Relevansi Sastra Lisan di Era Digital

0
2611

Sastra lisan yang mengandung nilai-nilai moral pada zaman dahulu masih relevan pada zaman sekarang, ya bisa dibilang karena sastra lisan yang masih mengandung nilai moral itu bisa memperbaiki mental masyarakat yang semakin buruk karena perkembangan teknologi. Antara masyarakat yang sudah ketergantungan atau masyarakat yang sudah dicuci otak karena teknologi yang sangat maju dan bahkan membuat manusia menjadi anti sosial.

Ketika masyarakat disuguhkan oleh film, video, gambar, dan semacam audiovisual yang tidak ada nilai-nilai moral, estetika, atau sebuah nilai yang membuat masyarakat sadar bahwa kebudayaan di Indonesia sangatlah luas karena ada sebuah nilai yang terkandung dalam sebuah karya seperti sastra lisan yang mengandung nilai moralitas yang tinggi. Masyarakat yang sudah dibutakan oleh hidangan-hidangan karya yang hanya mementingkan sebuah perihal ‘keren’ itu sendiri dan meninggalkan sebuah karya yang bersifat ‘kuno’ padahal jika hal yang bersifat ‘kuno’ itu jika diperbaharui akan menjadi hal yang ‘keren’.

Ketika mendengar ada yang berbicara mengenai ‘sinetron’ atau film yang terkenal seperti ‘avengers’ pasti  saat mendegar itu masyarakat akan tahu apa sebenarnya ‘itu’ tetapi apakah masyarakat tau ‘sastra lisan’ ? sepertinya itu jawaban yang hanya bisa dijawab oleh sebagian orang saja.

Karena itu dengan adanya sastra lisan yang bisa mengembalikan moral masyarakat karena sudah rusak oleh teknologi seakan-akan teknologi yang mengendalikan masyarakat bukan masyarakat yang mengendalikan teknologi. Pada zaman sekarang yang semua bisa dibilang serba ‘keren’ karena teknologi yang memanjakan masyarakat jadi hal yang bersifat ‘kuno’ dianggap ketinggalan zaman.

Hal yang bersifat ‘kuno’ itu yang ditinggalkan oleh masyarakat saat ini, seperti sastra lisan yang dianggap ‘kuno’ sehingga ditinggalkan masyarakat tetapi sastra lisan sebenarnya sangat dibutuhkan untuk memperbaiki moral masyarakat saat ini karena perkembangan zaman. Dengan cara akulturasi sastra lisan dan teknologi bisa menghasilkan sesuatu yang baru bahkan bisa diminati oleh masyarakat. Masalah ini muncul karena sastra lisan itu tidak ada pembaharuan setiap waktu atau bisa disebut hanya begitu apa adanya.

Seharusnya dengan akulturasi antara sastra lisan seperti dongeng dengan teknologi menjadi sesuatu yang diminati masyarakat. Seperti sastra lisan di negara lain yang diperbarui setiap saat sehingga masih diminati sampai sekarang. Jika sastra lisan sebagai dongeng digabungkan dengan teknologi dan dibuat dengan sangat baik yang artinya kualitas dan kuantitas bisa bersaing dengan hal baru yang muncul diperkembagan teknologi saat ini.

Dengan akulturasi antara teknologi dan sastra lisan diperlukan kontribusi dari masyarakat khususnya pemerintah, karena jika pemerintah ikut ambil bagian dalam pembuatan akulturasi sastra lisan dan teknologi akan lebih efektif. Karena menyangkut masalah pembiayaan pembuatan. Karena dengan dukungan pemerintah untuk pengembangan sastra lisan dan teknologi ini akan lebih efektif supaya masyarakat tertarik dengan sastra lisan.

Dengan adanya pengembangan sastra lisan yang digabungkan teknologi ini bisa membuat masyarakat menjadi sadar bahwa dengan adanya sastra lisan yang digabungkan dengan teknologi menjadi tidak terbawa arus dan mengangkat moral yang hampir ditinggalkan karena adanya perkembangan teknologi yang sangat sulit untuk dikendalikan dan sastra lisan yang memiliki kesan ‘kuno’ menjadi bisa bersaing dengan sastra modern.