Meski masih liburan semester ganjil, salah satu ruang kelas di Fakultas Teologi Wedabakti Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dipenuhi para mahasiswa. Selama satu minggu, mulai Senin (15/1), sebanyak 65 mahasiswa yang sebagian besar laki-laki mengikuti pelatihan jurnalistik bersama Harian Kompas.
Sesekali terdengar suara gelak tawa mahasiswa atau tepuk tangan untuk menyemangati temannya yang sedang menjawab pertanyaan pembicara. Apalagi saat ice breaking yang diramaikan dengan lantunan merdu Via Vallen lewat lagu “Sayang”. Semua peserta langsung berjoget. Suasana kursus memang dibuat santai tapi tetap serius. Tentunya, semua mahasiswa tidak mau mendapat nilai jelek untuk kursus kali ini.
Dalam satu minggu, peserta mahasiswa mendapat materi tentang membuat berita, feature, dan blog. Setiap sesi, mereka diminta untuk membuat tulisan. Layaknya seorang wartawan, peserta diminta untuk meliput supaya mendapat bahan dan data yang akurat untuk tulisannya.
Bagi peserta mahasiswa yang merupakan frater dan suster, tugas meliput bukan hal yang mudah. Bahkan, ada peserta yang sulit tidur memikirkan tema liputan apa yang akan diambil untuk menjadi tulisan.
Salah satu peserta, Bonaventura menceritakan bagaimana dirinya sampai berganti tema liputan dua kali. “Awalnya, saya mau meliput tentang distro di Jalan Gejayan, tetapi narasumber tidak mau memberikan keterangan dan tidak bertemu dengan pemiliknya,” katanya.
Setelah gagal dengan tema distro, Bonaventura mengganti temanya dengan memasuki toko parfum. Dia pun gagal lagi. Akhirnya, Bonaventura kembali ke Jalan Kaliurang, Yogyakarta dan menuji warung kopi. Jadilah, tema yang diangkat tentang warung kopi yang unik.
Pengalaman yang berbeda dialami Stephanus Yuda Pranata yang menulis artikel “Peluh Pak Ogah”. Yuda pergi ke Jalan Banteng, Yogyakarta untuk mengamati suasana di kawasan itu. Sebelum pergi, Yuda sudah menentukan tema tentang pak ogah yang membantu mengatur lalu lintas.
“Sebenarnya, saya mau langsung mewawancarai Pak Jamidi tapi kok rasanya masih sungkan karena dia sedang sibuk. Lalu, setelah dia tidak bertugas lagi baru saya menyerbu untuk wawancara dia,” katanya.
Masih banyak lagi cerita menarik tentang liputan yang sudah mereka jalankan. Semua peserta bersemangat belajar menulis. Tetap semangat untuk menulis yaaa….