Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang mengadakan The 1st Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegians in Japan (ASSIGN) yang bertempat di kampus National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS), pasa Sabtu (21/7/2018), di Minato, Tokyo. Acara yang berlangsung dari pagi hingga petang ini mengundang pembicara dari kalangan dosen, peneliti, pelajar hingga profesional yang berkarir dalam bidang keahliannya masing-masing. Setelah ASSIGN selesai, acara langsung berlanjut dengan pelantikan duta-duta GenWI (Generasi Wonderful Indonesia) Jepang yang diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata.
ASSIGN yang dimulai dari pukul 10.00 waktu Jepang dibuka oleh ketua umum PPI Jepang, Wendi Harjupa. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kementerian Pariwisata RI yang turut membantu kesuksesan simposium ASSIGN. Lewat simposium ini PPIJ ingin menjadi kontributor dari perbaikan dan perkembangan kebijakan-kebijakan di Tanah Air.
ASSIGN merupakan forum yang diharapkan dapat menjadi wadah bertukar pikiran seluruh elemen akademisi dan profesional Indonesia di Jepang. “Kita harapkan luaran dari ASSIGN 2018 ini dapat menjadi draft usulan kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2020-2024,” ujar Rizqy R. Ginting, Ketua Panitia ASSIGN yang pertama kali ini.
Pada kesempatan itu Eko Santoso Junor, Kepala Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo berpesan kepada para pelajar Indonesia yang sedang studi di Jepang agar tidak hanya menyerap ilmu, tapi juga menyerap pengalaman dan menumbuhkan persepsi berbeda dalam memandang suatu keadaan. “Dengan ini, niscaya pelajar Indonesia di Jepang akan menjadi individu-individu yang unggul dalam segala bidang,” kata Eko.
Sambutan penutup datang dari perwakilan GRIPS, yaitu Kaori Hatanaka yang menjadi Kepala Bidang Kemahasiswaan GRIPS. Di GRIPS, 66% mahasiswa berasal dari luar Jepang, mahasiswa Indonesia menempati posisi teratas, sekitar 37 orang. Mereka berasal dari berbagai institusi pemerintahan dan saat ini sedang menempuh studi sebelum kembali ke Indonesia.
ASSIGN perdana ini mengambil tema: Sustainable Development through Technology Transfer and Human Empowerment, dan dibagi dalam beberapa sesi keynote speech oleh pembicara dari bidangnya tersendiri.
Keynote speech pertama dibawakan oleh Prof. Dr. Thomas Djamaluddin selaku kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Thomas menjelaskan upaya Indonesia dalam menjajal teknologi antariksa mutakhir demi penyelesaian permasalahan seperti kebakaran hutan, pencurian ikan, mitigasi bencana, dan sebagainya. LAPAN tidak bekerja sendiri dalam mengembangkan teknologi antariksa, misalnya LAPAN berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung dalam mengembangkan satelit, dan bersama Technische Universität Berlin (TU Berlin) dalam teknologi roket.
Salah satu program yang sedang dikerjakan LAPAN adalah National Remote Sensing Data Bank, alias kumpulan data yang diambil dari penerapan teknologi remote sensing (deteksi jarak jauh). Dengan data yang terkumpul, LAPAN dapat memberikan data-data tersebut ke instansi terkait agar dapat dipelajari dan dijadikan bahan pembuatan kebijakan yang lebih akurat dari sebelumnya.
Pembicara berikutnya adalah Indra Ni Tua selaku Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur & Ekosistem Kemenpar. Pariwisata Indonesia sedari awal sudah ditargetkan menjadi penyumbang utama devisa negara beriringan dengan pertanian dan kelautan. Oleh karena itu Kemenpar bertanggungjawab menjadi perpanjangan tangan untuk menyukseskan program pemerintah.
Kemenpar dengan sigap bergerak memasarkan Indonesia ke dunia lewat spanduk maupun poster di berbagai kawasan dunia seperti memasang stiker di taksi-taksi yang berkeliaran di kota London, menghias bus wisata saat pagelaran Piala Eropa 2016 di Paris, hingga memasang gambar Indonesia di papan iklan elektronik raksasa di Times Square di Manhattan, New York City.
Upaya ini secara konkrit melesatkan pendapatan devisa Indonesia dari pariwisata, di mana saat ini pariwisata berada di nomor dua dan diprediksi menjadi nomor satu pada tahun 2019 mendatang. Jumlah wisatawan mancanegara juga meningkat hingga sampai di angka 1,36 juta orang per Maret 2018 dan diprediksi akan terus meningkat. Melestarikan budaya dan pariwisata Indonesia di mata dunia adalah salah satu target Kemenpar sendiri, dalam presentasinya beliau menyampaikan bahwa “semakin dilestarikan semakin mensejahterakan”.
