Secuil Kisah Delegasi Indonesia di Australia

0
384

Albert Einstein pernah berkata: “Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan, tapi hanya dengan pemahaman”

Dalam acara Outstanding Youth for the World yang diadakan oleh Kementrian Luar Negeri pada tanggal 14-19 Maret 2018, perdamaian merupakan salah satu poin yang paling ditonjolkan. Setelah enam tahun mengadakan program Outstanding Students for the World (OSTW) yang pesertanya adalah mahasiswa-mahasiswa, Kementrian Luar Negeri tahun ini mengadakan program untuk kami pemuda-pemudi berusia 16 sampai 19 tahun.

Tema Outstanding Youth for the World kali ini adalah Indonesia-Australia Youth Interfaith Dialogue, sehingga delegasi yang ikut merupakan pegiat di bidang keagamaan masing-masing. Kami dipilih berdasarkan institusi keagamaan kami masing-masing seperti pondok pesantren (Pesantren Tebuireng Surakarta, Madrasah Muallimin NW Lombok, dan lain-lain), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI) dan juga Forum Generasi Muda Lintas Agama (FORGIMALA).

Tujuan diadakannya program ini adalah untuk memberikan gambaran pada para peserta tentang kemajemukan dan pluralisme yang ada di Indonesia dan Australia. Persoalan keagamaan memang sedang marak akhir-akhir ini, terutama di media sosial. Pemuda-pemudi diajak untuk saling berdialog, tidak hanya antar agama di Indonesia, juga dengan teman-teman dari Australia.

Bertemu dengan kepala negara
Kami bersyukur mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Widodo. Pagi hari, pada tanggal 18 Maret 2018 kami berjalan pagi bersama Pak Jokowi dan Ibu Iriana di Royal Botanical Gardens Sidney. Kami menikmati pemandangan Opera House sambil menyampaikan aspirasi-aspirasi kami sebagai generasi milenial yang aktif dalam bidang keagamaan. Beliau juga berbicara mengenai generasi milenial yang seharusnya bisa menjadi pionir dalam hal keberagaman ini melalui kegiatan-kegiatan seperti ini.

Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia 2018, kami juga bertemu dengan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull yang merupakan sosok ramah dan hangat. Rasa bangga menyelimuti diri kami ketika mendengar pidato Mr. Turnbull tentang Pak Jokowi yang menurutnya adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perdamaian dunia. Kami kagum dan bangga karena memiliki Presiden yang perhatian dan sederhana seperti Presiden Joko Widodo. Pak Presiden juga begitu mengusahakan hubungan yang dekat dengan generasi muda yang merupakan penerus bangsa.

Teman-teman kami dari Sydney dan Melbourne banyak menceritakan tentang kehidupan mereka sebagai umat beragama di Australia juga tentang bagaimana mereka bersosialisasi dengan begitu banyak etnis baik dari Asia, Eropa, Afrika dan juga Timur Tengah. Di sisi lain kami mengharapkan adanya kunjungan balasan dari pemuda-pemudi Australia. Amal Dib, salah satu peserta dari Australia, mengatakan dirinya sangat ingin berkunjung ke Indonesia untuk merasakan keberagaman dan kebudayaan Indonesia sendiri serta melihat Bali yang kaya akan pariwisatanya.

Tidak hanya berdialog kami juga mengunjungi Government House, Sidney atau tempat tinggal Gubernur New South Wales, His Excellency General The Honourable David Hurley AC DSC (Ret’d) dan juga rumah dinas Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Heru Subolo di Sidney. Kemudian kami juga diterima oleh Walikota Randwick, Lindsay Shurey.

Penulis :
Benediktus Tandya Pinasthika (SMA Kolese Kanisius)
Teresa Yovela (Jurusan Komunikasi Internasional, Universitas Indonesia)