis. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari kegiatan literasi, yakni dapat melatih diri untuk lebih terbiasa dalam membaca, menulis, menggali informasi, mengasah kemampuan, hingga mengaplikasikan diri, baik dalam bidang bahasa, sosial, budaya, agama, hingga seni.

Berkaitan dengan hal tersebut, Sekolah PENABUR Secondary Tanjung Duren memberikan ruang atau wadah bagi siswa untuk lebih mendalami dunia literasi. Belum lama ini, beberapa guru dan siswa ikut terlibat dalam kegiatan literasi international, Ubud Writers and Readers Festival 2018 atau disingkat UWR yang berlangsung 23 sampai 27 Oktober 2018.

Bukan hal baru bagi sekolah kami, karena tahun lalu pun PSTD ikut kegiatan ini. Ubud Writer’s & Reader’s Festival merupakan wadah yang tepat bagi para pecinta literasi untuk berkumpul bersama para penulis, seniman, cendekiawan, jurnalis, dan pegiat yang hebat dari berbagai penjuru Indonesia dan negara-negara lainnya. Kegiatan ini didukung oleh program-program utama dengan pertunjukan, pembicaraan hangat hingga tempat untuk berkarya. Selama 5 hari 4 malam, 24-28 Oktober 2018, kami mewakili sekolah PENABUR Secondary Tanjung Duren ikut berbaur dan terlibat di dalamnya.

Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan untuk menciptakan banyak lapangan inspirasi, ide, dan perhatian dalam literasi. Tema yang dipakai pun berbeda setiap tahunnya. Tahun ini, UWRF 2018 mengusung tema dari sebuah filosofi Hindu kuno yang berbicara mengenai kebahagiaan dan kesejahteraan, yaitu ‘Jagadhita’, yang berarti ‘kebahagiaan di jagat raya sebagai sebuah tujuan hidup’, dan untuk UWRF 2018, arti dari Jagadhita ini ditafsirkan ulang sebagai ‘dunia yang kita ciptakan’.

Kegiatan ini dilakukan di beberapa tempat sekitar Ubud, yaitu, Museum Neka, Indus Restoran, Taman Baca Ubud, Betelnut, dan beberapa tempat yang dapat dijangkau menggunakan shuttle bus yang disediakan panitia. Tempat acara cukup asri dan bersih. Walaupun banyak acara dilakukan di outdoor, udaranya tetap sejuk.

Kegiatan ini terdiri dari main program yang berisi kegiatan yang membahas berbagai isu dengan narasumber yang kompeten di bidangnya, workshop, cultural workshop berisi kegiatan untuk mengenal budaya Bali dan bahasa Indonesia, the kitchen yaitu kegiatan masak-memasak makanan tradisional hingga western, Children and Youth Program bagi anak-anak di bawah usia 17 tahun dalam hal menulis dan seni, film program, hingga acara peluncuran buku.

Foto: Arsip Pribadi

Sangat berkesan
Bagi kami, selain tempat kegiatan yang dilakukan di Bali, program yang ditawarkan panitia sangat manarik bagi kami untuk mengikuti kegiatan ini. Kami sangat senang karena dapat bertemu dengan banyak penulis dan pujangga inspiratif, yang selama ini tidak pernah kami jumpai secara langsung, di antaranya Sapardi Djoko Damono, Aan Mansyur, Djenar Maesa Ayu, Avianti Armand, Norman Ericson Pasaribu, hingga Theodora Sarah Abigail. Mereka adalah beberapa dari ratusan pegiat literasi yang sangat menginspirasi banyak orang. Di sana, kami saling bertukar informasi, pengalaman, hingga berdiskusi tentang keadaan global yang terjadi dalam dunia literasi.

Khususnya di Indonesia, banyak faktor yang memengaruhi perkembangan literasi. Faktor politik, agama, dan ekonomilah yang lebih pekat dalam memupuk hasil literasi para penulis milenial. Permasalahan yang beragam ini justru memperkaya dunia literasi. Generasi milenial yang tak senang terikat dalam menyampaikan aspirasi dan pikiran menjadi lebih leluasa dalam mengembangkan potensi diri dalam dunia literasi, khususnya dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial.

