Sering kita mendengar konsep minimalis dikaitkan dengan desain interior rumah, arsitektur, musik atau penampilan. Namun tidak hanya itu, minimalis juga dapat kita terapkan sebagai gaya hidup. Gaya hidup minimalis banyak dipelopori oleh masyarakat Jepang, di mana quotation “Less is More” adalah sebuah praktik nyata. Percaya dengan ajaran Buddhisme Zen, mereka “melawan” arus konsumerisme dalam masyarakat dengan membatasi diri untuk membeli, memiliki atau mengonsumsi banyak hal.
Gaya hidup minimalis tentu membawa banyak manfaat, seperti penghematan tenaga, waktu, uang, menjadi lebih produktif, minim stress, dan lain sebagainya. Salah satu milenial yang sedang menerapkan gaya hidup minimalis adalah Rizka Irawan (18).
“Minimalis itu membuat hidup gampang dinikmati, karena simpel, dan efek langsungnya sih jadi lebih hemat. Misalkan ya, kan ada orang yang tiap hari gonta-ganti baju, kalo gue sih gak masalah pake baju yang itu-itu aja, jadi gak numpuk di kamar. Barang gue juga nggak banyak, gue beli yang seperlunya aja,” katanya.
Gaya hidup minimalis berarti menyederhanakan standar hidup namun artinya bukan menjadi orang yang tidak mampu. Jadi, apakah kamu sudah termasuk orang-orang yang memulai gaya hidup minimalis? Jika belum dan tertarik ingin mencoba, ada dua cara utama yang dapat kamu lakukan. Menyederhanakan pola pikir dan menentukan prioritas.
Tanpa kita sadari, pertimbangan kita dalam memiliki sesuatu sering dipengaruhi oleh pendapat orang lain. Harus punya baju keluaran terbaru, tas bermacam model, make up berbagai merek, dan sebagainya. Khawatir kalau tidak mengikuti tren terbaru, kita akan dicap ketinggalan jaman. Faktanya, penilaian orang lain akan selalu ada dan tidak dapat kita kontrol.
Dengan hanya membeli barang yang kita butuhkan, kita akan kembali pada tujuan logis kenapa kita harus memiliki barang tersebut dan berbelanja sesuai kebutuhan dan kualitas. Ketika keinginan memiliki suatu barang muncul, pikirkan lagi, apakah lima tahun ke depan barang ini akan tetap saya gunakan atau tidak?
Seperti juga menyimpan benda-benda yang dianggap memiliki “sejarah” dalam hidup kita. Mungkin sepatu, tas, atau bahkan pakaian yang sudah kekecilan. Ketika ternyata benda itu hanya menjadi onggokan di pojokan kamar atau di dalam lemari. Dengan menyortir lagi benda apa yang sebaiknya kita simpan dan tidak, selain kembali ke alasan logis memiliki barang itu sendiri, siapa tahu benda tersebut akan lebih berguna bagi orang lain.
Setelah dapat menyederhanakan pola pikir dan menentukan prioritas, tanpa sadar aspek lain dalam hidup kita akan terpengaruh. Ketika kita mengambil keputusan dalam hidup atau sedang mengerjakan tugas, misalnya. Kita tidak akan mudah terdistraksi karena dapat fokus dengan apa yang sedang kita kerjakan, yang membuat kita lebih produktif dan efisien dalam bekerja. Dengan hidup yang simpel dan lebih terstruktur, enjoying life will seem to be an easy task, isn’t it?
Bagaimana, tertarik untuk mencoba gaya hidup minimalis?
Penulis: Kompas Corner/Adina Fayza Gayo
Penyunting: Kompas Corner/Nico Wiranito
Ilustrasi: Kompas Corner/Vanessa Ardelia