Tim KKN UGM Benahi Pengolahan Hasil Laut di Biak Numfor

0
715

Semilir angin laut mengembus melalui sela-sela kulit Eli Akim, salah satu nelayan di Kampung Binyeri, kabupaten Biak Numfor, Papua. Lelaki paruh baya itu hampir setiap malam melakukan molo-molo, salah satu sebutan masyarakat Biak untuk menangkap ikan menggunakan busur panah.

Saat air laut mulai pasang belasan perahu-perahu kecil bermesin, atau Jhonson dalam bahasa Biak mulai meninggalkan daratan Samber dan Binyeri. Para nelayan siap menurunkan jaring-jaring dan mata pancing mereka untuk membawa pulang puluhan kilogram ikan segar. Tidak ada pukat harimau ataupun bom peledak ikan dalam perahu mereka, hanya ada sedikit nasi dan lauk-pauk yang mereka bawa untuk disantap saat lapar tiba. Nelayan disana masih menggunakan teknik tradisional dalam menangkap ikan, oleh karena itu ekosistem di sekitar laut Biak masih terjaga sehingga jumlah ikan masih terbilang banyak dan melimpah.

Kampung Samber dan Binyeri saat ini dikenal sebagai kampung para nelayan. Setiap hari kampung ini memasok puluhan kilogram ikan segar untuk memenuhi kebutuhan ikan di pasar-pasar kota Biak. Terdapat sepuluh kelompok nelayan yang tersebar di dua kampung tersebut dan satu kelompok nelayan biasanya berisi sepuluh orang. Kampung Samber dan Binyeri pada dasarnya adalah satu kampung dan dimekarkan menjadi dua kampung pada tahun 2013.

Sebanyak tiga puluh orang mahasiswa KKN-PPM UGM diterjunkan ke desa Samber dan Binyeri. Dan salah satu program utama mereka adalah mengajarkan pengolahan hasil sumber daya alam. Dengan hasil laut yang cukup melimpah, amat disayangkan apabila hasil laut hanya dijual ke pasar. Terlebih harga ikan terbilang cukup fluktuatif dipasaran, sehingga dibutuhkan cara lain untuk meningkatkan harga jual hasil laut yang didapat. Mahasiswa KKN  UGM bersama Dinas Perikanan kota Biak mencoba mengembangkan sektor ini pada upaya pengolahan ikan menjadi abon.

Pada dasarnya di desa Samber dan Binyeri sudah ada satu kelompok wirausaha pengolahan abon, yakni kelompok abon Aski Byak. Akan tetapi, kelompok ini belum bisa berjalan secara maksimal karena adanya masalah pada manajerial. Mereka sempat fakum dua bulan dan belum memiliki standard operational procedure (SOP) dalam pengolahan produk.

Proses Pengolahan abon oleh masyarakat dan mahasiswa KKN UGM.                   Foto : Tim KKN-PPM PPA 004

Mahasiswa KKN bersama Dinas Perikanan setempat mencoba membenahi perihal tersebut dengan mengadakan beberapa sosialisasi terkait sistem manajemen serta kewirausahaan dan membuatkan SOP.

SOP yang dibuat meliputi produksi dan sanitasi (kebersihan). Kebersihan adalah faktor paling penting dalam hal ini untuk menciptakan produk dengan kualitas tinggi. Produk yang baik adalah produk yang bisa menjaga kualitas dari proses produksi hingga pemasaran. Selain proses produksi dan SOP, mahasiswa KKN UGM juga ikut membantu pemasaran abon tersebut melalui pasar tradisional hingga pasar modern.

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas masyarakat untuk menghasilkan produk-produk lain dari hasil laut, sehingga masyarakat Samber dan Binyeri siap dan dapat bersaing di dalam pasar. Jou Suba!

Endang Dermawan