Selepas keynote speech, diadakan commission meeting session di mana para peserta dibagi dalam tiga komisi dengan tema-tema berbeda. Para peserta saling berdiskusi mengenai topik yang mereka minati bersama para panelis. Komisi sains dan teknologi dipandu oleh Dr. Eng. Muhammad Aziz, managing director I4 bagian Asia timur, ekonomi politik oleh Dr. rer. pol. Rangga Handika, dan sosial budaya oleh. Dr. Riyanti Djalante.
Pada saat diskusi berlangsung, para peserta membahas tentang masalah yang terjadi di Indonesia, dan bersama-sama menemukan cara dan solusi terbaik dilihat dari berbagai sudut pandang.
“Para peserta turut aktif dan berpikir kritis dalam diskusi tersebut,” cerita Rangga, sebagai salah satu narasumber. Ia berpesan untuk para mahasiswa Indonesia untuk terus berkarya dan membangun Indonesia. Hal serupa juga disampaikan oleh Riyanti. Melalui acara pertama ASSIGN ini, ia sangat optimis akan masa depan Indonesia. Baginya, dalam diskusi tersebut ia menemukan banyak potensi yang dimiliki para peserta selaku mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di luar negeri dan dapat berkontribusi bagi negaranya di kemudian hari.
Wisatawan Jepang
Selepas acara ASSIGN berlangsung, para peserta langsung menuju restoran Blue Point yang berjarak tidak terlalu jauh dari GRIPS. Di lokasi sudah tersusun meja dan kursi dengan rapi untuk menyambut pelantikan seluruh peserta sebagai duta-duta GenWI yang akan bertugas memperkenalkan dan memasarkan pariwisata Indonesia kepada wisatawan Jepang. Program yang diinisiasi Kemenpar ini diwakili oleh Staf Khusus Bidang Media dan Komunikasi, Don Kardono. Bersama dengan Firnandy Gufron selaku kepala bidang Komunikasi Media Digital Kemenpar, acara yang juga dibantu oleh PPI Jepang tersebut sukses, dan GenWI Jepang pun resmi bergabung dalam keluarga besar GenWI dari negara lain seperti India, Malaysia, Tiongkok, Singapura, Thailand, dan Korea Selatan.
Apabila GenWI bertugas menggaet wisatawan mancanegara, di dalam negeri ada juga yang GenPI (Generasi Pesona Indonesia) yang bertugas mengumpulkan bahan dan mengembangkan potensi kawasan wisata pada tiap daerah di Indonesia. “Materi-materi yang diambil teman-teman GenPI dapat dipakai GenWI yang berada di luar negeri yang di mana jangkauannya lebih luas kepada orang asing,” ujar Firnandy pada kesempatan terpisah.
“Dengan bekerjasama bersama GenPI tersebut, GenPI menghasilkan konten-konten mengenai daerah wisata di Indonesia. GenWI membantu untuk mem-blast atau menginformasikan daerah wisata tersebut ke seluruh wisatawan mancanegara melalui komunitas-komunitas Indonesia di luar negeri” ujar ketua GenWI Jepang, Riskina Juwita pada wawancara bersama tim radio PPI Jepang hari Selasa, 24 Juli kemarin. Hal ini senada dengan yang diucapkan Nandy pada saat hari pelantikan.
“Tantangan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia kepada orang Jepang adalah, mereka bukan tipikal adventurer. Mereka sangat amat rigid untuk safety and security”. Firnandy mengungkapkan tantangan dalam menggaet wisatawan asal Jepang.
Dengan tantangan tersebut, GenWI Jepang memiliki tugas berat untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya indah, namun juga aman untuk dikunjungi. Maka dari itu, dengan dukungan dari banyak pihak, GenWI harus berhasil menaikkan target wisman Jepang dari angka 538 ribu menjadi 600 ribu, dan diharapkan dapat mencapai lebih dari target tersebut bahkan lebih tinggi dari itu.
“Inbound ke Jepang naik demikian pesat, namun sebagai diaspora Indonesia di sana, tolong jadi marketing intelijen kita, pelajari mengapa Jepang sedemikian hebat di dalam pariwisata, lalu share ke anak-anak muda di Indonesia” ujar Menpar Arief Yahya dalam video ucapan selamat atas resminya GenWI Jepang. Maka dari itu, bukan hanya menggaet, namun GenWI Jepang juga punya tanggungan untuk mempelajari cara-cara Jepang dalam menarik wisatawan asing ke negaranya. Tentunya bukan tugas sepele, namun apabila dikerjakan bersama pastinya akan menjadi lebih ringan.
Penulis:
Putri Nurdivi Djamil (Ritsumeikan Asia Pacific University)
Theodorus Alvin (Tokai University)
Foto:
Deny Prasetyawan (Tokyo University of Agriculture)
Raihan Abimanyu (Tokyo International University)