Ternyata, untuk menjadi seorang penulis yang handal tak melulu harus mengikuti sekolah formal dengan jurusan yang sesuai. Siapapun dapat menjadi seorang penulis. Hal ini dibuktikan oleh Aan Mansyur, Avianti Armand, dan Djenar Maesa Ayu. Mereka bukan berasal dari latar belakang pendidikan menulis, namun mereka dapat menjadi penulis inspiratif seperti sekarang karena mereka menulis berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan tanpa terkekang oleh rasa takut, juga konsisten terhadap apa yang sudah mereka lakukan sekarang.

Semua program acara memiliki kesan yang berbeda. Hal ini terbukti bangku yang selalu terisi penuh di setiap sesi acara. Pengunjung festival didominasi oleh turis maupun residen dari mancanegara, Amerika, Inggris, Australia, Afrika, hingga Asia. Salah satu kegiatan yang berkesan bagi kami adalah Children and Youth Program: “Creative Writing for Young Authors”.

Di sana, kami diajarkan bagaimana menjadi penulis muda yang kreatif. Bentuk tulisan pun beragam, bisa puisi, cerpen, komik, hingga novel. Ide menulis pun bisa diambil dari situasi dan kondisi sekitar yang mungkin dianggap sepele namun sangat inspriratif. Kreativitas menjadi hal utama dalam memulai penulisan. Selain itu, acara yang berkesan lainnya adalah sesi “Fantastical Realms”. Di sana kami bertemu langsung dengan Aan Mansyur, Avianti Armand, dan penulis-penulis lain. Mereka menceritakan bagaimana mereka bisa menghasilkan tulisan yang berkarakter. Berlatih dan terus menuangkan ide tanpa takutlah kunci yang mereka lakukan.

 

Tips mengikuti acara
Kegiatan semacam ini sangat sayang jika dilewatkan. Karena akan banyak hal yang teman-teman bisa dapatkan, selain ilmu literasi, pertukaran budaya dan bahasa pun menjadi pertimbangan teman-teman untuk ikut terlibat dalam kegiatan ini. Apa saja yang harus teman-teman siapkan?

1. Cari info acara lewat Website
Sebelum mengikuti acara, kita bisa membaca semua informasi kegiatan di website resmi UWRF http://www.ubudwritersfestival.com/. Biasanya informasi kegiatan dimulai di bulan Mei. Di sana kita bisa mendapatkan banyak informasi menginai kegiatan, pembicara, hingga harga yang dibandrol.

2. Program yang ditawarkan
Program yang ditawarkan setiap tahun berbeda-beda. Akan lebih jika kita tahu kegiatan apa yang ditawarkan sehingga kita dapat memilah, apakah mengikuti acara secara penuh atau hanya beberapa bagian saja.

3. Speakers/Pembicara
Hal yang menarik dari kegiatan ini adalah narasumber setiap program. Semakin keren dan berkualitas narasumber yang membawakan acara, tentu kita semakin tertarik dan tak sabar untuk mengikutinya.

4. Bedah informasi
Jika kamu adalah penikmat literasi, galilah sedalam mungkin narasumber yang akan kalian datangi. Jika penulis, bacalah terlebih dahulu buku-buku atau resensi buku mereka, jika sutradara dan pemain filem, simaklah hasil filem buatan mereka, dan jika public figure, kenali dahulu siapa mereka. Dengan begitu, kita akan lebih mudah menyelami isi topik yang dibicarakan dalam program mereka.

Bagaimana teman-teman MuDAers? Menarik bukan? Mari, kita sebagai tuan rumah ikut berperan antusias dalam penyelenggaraan acara ini sebagai komunitas literatur yang mewakili tanah air untuk mendengar dan bertukar inspirasi mengenai bangsa kita, maupun topik berskala internasional hingga berita-berita kontroversial dunia. Salam literasi!

PENULIS:
Norma Kristiani, Angelica Angga Kusuma Putri, Jessica Verencia, Leona Ariesnta, Jessica Christy, Justin Darwin, Tedrick Soetedjo, Karren Tjung, dan Florence Yokhebed.